Sukses

Teknik Pernapasan Ini Bisa Bantu Anda Atasi Insomnia

Satu hal yang perlu dicoba untuk mengatasinya ialah teknik pernapasan saat tidur untuk mengatasi insomnia.

Liputan6.com, Jakarta Tidur merupakan kebutuhan semua orang dari berbagai usia. Memiliki kualitas tidur yang baik sangatlah penting. Namun sayangnya tak sedikit orang yang kerap mengalami sulit tidur di malam hari. 

Jika demikian, ketahuilah bahwa Anda jauh dari sendirian, menurut data terbaru yang dirilis oleh NHS, sepertiga orang dewasa Inggris akan mengalami insomnia. Ketika tekanan pekerjaan, keluarga, dan politik bertabrakan, tidak mengherankan.

Satu hal yang perlu dicoba untuk mengatasinya ialah teknik pernapasan saat tidur. Tentu sangat menjengkelkan ketika Anda bangun di tengah malam dan tidak bisa kembali tidur.

Dilansir dari Womenshealthmagazine, Michael Townsend Williams, guru Yoga dan co-founder applikasi BreatheSync, merekomendasikan latihan dari kursusnya untuk mengatasi hal ini, di mana Anda membayangkan menggambar garis perlahan di sekitar tubuh Anda.

Mulailah dari ubun-ubun kepala Anda. Turun ke sisi kanan tubuh Anda, di sekitar lengan dan kaki Anda. Kemudian kembali ke sisi kiri tubuh Anda, berakhir di tempat Anda memulai.

Jaga pikiran Anda sibuk dengan 'jejak tubuh' ini sambil bernapas perlahan dan dalam dari perut Anda. Pilihan lain adalah dengan hanya memperhatikan celah di antara napas Anda. Amati bagaimana ketika napas Anda berhenti sejenak, pikiran Anda secara alami juga diam. Terkadang jeda kecil ini diperlukan untuk mempelajari cara mendapatkan tidur malam yang nyenyak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Peneliti: Matcha Tingkatkan Kualitas Tidur dan Kognisi Sosial

Warga Jepang diketahui telah menyukai matcha selama berabad-abad. Popularitas matcha pun berkembang sebagai rasa pencuci mulut yang banyak dicari dalam berbagai olahan sajian hingga camilan.

Dikutip dari Soranews24, Senin, 8 Agustus 2022, penelitian terbaru menunjukkan bahwa matcha tak hanya enak, tetapi juga baik dalam beberapa hal penting. Produsen teh Itoen dan MCBI, sebuah firma riset medis yang didirikan oleh University of Tsukuba, baru-baru ini mengumumkan hasil uji klinis selama setahun yang menyelidiki efek dari asupan harian matcha yang berkelanjutan.

Dimulai dengan 939 pria dan perempuan berusia 60--85 tahun, sebanyak 99 orang didiagnosis dengan gangguan kognitif ringan (MCI) atau penurunan kognitif subjektif (SCD). Ke-99 orang tersebut lalu mengambil bagian dalam uji coba selama setahun.

Kelompok target mengonsumsi matcha setiap hari selama 12 bulan, sedangkan kelompok kontrol diberi plasebo. Para peserta menjalani fungsi kognitif dan evaluasi kualitas tidur, serta berbagai tes darah dan neuroimaging, pada awal dan akhir percobaan, yang digambarkan para peneliti sebagai studi komparatif acak terkontrol plasebo ganda.

Pada akhir tahun, kelompok matcha, dibandingkan dengan kelompok plasebo, menunjukkan "peningkatan signifikan dalam kognisi sosial yang dinilai dengan tes pengenalan ekspresi wajah, khususnya, ketepatan persepsi emosi mereka berdasarkan ekspresi wajah." Selain itu, kelompok matcha menunjukkan peningkatan kualitas tidur mereka.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 3 halaman

Penelitian

Ini ditentukan dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index atau Indeks Kualitas Tidur Pittsburgh, protokol kuesioner laporan diri di mana skor numerik yang lebih rendah menunjukkan tidur yang lebih baik. Yang sangat menarik dari penelitian ini adalah cara matcha dikonsumsi.

Setiap hari, kelompok matcha mengonsumsi dua gram matcha, yang merupakan jumlah rata-rata yang ditemukan dalam secangkir teh hijau matcha. Namun, matcha diberikan dalam bentuk kapsul.

Ini menyiratkan bahwa peningkatan yang dialami kelompok matcha bukanlah hasil dari waktu ekstra yang dihabiskan untuk bersantai atau dalam refleksi diri yang tenang sambil menyeruput secangkir teh dengan santai. Namun, hal tersebut berasal dari matcha itu sendiri, yang pada gilirannya menunjukkan bahwa mungkin manfaat yang sama bisa dialami dari makan permen matcha.

Hasil penelitian dipresentasikan pada Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer, yang diadakan Agustus 2022 di San Diego. Sementara grup matcha dan kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam tes neuropsikologi lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.