Sukses

Investasi Kripto di Singapura Melonjak 13 Kali Lipat pada 2021

Hal itu semakin memperkuat status Singapura sebagai salah satu pusat kegiatan cryptocurrency terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Kripto merupakan hal besar di Singapura, menurut laporan terbaru dari salah satu kantor akuntan publik, KPMG mengungkapkan seberapa besar kripto tumbuh di Singapura. 

Menurut laporan KPMG Pulse of Fintech, investasi terkait kripto di Singapura tumbuh dari USD 110 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun pada 2020 menjadi USD 1,48 miliar atau Rp 21,2 triliun pada 2021, seperti dilansir dari Yahoo Finance, Sabtu (19/2/2022)

Hal itu semakin memperkuat status Singapura sebagai salah satu pusat kegiatan cryptocurrency terbesar di dunia, khususnya di Asia Tenggara. 

Peningkatan investasi kripto di negara itu terjadi di tengah upaya pemerintah yang menjadikan Singapura salah satu negara yang paling ramah kripto dan ramah investor dalam beberapa tahun terakhir.

Tahun lalu, pemerintah membuat kerangka kerja untuk mencatatkan perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC). Hal ini menjadikan Singapura sebagai negara pilihan bagi para startup yang ingin menjadi publik.

Meskipun sudah ada peraturan untuk kripto, kemungkinan akan ada lebih banyak peraturan kripto tahun ini. Bulan lalu, Singapura melarang perusahaan cryptocurrency beriklan di depan umum.

Prosedur perizinannya untuk bisnis cryptocurrency juga cukup ketat, dengan sebagian besar perusahaan, termasuk Binance, gagal memenuhi standar.

Tetapi KPMG tidak berharap hal itu mempengaruhi investasi kripto di negara tersebut. Sebaliknya, ia memprediksi investasi kripto akan meningkat tahun ini.

Lebih lanjut menurut laporan itu, sektor kripto merupakan sepertiga dari USD 3,94 miliar yang diinvestasikan di Fintech. Sebagian besar uang yang diinvestasikan dalam kripto digunakan untuk infrastruktur dan perangkat lunak yang mendukung teknologi blockchain.

Bukan hanya Singapura yang memiliki tahun investasi Fintech yang bagus. Sektor Fintech Asia-Pasifik juga menerima investasi senilai USD 27,5 miliar pada 2021.

Sebagian besar investasi ini berasal dari perusahaan Modal Ventura (VC). VC berkomitmen sebesar USD 19,6 miliar untuk mendanai proyek Fintech selama 2021, jauh di atas USD 11,5 miliar pada tahun sebelumnya. 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Analis Sebut Harga Bitcoin Tak Bakal Jatuh seperti Januari 2022

Sebelumnya, harga bitcoin sempat merosot selama paruh pertama Rabu, 16 Februari 2022 tetapi berhasil kembali naik untuk membangun kembali pijakannya di atas USD 44.000 (Rp 627,9 juta). 

Di saat bersamaan, sejumlah Altcoin utama naik selama periode yang sama, meskipun Ethereum sempat alami sedikit penurunan.

Kegigihan yang terjadi pada bitcoin dan pasar kripto dalam beberapa hari ini, di tengah berbagai sentimen menunjukkan tidak akan ada penurunan seperti Januari 2022.

"Bitcoin terus terlihat sangat sehat setelah melewati badai geopolitik dengan baik sebelum mendapat manfaat dari peningkatan selera risiko pada hari Selasa," tulis Craig Erlam, analis pasar senior, Inggris & EMEA untuk Oanda, seperti dikutip dari CoinDesk, Kamis, 17 Februari 2022.

Namun, investor masih terus waspada terhadap langkah militer Rusia berikutnya di sepanjang perbatasan Ukraina dan berita inflasi terbaru. Federal Reserve AS juga terus melacak kenaikan inflasi, menurut risalah dari pertemuan Januari, dan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga beberapa kali tahun ini. 

Pergerakan harga turun kemungkinan terjadi imbas kenaikan harga yang akan mempengaruhi belanja konsumen di bulan-bulan mendatang. 

Selain itu, saham Nasdaq dan Dow Jones Industrial Average yang padat teknologi secara kasar datar untuk hari perdagangan, sementara S&P 500 naik sedikit. Pergerakan tersebut hampir selaras dengan pergerakan market kripto.

"Risk appetite tetap penting, terutama yang terkait dengan inflasi dan suku bunga, yang dapat terus menjadi hambatan jika kecemasan tetap ada di pasar yang lebih luas," pungkas Erlam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.