Sukses

Tahukah Kamu Fenomena Tengah Hari Lebih Awal Setiap Tahun pada 3 November?

Nilai perata waktu ketika tengah hari pada 3 November 2023 di Indonesia adalah +16 menit 27 detik.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Badan Riset dan Antariksa Nasional (BRIN) Andi Pangerang mengatakan, Indonesia mengalami fenomena tengah hari lebih awal atau cepat dalam waktu dekat.

Adapun fenomena ini terjadi di setiap tanggal 3 November.

"Ini terjadi karena nilai perata waktu yang lebih besar sehingga matahari akan transit lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya dalam setahun," ujar Andi dalam keterangan tertulis dikutip dari Antara, Rabu (2/11/2022).

Dijelaskan, nilai perata waktu ketika tengah hari pada 3 November 2023 di Indonesia adalah +16 menit 27 detik. Andi menuturkan, secara umum, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit matahari lebih cepat.

Fenomena tengah hari lebih awal juga mengakibatkan waktu terbenam Matahari (Maghrib) maupun waktu Isya sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah utara Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Utara, dan Kepulauan Sangir-Talaud di Sulawesi Utara.

"Itu karena durasi malam hari yang semakin lebih besar jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan utara pada umumnya, ditambah juga dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga kedua waktu shalat menjadi lebih cepat," terang Andi.

Di samping itu, fenomena tersebut juga mengakibatkan panjang hari surya menjadi tepat 24 jam. Hari surya adalah durasi antara tengah hari hingga tengah hari berikutnya.

Mengutip Earth Sky, 3 November menjadi waktu ketika siang matahari datang paling awal untuk sepanjang tahun dan untuk seluruh dunia berdasarkan jam.

Istilah ini dikenal dengan 'solar noon' yang merupakan konstruksi alami dan bukan buatan, meskipun jam dan kalender kita mengukur pergeseran yang terus-menerus sepanjang tahun.

Solar noon, alias tengah hari, mengacu pada momen yang lewat ketika matahari mencapai titik tertinggi untuk hari itu, dan berada di tengah-tengah antara matahari terbit dan terbenam.

Di sisi lain, fenomena ini juga mengakibatkan panjang hari tepat menjadi 24 jam.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Perubahan Waktu Salat

Melansir dari laman Instagram @lapan_ri, waktu salat Duha maupun salat subuh menjadi lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia.

Bagi umat muslim, waktu shalat duha (saat ketinggian Matahari mencapai +4,5° atau sepenggalah) maupun waktu subuh sekaligus awal fajar astronomis (akhir malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia. Selain itu juga menyebabkan waktu terbenam Matahari (magrib) maupun waktu isya sekaligus akhir senja astronomis (awal malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah utara Indonesia,” tulis caption di unggahan Instagram @lapan_ri.

3 dari 5 halaman

Alasan Ilmiah

Fenomena tengah hari yang lebih cepat pada setiap tanggal 3 November ini dikarenakan nilai perata waktu yang lebih besar sehingga Matahari akan transit lebih cepat dibandingkan dengan hari-hari biasanya dalam setahun.

Perata waktu adalah selisih antara Waktu Matahari Sejati dengan Waktu Matahari Rata-Rata. Adapun perata waktu dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kemiringan sumbu Bumi dan kelonjongan orbit Bumi:

1. Kemiringan sumbu Bumi

Saat kemiringan sumbu bumi menjauhi titik setimbang menuju simpangan maksimumnya (Spetember-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan transit lebih cepat.

Sedangkan, saat kemiringan sumbu Bumi menjauhi simpangan maksimum menuju titik setimbang (Juni- September) dan Desember-Maret), matahari akan transit lebih lambat.

2. Kelonjongan orbit Bumi

Kelonjongan orbit bumi ini terjadi saat orbit Bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, namum berbentuk elips dengan kelonjongan 1/60. Keadaan ini juga biasanya disebut dengan aphelion.

Saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), matahari akan transit lebih lambat. Sedangkan, saat Bumi menjauhi titk aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), matahari akan transit lebih cepat. Hal ini membuat matahari akan transit lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada awal November.

4 dari 5 halaman

Fakta Unik Matahari

1. Matahari Berwarna Putih

Mengutip dari Space, Matahari memancarkan cahaya di semua warna yang terlihat dalam spektrum elektromagnetik secara merata.

Ketika semua ini bersatu padu dalam sinar matahari, matahari tampak putih. Hal ini berguna karena jika keseimbangan ini terganggu, warna-warna yang kurang disukai akan sulit untuk dilihat.

Temperatur permukaannya 5780° Kelvin. Karena itu, spektrum radiasinya hampir putih. Adapun warna kekuningan muncul ketika sinarnya melewati atmosfer Bumi.

 

2. Memiliki Mahkota

Mengutip dari The Universe Magazine, matahari memiliki mahkota yang terdiri dari berbagai letusan plasma. Biasanya formasi ini panjangnya ratusan ribu kilometer, yaitu lebih panjang dari jarak dari Bumi ke Bulan.

Mahkota matahari adalah salah satu bagian terpanas di dunia kita. Suhu rata-ratanya 1-2 juta derajat Kelvin. Namun, terkadang ada beberapa titik yang lebih panas di dalamnya, yang suhunya bisa mencapai 20 juta derajat Kelvin.

Adapun mahkota ini dapat terlihat dari Bumi dengan mengamati termasyhur kita selama gerhana total.

5 dari 5 halaman

Fakta Unik Lainnya

3. Merupakan Bintang Terdekat Bumi

Matahari adalah satu-satunya bintang di tata surya. Matahari adalah pusat tata surya, dan gravitasinya menyatukan tata surya. Segala sesuatu di tata surya kita berputar mengelilinginya - planet-planet, asteroid, komet, dan potongan-potongan kecil puing-puing ruang angkasa.

Mengutip NASA, distribusi tokoh-tokoh dengan ukuran yang berbeda tidak seragam di seluruh alam semesta.

Oleh karena itu, Matahari sebenarnya lebih besar dari 90 persen bintang-bintang di sekitarnya. Selain itu, Matahari adalah tolok ukur bagi kita - dengan mengamatinya, kita menilai sifat benda-benda lain yang serupa.

 

4.Memiliki debu

Mengutip The Nine Planets, matahari dikelilingi oleh piringan gas dan debu di awal sejarahnya ketika tata surya pertama kali terbentuk 4,6 milyar tahun yang lalu.

Sebagian dari debu itu masih ada sampai sekarang, dalam beberapa cincin debu yang mengelilingi Matahari. Cincin-cincin debu itu menelusuri orbit planet-planet, yang gravitasinya menarik debu-debu ke tempatnya di sekitar Matahari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.