Sukses

Atasi Pencucian Uang, Polisi Federal Australia Bentuk Unit Cryptocurrency

Penggunaan kripto dalam kejahatan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan sekarang membutuhkan tim yang berdiri sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi Federal Australia (AFP) membentuk unit untuk menangani penggunaan cryptocurrency sebagai sarana pencucian uang dan offshoring, Australian Financial Review (AFR) melaporkan pada Senin.

Unit itu dibentuk setelah komando penyitaan aset kriminal pasukan itu mengalahkan target 2024 untuk menyita USD 600 juta atau Rp 8,94 triliun dari hasil kejahatan selama dua tahun.

Sementara itu, komando tersebut dibentuk pada Februari 2020. Stefan Jerga terpilih menjadi kepala unit baru tersebut. Dia mengatakan, penggunaan kripto dalam kejahatan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan sekarang membutuhkan tim yang berdiri sendiri.

“Ini menargetkan aset, tetapi juga menyediakan kemampuan dan lensa pelacakan investigasi yang berharga untuk semua perintah kami di semua bisnis kami, apakah itu terkait keamanan nasional, perlindungan anak, dunia maya atau kemampuan untuk melacak transaksi cryptocurrency di seluruh dunia blockchain yang sangat relevan, sangat penting," kata Jerga, menurut laporan itu, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (7/8/2022).

Komisaris AFP Reece Kershaw menuturkan, sementara jumlah cryptocurrency yang disita relatif kecil dibandingkan uang tunai dan properti.

Dengan demikian, fokus pada kripto memberikan manfaat melalui wawasan intelijen yang hebat ke dalam model bisnis kejahatan terorganisir.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perusahaan Kripto Ini Tak Sengaja Kirim Dana Rp 106,4 Miliar kepada Warga Australia

Sebelumnya,  perusahaan pertukaran mata uang kripto, Crypto.com secara tidak sengaja mentransfer hampir AUD 10,5 juta atau sekitar Rp 106,4 miliar ke akun seorang wanita saat memproses pengembalian dana sebesar AUD 100.

Menurut penilaian default yang dirilis Jumat di Mahkamah Agung Victoria, transaksi yang dikirim ke seorang wanita di Australia tidak diketahui selama lebih dari tujuh bulan sebelum audit perusahaan mengungkapkan kesalahan pada 23 Desember 2021. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Kamis (1/9/2022), crypto.com, yang secara keliru melakukan pembayaran, telah meluncurkan tindakan hukum untuk memulihkan sejumlah dana lebih yang mereka kirimkan kepada wanita tersebut. 

Perusahaan mengirim uang pada 20 Mei 2021 ke rekening bank milik Thevamanogari Manivel setelah memasukkan nomor rekeningnya ke kolom jumlah pembayaran. Crypto.com menemukan Manviel telah mengirim sejumlah besar uang ke akun lain.

Setelah transfer itu dia membeli rumah seharga USD 1,35 juta di Melbourne, klaim perusahaan dalam penghakiman. Sekitar sebulan sebelumnya, pada Februari, penghakiman berlanjut, dia mentransfer USD 430.000 kepada putrinya.

Menurut putusan, dia kemudian mengalihkan kepemilikan rumah itu kepada saudara perempuannya Thilagavathy Gangadory yang tinggal di Malaysia. Perusahaan tersebut mencoba untuk membekukan rekening bank Gangadory pada Maret, tetapi tidak berhasil, kata keputusan itu.

3 dari 4 halaman

Regulasi Kripto Makin Maju, Australia Bakal Jalani Proyek Pemetaan Token

Sebelumnya, Pemerintah baru Australia, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Anthony Albanese, akan memulai tinjauan tentang bagaimana aset cryptocurrency dikelola, dengan tujuan menjaga praktik tetap mutakhir dan melindungi konsumen. 

Hal itu disampaikan oleh Bendahara Australia, Jim Chalmers dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Senin (22/8/2022). 

“Warga Australia mengalami revolusi digital di semua sektor ekonomi, tetapi regulasi berjuang untuk mengimbangi dan beradaptasi dengan sektor aset kripto,” kata Chalmers dalam pernyataannya, dikutip dari CoinDesk, Selasa (23/8/2022). 

Proyek Pemetaan Token

Sebagai langkah pertama dalam agenda reformasi, Departemen Keuangan akan memprioritaskan pekerjaan 'pemetaan token' pada 2022, yang akan membantu mengidentifikasi bagaimana aset kripto dan layanan terkait harus diatur. 

Proyek Ini belum dilakukan di tempat lain di dunia, jadi ini akan menjadikan Australia pemimpin dalam proyek tersebut. 

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.