Sukses

Yuk, Mengenal Kain Tenun Endek yang Jadi Suvenir KTT G20 Bali

Mengenal Kain Tenun Endek, Produksi Asli Masyarakat Pulau Dewata

Liputan6.com, Jakarta - Menjadi hasil kebanggaan produk Indonesia, kain tenun endek terpilih menjadi salah satu suvenir dalam forum Internasional KTT G20 di Bali.

Melansir Antara, Senin  (14/11/2022), kain tenun ini dibuat secara tradisional dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Mengutip Situs Resmi Pemerintah Provinsi Bali, kain ini juga merepresentasikan Bali karena dikenakan oleh masyarakat setempat di setiap hari Selasa. Pelaksanaan pemakaian kain endek ini tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.

Menurut Gubernur Bali, I Wayan Koster, dengan masyarakat mengenakan kain ini akan menjadi warisan budaya kreatif masyarakat Bali yang wajih dilestarikan, dilindungi, digunakan, dan diberdayakan sebagai jati diri masyarakat Bali yang berkarakter dan berintegritas dengan visi spiritual.

Sementara ini, kain tenun endek merupakan kekayaan budaya lokal yang telah digunakan oleh masyarakat Pulau Dewata sejak zaman dahulu.

Bentuk kain ini terdiri dari sarung, kain panjang, dan selendang. Adapun sarung endek digunakan untuk laki-laki, sementara kain panjang dikenakan oleh perempuan.

Perlu diketahui bahwa kain tenun ini tidak bisa diproduksi sembarangan dan memiliki motif tertentu yang memiliki ciri khas akan makna di dalamnya. Berikut fakta menarik kain tenun endek yang menjadi salah satu suvenir KTT G20 Bali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Asli Kerajinan Masyarakat Bali

Kain Tenun Endek Bali memiliki pesona dan motif yang indah. Sayangnya, belakangan ini muncul produk kain bermotif seperti endek yang bukan hasil kerajinan masyarakat Bali. Hal ini mengancam keberadaan kain tenun endek beserta perajin dan pelaku usahanya.

Alasan di balik penggunaan kain ini secara rutin di hari Selasa adalah karena masyarakat perlu berperan secara aktif mempromosikan dan memasarkan kain tenun endek dalam berbagai kegiatan lokal, nasional, dan internasional guna meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan.

Dengan demikian, kain tenun endek tidak hanya sebagai bentuk perlindungan budaya asli, tetapi juga sebagai bentuk promosi aktif di bidang ekonomi dan budaya.

3 dari 4 halaman

Menjadi Suvenir Peserta di KTT G20

Sebelumnya, arak bali juga sempat menjadi souvenir di KTT G20 Bali untuk para jajaran menteri delegasi G20.

Berbeda dengan arak bali, Kain Tenun Endek Bali dikhususkan untuk para peserta KTT G20 Bali. Untuk itu, apabila ingin memilki kain khas Pulau Dewata ini, para peserta harus membeli kain dengan kisaran harga Rp 150 – 500 ribu tergantung pada motif dan kesulitan pembuatannya.

Untuk membelinya, suvenir ini dapat dijumpai di pusat souvenir KTT G20 di Bali Collection, kawasan ITDC, Nusa Dua, Badung, Bali.

4 dari 4 halaman

Hanya Boleh Diproduksi di Bali

Sebagai bentuk perlindungan dari produksi kain asli tenun endek, Gubernur Bali juga menetapkan peraturan yang menyatakan bahwa Kain Tenun Endek Bali hanya boleh diproduksi secara tradisional oleh perajin lokal masyarakat Bali, dan tidak boleh lagi diproduksi oleh pihak lain di luar Bali.

Kain Tenun Endek Bali juga telah dilindungi oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Menariknya, kain ini bahkan digunakan oleh rumah mode Christian Dior yang muncul di Paris Fashion Week. Hal ini menjadi langkah lebih lanjut Pemerintah Provinsi Bali dalam menggunakan dan memasarkan Kain Tenun Endek Bali di pasar internasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.