Sukses

Merebak di China Timur, Virus Langya Mulai Buat Peneliti Ketar-ketir

Merebaknya virus Langya di China Timur bikin peneliti ketar-ketir

Liputan6.com, Jakarta Para peneliti telah mengeluarkan peringatan tentang virus baru yang ditemukan telah menginfeksi 35 orang di Cina timur.

Langya Henipavirus yang dikenal sebagai "Langya" milik keluarga virus yang diketahui membunuh hingga 75% kasus infeksi parah.

Namun, tidak satu pun dari infeksi Langya saat ini yang berakibat fatal. Para ahli percaya virus itu awalnya ditularkan oleh hewan termasuk tikus.

Dokter China telah meningkatkan kewaspadaan setelah Langya, juga dikenal sebagai LayV, telah mengalami peningkatan tingkat infeksi di negara itu.

Para peneliti sedang menyelidiki apakah virus tersebut dapat menyebar dari orang ke orang setelah diyakini berasal dari tikus - mamalia kecil dari keluarga yang sama dengan landak dan tikus tanah.

Virus ini pertama kali terdeteksi pada manusia pada tahun 2018 dengan otoritas Taiwan saat ini sedang menyiapkan pengujian baru untuk memantau penularan.

Dari mana asal virus Langya?

Peneliti China menemukan virus pada 71 dari 262 tikus yang diuji setelah laporan infeksi awal. Selain tikus, virus ini juga ditemukan pada anjing dan kambing.

Langya berasal dari keluarga virus yang sama yang dikenal sebagai Nipah, yang - mirip dengan Covid - menyebar melalui tetesan pernapasan.

Virus ini telah terdaftar sebagai salah satu virus yang paling mungkin menyebabkan pandemi berikutnya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Gejala virus Langya

Langya ditemukan di Cina timur selama pengujian pengawasan pasien yang mengalami demam bersama dengan riwayat paparan hewan baru-baru ini.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine menganalisis lebih lanjut virus tersebut setelah diidentifikasi dan diisolasi dari sampel usap tenggorokan.

Penelitian ini melibatkan 26 pasien untuk mengidentifikasi gejala penyerta utama yang terkait dengan infeksi.

Gejala yang paling banyak dilaporkan muncul sebagai demam dengan 26 orang menunjukkan gejala ini; kedua adalah kelelahan (54%), dan batuk (50%) diikuti mual (38%).

Studi ini juga menemukan dari total 26, "35% mengeluh sakit kepala dan muntah". Virus ditemukan sangat mempengaruhi kemampuan melawan penyakit seseorang.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 

3 dari 5 halaman

Kelainan yang ditimbulkan

Kelainan yang juga dicatat dalam penelitian yang disebabkan oleh virus Langya antara lain:

  • Leukopenia (sel darah putih rendah) (54%)
  • Trombositopenia (jumlah trombosit darah rendah) (35%)
  • Gangguan hati (35%)
  • Hilangnya fungsi ginjal (8%).

 

Apakah ada vaksin untuk Langya?

Sampai saat ini, tidak ada vaksin virus Langya untuk melindungi orang dari penyakit yang baru diidentifikasi.

Sejauh ini henipavirus hanya ditemukan di dua provinsi China - Shandong dan Henan - dan belum ada tanda-tanda penularan dari manusia ke manusia.

4 dari 5 halaman

Korea Utara Klaim Telah Pulih dari Pandemi Covid-19

Korea Utara mengatakan semua orang yang jatuh sakit sejak negara itu mengkonfirmasi infeksi Covid-19 pertamanya telah pulih. Pada hari Jumat (5/8/2022) media pemerintah melaporkan nol kasus demam selama tujuh hari berturut-turut. Korea Utara mengacu pada pasien demam daripada Covid-19 karena kurangnya peralatan pengujian.

Negara ini mengumumkan wabah Covid-19 pertamanya pada bulan Mei lalu dan telah melaporkan infeksi demam dan kematian sejak itu. Tetapi ada keraguan luas atas data tersebut, terutama jumlah kematian.

"Tidak ada kasus demam baru yang dilaporkan selama seminggu terakhir dan semua yang menerima perawatan telah pulih di seluruh negeri," Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan pada hari Jumat (5/8/2022).

Korea Utara telah memasuki fase "stabilitas", tambahnya, tetapi negara itu akan menggandakan upaya untuk mempertahankan kesempurnaan dalam pelaksanaan kebijakan anti-epidemi negara.

 

5 dari 5 halaman

Banyak ahli meragukan

Pyongyang belum mengkonfirmasi berapa banyak orang yang dinyatakan positif Covid. Tetapi media pemerintah mengatakan sekitar 4,77 juta pasien demam telah pulih sepenuhnya dan 74 telah meninggal sejak akhir April, yang merupakan tingkat kematian 0,002%, terendah di dunia.

Banyak ahli menganggap statistik ini sulit dipercaya. Korea Utara memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia, dan tidak memiliki obat atau vaksin perawatan Covid-19, kata para ahli.

Sebaliknya, Korea Selatan yang memiliki sistem perawatan kesehatan yang canggih dan populasi yang sangat divaksinasi memiliki tingkat kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan sebesar 0,12%, menurut data resmi.

Shin Young-Jeon, seorang profesor di sekolah kedokteran Universitas Hanyang di Seoul, mengatakan kepada Reuters bahwa kematian yang dinyatakan Korea Utara hampir tidak mungkin dan jumlah korban tewas bisa mencapai 50.000.

Menteri Unifikasi Korea Selatan Kwon Young-se, yang bertanggung jawab untuk urusan antar-Korea, minggu ini mengatakan ada masalah kredibilitas dengan data tersebut, tetapi Covid-19 tampaknya agak terkendali di Korea Utara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.