Sukses

Pikun Bisa Jadi Penyebab Kematian? Ini Faktanya

Salah satu tanda bahwa kita sudah lanjut usia yakni mengalami gangguan untuk mengingat suatu hal alias pikun. Namun apakah itu pertanda penyakit yang serius?

Liputan6.com, Jakarta - Pikun menjadi salah satu gangguan yang kerap terjadi pada orang yang sudah berumur atau lansia. Kenyataannya, banyak yang menganggap pikun ini adalah hal biasa. Namun, perlu diketahui bahwa pikun bisa menjadi penyebab kematian seseorang.

Dilansir Healthline, Selasa (8/11/2022) pikun atau demensia mengacu pada hilangnya beberapa kemampuan kognitif atau berpikir secara bertahap.

Seiring waktu, penderita demensia akan kehilangan kemampuan untuk mengingat dan berkomunikasi secara efektif, sehingga menggunakan keterampilan penalaran mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Lantas, apakah demensia merupakan penyakit yang mematikan?

Gejala demensia seperti kehilangan ingatan mungkin tidak secara langsung menyebakan kematian. Namun, gangguan yang menyebabkan demensia dapat merusak otak dan tubuh, sehingga seringkali berujung pada kematian.

Tergantung pada area otak yang rusak, demensia dapat mempengaruhi seseorang secara berbeda dan menyebabkan gejala yang berbeda juga.

Terlepas dari gejala perubahan kognitif, demensia juga merembet pada psikologis seseorang, seperti perubahan kepribadian, kecemasan, paranoid, depresi, hingga halusinasi.

Demensia bukanlah gangguan singular, ada beberapa gangguan lainnya yang menyebabkan demensia ini menjadi penyakit yang serius.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penyakit Komplikasi Demensia yang Berpotensi Fatal

Mengutip dari Mayo Clinic, Selasa (8/11/2022), jenis demensia yang berkembang dan tidak reversibel, meliputi:

1. Penyakit Alzheimer

Penyebab paling umum dari demensia adalah penyakit Alzheimer. Diketahui, di antara orang-orang dengan penyakit Alzheimer, pneumonia merupakan penyebab utama kematian.

Meskipun tidak semua penyebab penyakit Alzheimer diketahui, para ahli memahami bahwa sebagian kecil Alzheimer terkait dengan mutasi gen. Artinya, kondisi ini dapat diturunkan dari orang tua ke anak.

Penderita Alzheimer memiliki plak dan belitan di otak mereka. Plak adalah gumpalan protein yang disebut beta-amiloid, sementara, belitan adalah kumpulan serat yang terbuat dari protein. Diperkirakan gumpalan ini merusak neuron dan serat yang menghubungkannya.

2. Demensia Lewy Body

Lewy Body adalah gumpalan protein abnormal, seperti balon, yang ditemukan di otak penderita demensia Lewy Body, penyakit Alzheimer, dan penyakit Parkinson. Jenis ini adalah salah satu jenis demensia progresif yang lebih umum.

Tanda dan gejala umumnya, antara lain memerankan mimpi seseorang dalam tidur, melihat hal-hal yang tidak ada (halusinasi visual), dan masalah dengan fokus dan perhatian.

Selain itu, tanda-tanda lainnya, yakni gerakan yang tidak terkoordinasi atau lambat, tremor, hingga perilaku parkinsonisme.

3 dari 5 halaman

3. Demensia Vaskular

Demensia jenis ini disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah yang mentransfer darah ke otak. Masalah pada pembuluh darah dapat menyebabkan stroke atau mempengaruhi otak dengan cara lain, seperti dengan merusak serat otak.

Tanda-tanda paling umum dari demensia vaskular termasuk kesulitan dalam pemecahan masalah, pemikiran yang lambat, dan kehilangan fokus. Hal ini cenderung lebih terlihat daripada kehilangan memori.

4. Demensia Frontotemporal

Sekelompok penyakit yang ditandai dengan kerusakan sel saraf dan koneksinya di lobus frontal dan temporal otak.

Keduanya adalah area yang umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa. Maka dari itu, gejala umumnya dapat mempengaruhi perilaku, kepribadian, pemikiran, penilaian, bahasa, hingga gerakan.

5. Demensia Campuran

Jenis demensia ini menujukkan bahwa banyak memiliki kombinasi dari beberapa penyebab, seperti penyakit Alzheimer, demensia vaskular, dan demensia Lewy Body.

Walaupun belum ada hasil yang konkrit, namun penelitian terus berlangsung untuk menentukan bagaimana demensia campuran ini dapat mempengaruhi gejala penyakit yang lebih serius.

4 dari 5 halaman

7 Tahap Demensia

Demensia berkembang secara bertahap, mulai dari ringan hingga berat. Dilansir Verywellmind, pada tahun 1982, Dr. Barry Reisberg menciptakan Global Deterioration Scale (GDS), yang terdiri dari tujuh tahap, untuk membantu dokter mengkategorikan perkembangan demensia, yakni:

Tahap 1: Tidak Ada Penurunan Kognitif

Pada tahap ini, orang tersebut dapat berfungsi secara normal dan tidak menunjukkan tanda-tanda kehilangan ingatan, kebingungan, atau gangguan kognitif.

Namun, struktur dan fungsi otak kemungkinan besar sudah mulai memburuk, karena sel saraf di otak mereka mulai kehilangan koneksi dengan sel-sel otak lainnya.

Tahap 2: Penurunan Kognitif Sangat Ringan

Pada tahap ini, gejala tidak mungkin mempengaruhi pekerjaan atau interaksi sosial. Namun, orang tersebut mulai mengalami penyimpangan ingatan, seperti lupa di mana mereka menyimpan benda sehari-hari, bahkan lupa nama seseorang yang sering bertemu.

Tahap 3: Penurunan Kognitif Ringan

Tahap ketiga menunjukkan gejala, seperti:

- Tersesat saat berjalanan atau mengemudi

- Kehilangan barang-barang penting

- Kesulitan berkonsentrasi dalam melakukan aktivitas, dan masih banyak lainnya.

Penderita dengan tahap ke-3 mungkin mulai merasa cemas ketika gejalanya mulai terlihat dan mengganggu kemampuannya.

Tahap 4: Penurunan Kognitif Sedang

Gejalanya pada tahap keempat, seperti kurangnya pengetahuan tentang peristiwa saat ini, kesulitan mengingat bagian dari sejarah pribadi mereka sendiri, dan masalah dengan mengelola keuangan.

5 dari 5 halaman

Tahap 5: Penurunan Kognitif Cukup Parah

Dari tahap ini dan seterusnya, penderita mungkin tidak lagi dapat berfungsi tanpa bantuan. Beberapa gejalanya, meliputi:

- Disorientasi dalam hal tempat dan waktu, seperti kebingungan mengenai musim, tanggal, hari dalam seminggu, atau waktu dalam sehari

- Kesulitan menghitung mundur, misalnya dari 20 kali 2 detik atau dari 40 kali 4 detik

- Kesulitan dalam mengambil keputusan

Pada tahap ini, biasanya sudah terjadi pada lansia, mereka kemungkinan masih dapat mengingat nama mereka sendiri dan nama pasangan dan anak-anak mereka, tetapi kemungkinan besar kesulitan mengingat nama cucu mereka.

Tahap 6: Penurunan Kognitif Parah

Pada tahap ini, penderita cenderung sudah mengalami perubahan emosional dan kepribadian, seperti paranoia, halusinasi, dan perilaku delusi.

Biasanya mereka akan mengalami gejala, seperti kurangnya kesadaran tentang lingkungan di sekitar mereka, bahkan ketidakmampuan untuk berpergian sendiri tanpa bantuan orang lain.

Tahap 7: Penurunan Kognitif Sangat Parah

Pada tahap akhir, otak tampaknya akan kehilangan koneksi ke tubuh dan menjadi tidak mampu mengatakan apa yang harus dilakukan.

Penderita kemungkinan akan semakin kehilangan keterampilan motorik mereka serta kemampuan untuk berbicara. Bahkan kemungkinan hanya bisa mengucapkan suara atau kata-kata yang susah untuk dipahami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.