Sukses

5 Mitos Kulit Berjerawat yang Tak Perlu Dipercaya

Deretan mitos tentang jerawat ini masih beredar dan dipercaya oleh banyak orang. Agar tidak keliru, yuk intip informasi sebenarnya di sini.

Liputan6.com, Jakarta - Jerawat bukanlah suatu masalah kesehatan yang serius. Tetapi sayangnya, jerawat dapat merusak penampilan seseorang dan tidak sedap dipandang karena bekas jaringan parut permanen dipermukaan kulit.

The Journal of American of Dermatology memperkirakan bahwa 54% wanita di atas 25 tahun mengalami jerawat dan bahkan terus-menerus. Jerawat sendiri dapat berkembang ketika kelenjar minyak Anda menghasilkan terlalu banyak sebum, yang dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat.

Jerawat atau benjolan kemerahan merupakan kondisi di mana kulit mengalami inflamasi yang sangat umum dialami orang hampir seluruh manusia. Meski hal yang umum, tetapi masih ada banyak kesalahpahaman seputar jerawat yang tumbuh di beberapa titik wajah atau tubuh Anda.

Melansir dari Healthline, Selasa (6/9/2022), berikut adalah lima mitos populer tentang jerawat yang sebaiknya tidak dipercaya.

1. Mitos: Hanya remaja yang berjerawat

Faktanya, jerawat dapat terjadi selama masa remaja maupun dewasa. Sebab, jerawat terjadi saat hormon tubuh berubah. Hormon tertentu menyebabkan peningkatan sebum atau kelenjar minyak, serta peningkatan pertumbuhan sel kulit. Kedua faktor ini akan menghasilkan benjolan kemerahan yang disebut sebagai jerawat.

Meski muncul di masa remaja, sayangnya jerawat bisa terus mengikuti kita hingga dewasa dan menua. Selain itu, jerawat juga tidak memiliki batasan usia. Sehingga tidak bisa dipastikan usia berapa ia akan tubuh atau berhenti.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

2. Mitos: Cokelat tidak baik untuk kulit

Mitos selanjutnya adalah cokelat. Banyak orang yang berupaya keras menghindari cokelat, karena dianggap sebagai penyebab timbulnya jerawat. Namun, fakta sebenarnya, tidak.

Memang ada penelitian yang menyatakan bahwa cokelat memiliki hubungan yang lebih besar dengan jerawat daripada mengonsumsi makanan manis lainnya, tetapi itu tidak cukup membuktikan bahwa cokelat menyebabkan jerawat.

Beberapa penelitian lain juga mendukung pernyataan tersebut, para peneliti menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara mengonsumsi produk yang mengandung cokelat atau kakao dengan perkembangan jerawat.

Secara keseluruhan, penelitian tidak mendukung hipotesis bahwa cokelat itu sendiri menyebabkan jerawat.

Tetapi jika Anda telah melihat atau mengalami peningkatan jerawat setelah memakan cokelat, coba pertimbangkan untuk berhenti mengonsumsi cokelat atau beralih ke cokelat hitam yang lebih rendah gula. Namun, bila itu terasa sulit, Anda bisa membatasi jumlah cokelat yang akan dimakan.

3 dari 5 halaman

3. Mitos: Susu adalah penyebab utama jerawat

Kontroversi mengenai susu dan jerawat sudah sangat lama terjadi. Padahal fakta sebenarnya tidak sepenuhnya benar.

Menurut Jilian Greaves, MPH, RD, LDN, seorang ahli integrative dan fungsional, mengatakan bahwa ada sejumlah produk susu tertentu yang dapat menyebabkan jerawat. Ini kemungkinan karena susu tersebut memiliki kandungan untuk meningkatkan sekresi insulin dan kadar IGF-1, yang dapat meningkatkan kadar hormon androgen dan produksi sebum.

Banyak peneltian observasional telah mengeksplorasi hubungan antara jerawat dan berbagai jenis produk susu, dengan berbagai kandungan lemak, keju, dan es krim. Namun, studi-studi ini telah menghasilkan kesimpulan yang tidak konsisten dan membuat para peneliti ragu, apakah susu benar-benar bisa mempengaruhi pertumbuhan jerawat secara signifikan.

Jadi, meskipun produk susu mungkin bermasalah bagi sebagian orang, tautannya tidak semudah yang orang sering bayangkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan susu dan jerawat tidak berkaitan sama sekali.

4 dari 5 halaman

4. Mitos: Makan makanan berminyak bisa menyebabkan jerawat

Ya, memang benar jerawat adalah akibat dari produksi minyak berlebih di kelenjar sebaceous. Lantas, apakah makan makanan berminyak pasti meningkatkan jerawat? Tentu tidak sesederhana itu.

Faktanya, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa makanan berminyak atau gorengan menyebabkan jerawat atau mempuruk keadaan tersebut.

Menurut Jilian Greaves, MPH, RD, LDN, seorang ahli integrative dan fungsional, “makanan itu sendiri jarang menjadi penyebab jerawat saja, tetapi makanan tertentu mungkin memperkuat dinamika yang mendasarinya seperti masalah gula darah, peradangan, atau ketidakseimbangan usus yang mendorong jerawat pada tingkat yang lebih dalam.”

Penting untuk Anda ketahui, jika Anda makan makanan berminyak dengan tangan, dan kemudian menyentuh wajah tanpa membersihkannya terlebih dahulu, maka minyak tersebut dapat menyumbat pori-pori wajah Anda dan berkontribusi terhadap jerawat.

5 dari 5 halaman

5. Mitos: Mengurangi gluten dapat membersihkan wajah

Penyakit seliaka atau kondisi autoimun yang mengharuskan mengikuti diet ketat bebas gluten, sering dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa kondisi kulit, seperti eksim dan jerawat. Tetapi sebenarnya, penelitian belum berhasil menemukan bukti yang menunjukkan hubungan kuat antara penyakit celiac dan jerawat.

Selain itu, tidak ada pula bukti yang menunjukkan hubungan antara gluten dan jerawat. Peneliti justru lebih menitikberatkan kaitan jerawat dengan faktor stres. Diet bebas gluten mungkin sangat sulit dijalani, karenanya seseorang bisa saja mudah terserang stres. Stres inilah yang sebenarnya memperburuk kondisi kulit atau bahkan jerawat.

“Pembatasan diet non-strategis jangka panjang dapat mengakibatkan stres dan kekurangan nutrisi yang dapat memperburuk jerawat, sehingga gluten aman dikonsumsi tanpa mengkhawatirkan efek samping pada kulit Anda. Tetapi perlu diingat, ini hanya untuk orang yang tidak memiliki penyakit deliaka atau kondisi autoimun” kata Greaves.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.