Sukses

Studi: Pandemi Covid-19 Berdampak pada Kepribadian Anak Muda dan Orang Dewasa

Pandemi Covid-19 dikatakan tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan psikologis kita.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 telah menelan banyak korban di seluruh kehidupan kita. Tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik kita, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan psikologis kita. 

Selain penyakit itu sendiri, lockdown dan jarak sosial menyebabkan serangkaian komplikasi kesehatan, termasuk perjuangan kesehatan mental. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini, para peneliti juga mengungkapkan bahwa pandemi mungkin telah menyebabkan perubahan kepribadian pada banyak orang dewasa dan anak muda.

Dilansir dari Times of India, Selasa (4/9/2022), awal tahun ini, tim peneliti dari Florida State University menilai kepribadian 7.109 peserta, yang telah terdaftar dalam Understanding America Study online. Tujuan mereka adalah untuk melihat apakah pandemi berdampak pada kepribadian orang. Ditemukan bahwa isolasi sosial sangat merugikan masyarakat.

Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, ada beberapa perubahan kepribadian anak muda. Dalam penelitian tersebut tertulis, "Orang dewasa dan yang lebih muda menjadi lebih murung dan lebih rentan terhadap stres, kurang kooperatif, dan percaya, dan kurang terkendali dan bertanggung jawab."

Menurut para peneliti, orang dewasa dan anak muda sangat terpengaruh oleh pandemi. 

"Meskipun pandemi membuat stres bagi semua orang, itu mengganggu tugas normatif masa dewasa dan muda, seperti sekolah dan transisi ke dunia kerja dan bersosialisasi dan mengembangkan hubungan," jelas Profesor Angelina Sutin, peneliti utama studi tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pandemi dan lockdown memengaruhi proses pendewasaan anak-anak muda

Diyakini bahwa pandemi dan lockdown memengaruhi proses pendewasaan anak-anak muda dan mengganggu perkembangan mereka. Professor Wiebke Bleidorn, salah satu penulis studi tersebut, menambahkan, “Sangat menarik untuk melihat efek rata-rata ini, terlepas dari kenyataan bahwa orang harus menghadapi hal-hal yang terjadi dengan sangat berbeda. Salah satu interpretasinya adalah bahwa tidak memiliki pengalaman formatif yang normal membuat perkembangan tertunda. Akan menarik untuk melihat apakah sifat-sifat ini bangkit kembali.”

Menurut Prof. Sutin, penelitian ini juga memiliki keterbatasan. “Ini spekulatif karena kami tidak mengukur alasan perubahan, tetapi gangguan ini mungkin berdampak lebih besar pada orang dewasa yang lebih muda karena tugas-tugas ini sangat penting untuk kelompok usia ini,” katanya. 

Lebih lanjut, penulis mengatakan, perubahan tidak dapat dikaitkan hanya dengan pandemi. Pergolakan politik dan sosial yang dialami bersama dengan pandemi mungkin juga berkontribusi pada perubahan yang diamati.

“Penelitian di masa depan dapat membahas apakah perbedaan kebijakan spesifik antar negara bagian atau negara memiliki dampak yang berbeda terhadap perubahan. Juga, dengan sedikit penilaian kepribadian per peserta, tidak mungkin untuk menguji perubahan nonlinier dari waktu ke waktu. Penelitian di masa depan akan mendapat manfaat dari lebih banyak penilaian kepribadian untuk dapat menguji perubahan tersebut.”

3 dari 3 halaman

Menyebabkan perubahan sifat kepribadian

Para ilmuwan juga menyarankan bahwa infeksi Covid-19 yang parah dan Long Covid dapat menyebabkan perubahan sifat kepribadian. Studi di masa lalu telah melihat bagaimana virus SARs-CoV-2 memengaruhi struktur otak, yang menyebabkan perubahan kepribadian tertentu.

Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature, yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Oxford, Covid-19 dapat memiliki dampak neurologis dengan banyak pasien mengalami kabut otak sebagai salah satu gejala virus.

Studi ini melihat dampak virus pada 785 pasien berusia antara 51 dan 81 tahun dan membandingkannya dengan kelompok kontrol. Selain itu, para peneliti mencatat bahwa pasien yang terinfeksi mengalami penurunan kognitif akibat infeksi.

"Apakah efek merusak ini dapat dibalik sebagian, atau apakah efek ini akan bertahan dalam jangka panjang, masih harus diselidiki dengan tindak lanjut tambahan," tulis para penulis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.