Sukses

Hotel di Uni Emirat Arab Terima Pembayaran Kripto

Pembayaran cryptocurrency adalah langkah perintis untuk industri perhotelan di Timur Tengah.

Liputan6.com, Jakarta - Hotel yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA), Stella Stays, sekarang menerima cryptocurrency melalui platform e-commerce-nya, menurut sebuah laporan. 

Dalam laporan itu menjelaskan, para tamu perusahaan sekarang dapat membayar dengan Bitcoin, Ethereum, dan 35 cryptocurrency lainnya. 

Menyusul pengumuman tersebut, CEO dan salah satu pendiri Stella Stays, Mohannad Zikra mengatakan, menerima pembayaran cryptocurrency adalah langkah perintis untuk industri perhotelan di Timur Tengah.

"Menjadi yang pertama ke pasar dengan penawaran ini memberi kami keunggulan sebagai pengguna awal. Kami sangat senang untuk menawarkan kemajuan ini ke dalam cryptocurrency dan memberikan revolusi kepada pelanggan kami yang paham digital,” kata Zikra dikutip dari Bitcoin.com, Rabu (6/4/2022). 

Zikra menambahkan, karena perusahaannya terus berusaha untuk menawarkan pelanggannya pengalaman tamu terbaik dalam menerima cryptocurrency menandai awal dari kecenderungan Stella Stays menuju penawaran teknologi futuristik.

Sementara itu, sebuah laporan dari Unlock Media mengatakan 14 persen tamu yang melakukan transaksi di halaman pembayaran Stella Stays telah mengklik tab pembayaran kripto

Kemudian sekitar 28 persen dari tamu ini telah meminta informasi lebih lanjut yang memungkinkan mereka menyelesaikan transaksi dengan pembayaran kripto, tambah laporan itu.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Malaysia Tak Akan Jadikan Kripto sebagai Alat Pembayaran

Sebelumnya, menyusul laporan seorang pejabat tinggi pemerintah telah mengusulkan untuk mengadopsi cryptocurrency sebagai alat pembayaran yang sah di Malaysia, pemerintah mengklarifikasi di parlemen, tidak berniat untuk membuat alat pembayaran cryptocurrency yang sah di negara tersebut. 

Menurut laporan Bloomberg, Wakil Menteri Keuangan Mohd Shahar Abdullah mengatakan di parlemen cryptocurrency seperti Bitcoin tidak cocok untuk digunakan sebagai alat pembayaran karena berbagai keterbatasan.

Dia juga menyebut perubahan harga dan paparan ancaman dunia maya sebagai contoh keterbatasan kripto. Pernyataan tersebut selaras dengan yang dia ucapkan beberapa waktu sebelumnya mengenai kripto. 

"Aset digital, seperti bitcoin dan ethereum, tidak cocok untuk digunakan sebagai alat pembayaran. Secara umum, aset digital bukan penyimpan nilai dan alat tukar yang baik,” ujar Abdullah saat ini, dikutip dari Bitcoin.com, Senin (4/4/2022). 

Wakil menteri keuangan itu juga mengatakan kepada parlemen, teknologi dan lanskap pembayaran yang berkembang telah mendorong Bank Negara Malaysia untuk secara aktif menilai potensi mata uang digital bank sentral.

Awal pekan ini, Wakil Menteri Komunikasi dan Multimedia Datuk Zahidi Zainul Abidin dilaporkan mengusulkan untuk mengadopsi cryptocurrency sebagai alat pembayaran yang sah di Malaysia. 

Namun, ada laporan yang saling bertentangan tentang apa yang sebenarnya dia katakan. Menurut kantor berita nasional Malaysia Bernama, menteri hanya mengusulkan legalisasi Non Fungible Token (NFT) untuk meningkatkan partisipasi di sektor kripto.

 

3 dari 3 halaman

Berapa Sisa Suplai Bitcoin Saat Ini?

Sebelumnya, bitcoin sebagai salah satu cryptocurrency terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya merupakan pelopor dari lahirnya koin alternatif (Altcoin) baru yang ada hingga saat ini. 

Selain menjadi pelopor, Bitcoin juga menjadi kripto yang paling populer karena harganya yang sangat tinggi, bahkan pada November 2021, Bitcoin pernah menyentuh harga hampir USD 69.000 atau sekitar Rp 991,4 juta (asumsi kurs Rp 14.368).

Meskipun populer, ternyata bitcoin memiliki persediaan yang terbatas. Lantas ada berapa persediaan Bitcoin saat ini dan berapa sisa suplainya yang tersedia?

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin, 4 April 2022, Bitcoin memiliki maksimum suplai sebanyak 21 juta Bitcoin. Hingga saat ini, sudah ada sekitar 19.001,856 Bitcoin yang berhasil ditambang atau yang telah beredar di dunia. 

Jika dihitung selisih antara total suplai dengan yang sudah beredar saat ini, sisa keseluruhan suplai Bitcoin sekarang adalah sebanyak 1.998.144.

Dilansir dari Investopedia, Bitcoin adalah mata uang digital terdesentralisasi yang dibuat pada Januari 2009. Ini mengikuti gagasan yang ditetapkan dalam white paper milik Satoshi Nakamoto. 

Bitcoin menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah daripada mekanisme pembayaran online tradisional, dan tidak seperti mata uang yang dikeluarkan pemerintah, Bitcoin dioperasikan oleh otoritas yang terdesentralisasi.

Namun, alasan mengenai persediaan Bitcoin yang hanya 21 juta belum dijelaskan secara pasti dan langsung dari Satoshi sendiri.

Meski begitu, sebetulnya tak perlu khawatir jika tidak mengetahuinya. Lantaran, mata uang ini dapat dibagi sampai jumlah yang tak terhingga secara efektif.

Artinya, jumlah tepatnya bukan menjadi masalah selama bisa membaginya menjadi berapa bagian sesuai persetujuan dengan pihak lain, selama jumlah batasnya tetap sama. Karena seperti diketahui, masih ada nominal terkecil dari Bitcoin yaitu Satoshi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.