Sukses

Studi: Kotoran Telinga Dapat Menunjukkan Seberapa Stres Seseorang

Sebuah studi menunjukkan bahwa kotoran telingga dapat menunjukkan tingkat stres seseorang.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu penasaran dan bertanya dalam hati tentang seberapa stres kamu? Untuk menjawabnya, kamu bisa melihat kotoran telingamu. Ya, metode baru ini dilakukan tak lain adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis kotoran telinga yang dapat mengukur kadar hormon stres kortisol.

Kortisol adalah hormon penting yang melonjak ketika seseorang stres dan menurun ketika mereka santai. Tetapi, tingkat kortisol yang meningkat secara konsisten ternyata dapat memiliki efek negatif pada sistem kekebalan tubuh, tekanan darah, dan fungsi tubuh lainnya.

Melansir Live Science, ada gangguan lain yang melibatkan kortisol yang abnormal, termasuk penyakit cushing yang disebabkan oleh produksi kortisol yang berlebihan dan penyakit addison yang disebabkan oleh produksi kortisol yang kurang.

Orang yang mengidap penyakit cushing memiliki timbunan lemak yang tidak normal, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan tulang yang rapuh. Di sisi lain, pengidap penyakit addison memiliki tekanan darah rendah yang berisiko.

Penemuan yang dilakukan oleh Andrés Herane-Vives, seorang dosen di University College London's Institute of Cognitive Neuroscience and Institute of Psychiatry dan rekannya memiliki cara baru untuk mengukur kadar kortisol.

Penyebabnya ialah karena kotoran telinga bersifat stabil dan tahan terhadap kontaminasi bakteri, sehingga dapat dikirim ke laboratorium dengan mudah untuk dianalisis. Kotoran telinga juga dapat menyimpan catatan tingkat kortisol yang bertahan membentang selama berminggu-minggu. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Metode Cek Kortisol

Metode sebelumnya untuk memanen kotoran telinga melibatkan penusukan jarum suntik ke dalam telinga dan menyiramnya dengan air, yang bisa sedikit menyakitkan dan membuat stres.

Untuk mengubahnya menjadi lebih mudah dan praktis, Herane-Vives dan rekan-rekannya mengembangkan swab yang ketika digunakan tidak akan lebih menegangkan daripada lidi kapas.

Penyeka ini memiliki pelindung di sekitar gagangnya sehingga orang tidak bisa memasukkannya terlalu jauh ke dalam telinga dan merusak gendang telinga mereka. Ada pun spons di ujungnya berfungsi untuk mengumpulkan kotoran. 

3 dari 4 halaman

Sampel Kotoran Telinga

Studi ini diikuti oleh 37 partisipan pada dua titik waktu yang berbeda. Pada setiap titik pengumpulan, mereka mengambil sampel kotoran telinga menggunakan jarum suntik dari satu telinga, dan menggunakan metode swab baru dari telinga lainnya. Para peneliti kemudian membandingkan keandalan pengukuran kortisol dari kotoran telinga usap sendiri dengan metode lainnya.

Menganalisis kotoran telinga yang diseka sendiri juga lebih cepat dan lebih efisien daripada menganalisis kotoran telinga dari jarum suntik, yang harus dikeringkan sebelum digunakan.

Akhirnya, kotoran telinga menunjukkan lebih banyak konsistensi dalam kadar kortisol dibandingkan dengan metode lain, yang lebih sensitif terhadap fluktuasi yang disebabkan oleh hal-hal seperti konsumsi alkohol baru-baru ini.

Peserta juga mengatakan bahwa menyeka sendiri lebih nyaman daripada metode jarum suntik. Para peneliti melaporkan temuan mereka pada 2 November lalu di jurnal Heliyon.

Herane-Vives juga memulai sebuah perusahaan bernama Trears untuk memasarkan metode baru ini. Di masa depan, ia berharap kotoran telinga juga dapat digunakan untuk memantau hormon lain.

4 dari 4 halaman

Fakta Menarik Seputar Kotoran Telinga

Tak hanya menumpuk di dalam saluran kuping, kotoran telinga juga memiliki fakta lain yang cukup menarik. Mengutip ENT Allergy, berikut fakta menarik kotoran telinga:

  1. Kotoran telinga secara alami dikeluarkan dari saluran telinga karena mekanisme pembersihan diri yang dibantu oleh gerakan mulut dan rahang.
  2. Kotoran telinga terdiri dari sel-sel kulit mati dan sekresi dari kelenjar ceruminous dan sebaceous yang terletak di saluran telinga.
  3. Kandungan yang terdapat di kotoran telinga terdiri dari asam lemak, squalene, alkohol, dan kolesterol yang bercampur dengan sel kulit mati.
  4. Kotoran telinga secara alami bersifat mikroba dan mencegah dimulainya infeksi bakteri.
  5. Kotoran telinga adalah pengusir serangga alami, menjauhkan serangga dari keinginan untuk masuk ke saluran telinga.
  6. Kotoran telinga membantu menjaga saluran telinga tetap bersih dari debu, sel kulit mati, dan bakteri terjebak dalam kotoran telinga. Saat kotoran telinga bergerak keluar dari saluran telinga, kotoran yang terkumpul akan ikut bergerak keluar.  
  7. Kotoran telinga bertindak sebagai pelumas alami. Teksturnya yang halus membuat telinga kita tetap terlumasi untuk mencegah gatal dan kekeringan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.