Sukses

Benarkah Sandwich Generation Berdampak Besar dalam Hubungan, Simak Cara Mencegahnya

Istilah sandwich generation adalah penggambaran keadaan finansial generasi muda yang terhimpit dengan generasi atas dan generasi di bawahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Pada 9 Oktober 2022, ada sebuah cuitan viral mengenai menanyakan pendapat kepada warga Twitter terkait hubungan cintanya dengan keadaan finansial keluarga dari pasangannya yang membuatnya bingung ingin berhenti atau tidak.

Seorang tersebut meminta pendapat warga Twitter melaluin akun menfess jadi identitas penanya tidak diketahui. Dalam cuitan tersebut dia menuliskan:

hi mo minta pendapatnya… aku female , 22thn. Mahasiswa smt akhir yg sibuk intern + freelance jadi aku udah cukup aware dgn dunia karir meskipun msh awam bgt. Aku pny pacar, umur dia 25thn. Pekerjaan dia I would say masih kurang settle, gaji dia around 5mio. Kita ada rencana nikah dlm waktu dekat, tapi….

Tbtb aku dikabarin dia kl dia pny adik kandung(lagi). Awalnya ada 2 adik, skrg jadi 3 adik. Adik dia yg br lahir jaraknya 25thn sama dia (nah loh udah kaya anak sendiri kan wkwk). Kedua ortunya kerja di corporate & pns tp udah mau pensiun (meaning sudah bukan usia produktif lagi). Adik ke-3 yg baru lahir ini sengaja di sembunyiin ortunya. Jadi beritanya dadakan bgt dan kita smsm kaget, masalahnya…

Dia diamanahi ortunya buat siap siap nerusin & ngurusin pendidikan 3 adiknya sampe kuliah karena ortunya udah tua dan bentar lagi pensiun. Meaning dia sandwich generation 3 lapis haha.

Dan aku ngerasa aku gabisa neusin hubungan ini sampe pernikahan. Karena pasti yang namanya sandwich generation bakal nge impact jg ke partner, apalagi kl dia seorang laki-laki (sumber pendapatan terbesar keluarga ada di dia). Aku gamau saat aku nikah, aku terbebani hrs menafkahi keluarga lain. Biaya pendidikan akan semakin mahal di masa depan, masa iya anak aku nnt hrs dibagi 2 (bahkan 3) kebutuhan dan pendidikannya dgn sepupunya sendiri? Its not fair menurut aku.

Menurut kalian aku salah gak dlm ambil keputusan ini?

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Netizen dan Apa Itu Sandwich Generation?

Lalu beginilah tanggapan para netize:

Sender gak salah, tp kalo di piker kasihan juga ya orang yang bernasib kaya si cowonya, siapa juga sih yang mau begitu. Jd pelajaran ketika kita jadi ortu nanti, pastiin punya tabungan cukup, kalo gabisa nabung ya jangan beranak dulu, kasihan soalnya jd sandwich tuh.” Tulis akun @HolyCreature_.

Berarti orang2 sandwich generation gaboleh mengenal cinta? Ketika udah berat karena beban keluarga, di tambah berat krn tkt ngebebanin anak orang(pacar) ketika harusnya butuh support tp malah di-cut off… soalnya gue jg sandwich generation wkwkwkwkwk. Jadi kepikiran” komentar akun @yxdzy_.

Sorry to say, tp serem bgt orang tua yg bikin anak. Pas udah lahir dilimpahin tanggung jawabnya ke anak lainnya. Padahal kenapa ga di piker panjang dari pas bikin anaknya. But kayanya kalau km ga sanggup yauda jgn dijalanin. Cinta boleh tp harus rasional juga. Inget etika ya” tambah akun @fluffyoreocake.

Dari tadi mungkin kalian telah mendengan kata-kata “Sandwich Generation” apasih sandwich generation itu?

Istilah sandwich generation adalah penggambaran keadaan finansial generasi muda yang terhimpit dengan generasi atas dan generasi di bawahnya.

Perlu kamu ketahui, generasi sandwich banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lalu, apa yang menjadi penyebabnya? Dan apa yang perlu dilakukan bila kita menjadi  sandwich generation?

Sandwich Generation

Sandwich generation pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller dalam jurnalnya yang berjudul The ‘Sandwich’ Generation: Adult of the Aging pada 1981.

Menurutnya, sandwich generation merupakan generasi orang dewasa yang memiliki peran ganda, di mana mereka bertanggung jawab terhadap beban hidup generasi atas dan generasi di bawahnya.

Mereka tidak hanya menanggung beban hidup anak-anaknya, tetapi juga orang tua dan/atau mertuanya bahkan adik-adiknya.

Kondisi ini diibaratkan sebagai sandwich (roti lapis) yang biasanya berisikan daging, sayuran, keju, lalu diapit oleh roti di sisi atas dan bawahnya.

3 dari 4 halaman

Tipe dan Penyebab

Tiga Tipe Sandwich Generation

Carol Abaya, seorang Aging and Elder Care Expert mengklasifikasikan sandwich generation menjadi sebagai berikut:

  • The Traditional Sandwich Generation — orang dewasa berusia 40-50 tahun yang dihimpit oleh orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak yang sudah memasuki usia produktif tetapi belum mandiri secara finansial.
  • The Club Sandwich Generation — Orang dewasa akhir berusia 60 tahunan yang dihimpit oleh orang tua yang semakin tua dan anak yang sudah dewasa atau bahkan cucunya. Tipe ini juga berlaku pada kelompok usia dewasa awal berusia 30-40 tahun yang bertanggung jawab atas anak, orang tua dan/atau kakek neneknya.
  • The Open Faced Sandwich Generation — Siapapun (non-profesional) yang terlibat aktif dalam perawatan lansia. 

Penyebab Sandwich Generation

Tentu fenomena sandwich generation tidak datang begitu saja, ada sebab dan alasan mengapa suatu generasi bisa terjebak dalam rantai generasi sandwich dilansir kitalulus.com ada beberapa penyebabnya antara lain:

1. Tidak Ada Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan sangat penting karena jika tidak dikelola, uang yang kita dapatkan dari bekerja bisa habis begitu saja. Nah, inilah sumber seseorang pada akhirnya menjadi generasi sandwich. Ketidakmampuan generasi tua atau di atas dalam mengelola keuangan akhirnya berdampak kepada mereka. 

2. Terjebak dalam Rantai Sandwich Generation

Kebanyakan mengapa kita menjadi generasi sandwich adalah sebab orang tua kita juga mengalaminya dan tidak bisa lepas dari itu. Sehingga pada akhirnya ini seperti rantai yang tidak putus.

Ini bisa juga disebabkan oleh pola asuh yang ditanamkan sehingga dianggap hal yang umum di lingkungan keluarga. Inilah juga mengapa rantai generasi sandwich sulit putus.

3. Perilaku Konsumtif

Kebiasaan membeli barang yang tidak perlu atau konsumtif juga menjadi dalang sandwich generation. Para generasi tua mempergunakan uang mereka bukan untuk mempersiapkan tabungan hari tua, tapi justru dipergunakan untuk membeli barang yang tidak perlu demi mengejar kesenangan mereka. 

4. Menganggap Anak Adalah Aset

Hal ini mungkin menjadi penyebab utama generasi sandwich di negara-negara berkembang, di mana masih banyak orang tua yang berpikir bahwa anak adalah aset yang akan menanggung masa tua mereka sebagai tanda bakti.

Sehingga, mereka merasa tidak perlu untuk mempersiapkan tabungan atau bekal di hari tua karena anak mereka yang akan menanggung itu semua sebagai tanda balas jasa.

4 dari 4 halaman

Cara Memutus Generasi Sandwich

Lalu bagaimana cara memutus generasi sandwich?

Menurut moneyduck.com ada beberapa cara untuk memutus generasi sandwich yaitu :

1. Mengelola Penghasilan dengan Bijak

Saat masih muda atau masih dalam usia produktif, kamu masih bisa bekerja, sehingga kamu masih menerima upah atau gaji. Penghasilan yang didapatkan tersebut harus kamu kelola dengan benar, misalnya kamu harus menyusun anggaran bulanan dan hindari pinjaman untuk keperluan konsumtif. Intinya, saat menerima gaji itu kamu harus hemat, tidak boleh langsung menghabiskannya, namun harus mengingat masa depan.

2. Menambah Penghasilan

Memutus generasi sandwich bisa dilakukan dengan cara menambah penghasilan. Jika kamu hanya terpaku pada gaji utama saja biasanya akan kurang, sehingga kamu bisa mencoba untuk bekerja tambahan secara freelance atau mulai merintis usaha. Kemudian, kamu bisa mengalokasikan penghasilan tambahan ini hanya untuk keperluan masa depan dan tidak akan digunakan di masa sekarang.

3. Mulai Berinvestasi

Jika membicarakan apa itu sandwich generation dan bagaimana cara memutus rantainya, maka kamu perlu fokus ke masa depan. Sehingga, kamu perlu mengelola keuangan untuk masa depan, salah satunya dengan cara berinvestasi. Investasi itu ada banyak, kamu bisa melakukan investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Sebelum berinvestasi, pastikan kamu memahami dulu apa risikonya atau jika tidak ingin ribet bisa menggunakan jasa manajer investasi.

4. Komunikasikan dengan Keluarga

Kamu memiliki tujuan untuk memutus sandwich generation, sehingga kamu juga harus membicarakannya dengan keluarga agar tujuan kalian sama. Ini juga bermanfaat supaya keluarga juga bisa membantu. Misalnya, keluarga akan membantu menjalankan bisnis sampingan kamu, atau bahkan adik atau kakak yang sedang menganggur mulai mencari pekerjaan dan memulai hidupnya sendiri.

5. Mengikuti Program Asuransi

Banyak produk keuangan yang bisa membantumu untuk memutus generasi sandwich dalam keluarga, contohnya ada produk asuransi. Asuransi ini berguna untuk memproteksi kamu atau keluarga. Jika kamu perlu untuk sekolah anak, maka gunakan asuransi pendidikan, jika keluarga memiliki riwayat penyakit, maka daftarkan di asuransi kesehatan atau asuransi penyakit kritis, kamu juga bisa menggunakan produk asuransi lainnya yang sesuai. Intinya, asuransi bisa membantu membiayai suatu hal yang darurat.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.