Sukses

Studi: Anak-Anak yang Terinfeksi COVID-19 Berisiko Terkena Diabetes Tipe 1

Sebuah tim peneliti dari Case Western Reserve University School of Medicine dan MetroHealth System telah menemukan hubungan antara anak-anak yang terinfeksi COVID-19 dan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 1.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah tim peneliti dari Case Western Reserve University School of Medicine dan MetroHealth System telah menemukan hubungan antara anak-anak yang terinfeksi COVID-19 dan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 1.  

Dalam makalah mereka yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open, kelompok tersebut menjelaskan analisis mereka tentang catatan kesehatan anak-anak dan remaja selama pandemi.

Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun yang langka untuk alasan yang tidak diketahui, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin. Dilansir dari medicalxpress, menurut CDC, untuk tahun tertentu, sekitar 187.000 anak-anak dan remaja hidup dengan diabetes tipe 1 atau T1D.

Mereka dengan T1D harus mengelola penyakit mereka selama sisa hidup mereka. Dalam upaya baru ini, para peneliti telah menemukan bukti bahwa beberapa anak dan remaja mungkin lebih rentan mengembangkan T1D setelah terinfeksi virus SARS-CoV2.

Pekerjaan tersebut melibatkan analisis catatan kesehatan elektronik dari sekitar 1,1 juta anak dan remaja yang telah tertular COVID-19 selama periode Maret 2020 hingga Desember 2021. Pemfilteran data mengurangi ukuran sampel menjadi 571.256 pasien. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Orangtua harus waspada

Analisis selanjutnya terdiri dari membandingkan anak-anak yang telah didiagnosis dengan COVID-19 dengan anak-anak yang telah tertular infeksi paru-paru jenis lain mengenai perkembangan T1D. Para peneliti juga membagi data mereka menjadi dua, setengah untuk mereka yang lebih muda dari usia 9 tahun, dan yang lainnya untuk mereka yang berusia 10 hingga 18 tahun.

Para peneliti menemukan bahwa dalam enam bulan setelah infeksi COVID-19, 123 pasien telah didiagnosis dengan T1D, dibandingkan dengan hanya 72 pasien yang telah terinfeksi penyakit paru-paru yang berbeda.

Para peneliti menyarankan bahwa orang tua yang memiliki anak yang diketahui berisiko lebih tinggi terkena T1D harus sangat waspada jika anak mereka terinfeksi COVID-19. 

Mereka juga menyarankan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah anak-anak yang mengidap T1D setelah terinfeksi COVID-19 menunjukkan perkembangan yang berbeda dari pasien yang belum terinfeksi COVID-19.

3 dari 4 halaman

Menuju Endemi, Apakah Anak-Anak Indonesia Masih Rentan Terinfeksi COVID-19?

Meski kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia terus turun, namun bukan berarti jumlah pasiennya tidak ada. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menyampaikan, di RS Persahabatan Jakarta misalnya, masih ada sekitar 20 pasien yang dirawat dengan COVID-19. Begitu pun dengan pasien COVID-19 anak-anak. 

"Masih ada (pasien COVID-19), walaupun sudah sangat sedikit. Kasus anak sedikit sekali. Beberapa kali bahkan tidak ada yang dirawat di rumah sakit," kata Agus dalam konferensi pers “Pertemuan Ilmiah Khusus PDPI 2022 in Conjunction withrila The 2nd Indonesian Chronic Lung Disease International Meeting (ICLIME), ditulis Senin (26/9/2022).

Kendati demikian, dokter spesialis paru, Heidy Agustin mengingatkan para orangtua untuk tetap waspada akan gejala COVID-19 pada anak. Apalagi di masa peralihan musim seperti saat ini, anak lebih rentan terserang batuk dan pilek.

"Batuk pilek umum terjadi pada anak-anak, apalagi di musim sekarang. Ditambah, cuaca dan kondisi tidak menentu. Yang perlu diwaspadai, batuk pilek sekarang harus diwaspadai bila ada gejala COVID-19," ujarnya.

Heidy menyampaikan, anak batuk pilek harus dikaitkan dengan gejala COVID-19 yang ada, seperti misalnya apakah anak juga mengalami sakit tenggorokan, demam, dan lainnya.

"Perlu diingat, batuk pilek pada anak tidak menularkan ke orang dewasa karena jumlah virus/bakterinya sangat sedikit. Namun bisa ditelusuri apakah dia tertular dari orang dewasa, apakah dari ibu bapaknya atau susternya," ujarnya.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Hidup Sehat dan Vaksinasi

Pesan Heidy, untuk meningkatkan imunitas pada anak, sebaiknya orangtua selalu memenuhi kebutuhan gizinya dengan mengonsumsi sumber protein tinggi seperti telur serta makanan lain dengan gizi seimbang.

Selain itu, menjaga protokol kesehatan seperti memakai masker dan cuci tangan juga perlu dilakukan terus menerus pada anak.

Selain itu, pemberian vaksinasi lengkap pada anak penting di masa pandemi agar penyakit-penyakit menular tidak memberatkan kondisi mereka dan jadi tidak mudah sakit.

“Vaksin lengkap sangat dianjurkan karena kita tahu pandemi ini membuat kondisi kekebalan anak jauh lebih rentan terinfeksi. Kalau terinfeksi suatu penyakit kondisinya bisa jauh lebih ringan,” jelas Dokter spesialis anak Tumpal Andreas, dikutip ANTARA. 

Jika anak memiliki vaksin lengkap, kata Andreas, bisa mengurangi komorbid atau penyakit bawaan yang disebabkan oleh infeksi COVID-19.

“COVID-19 itu kan punya komorbid banyak, artinya mengurangi komorbid yang bisa menyebabkan kefatalan pada kasus COVID-19,” tambahnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.