Sukses

AS Akan Cabut Syarat Uji Covid-19 untuk Pelancong Internasional

AS akan mencabut persyaratan pengujian COVID-19 pra-keberangkatan untuk pelancong internasional ke Amerika Serikat, menurut seorang pejabat senior Gedung Putih.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintahan Biden mencabut persyaratan pengujian COVID-19 pra-keberangkatan untuk pelancong internasional ke Amerika Serikat, menurut seorang pejabat senior Gedung Putih.

Efektif sejak Minggu (12/6/2022) mendatang mereka yang bepergian ke AS tidak lagi memerlukan tes COVID-19 negatif satu hari sebelum penerbangan mereka ke negara itu.

"Kami dapat mengambil langkah ini karena kemajuan luar biasa yang kami buat dalam perjuangan kami melawan virus," kata pejabat itu kepada ABC News. 

"Kami telah membuat vaksin dan perawatan yang menyelamatkan jiwa tersedia secara luas dan alat-alat ini bekerja untuk mencegah penyakit serius dan kematian, dan efektif terhadap varian umum yang beredar di AS dan di seluruh dunia."

Tahun lalu, pemerintah memberlakukan aturan pengujian satu hari karena varian omicron tersebar di seluruh AS. Pejabat itu mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) akan melakukan penilaian ulang aturan dalam 90 hari dan kemudian secara berkelanjutan. Jika varian baru muncul, CDC dapat mempertimbangkan untuk mengembalikan persyaratan pengujian pra-keberangkatan.

"Kami berkomitmen untuk terus memastikan keselamatan orang Amerika di sini di dalam negeri dan perjalanan udara internasional," kata pejabat itu. 

"CDC akan terus merekomendasikan pengujian COVID-19 sebelum perjalanan udara dalam bentuk apa pun, dan kami akan bekerja sama dengan maskapai penerbangan dan mitra lain untuk memastikan transisi yang lancar."

Maskapai dan grup perjalanan telah melobi Gedung Putih untuk membatalkan persyaratan tes COVID bagi pelancong yang datang untuk membantu merevitalisasi perjalanan internasional.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pandemi COVID-19 Belum Berakhir, WHO: 7 Ribu Orang Meninggal Pekan Lalu

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan perkembangan terbaru soal pandemi COVID-19.

Berdasarkan laporan yang ada, jumlah kasus baru dan kematian akibat COVID-19 memang terus mengalami penurunan. Namun Tedros berpendapat bahwa hal tersebut belum cukup untuk mengatakan bahwa pandemi telah berakhir.

"Persepsi bahwa pandemi telah berakhir dapat dimengerti, tetapi itu salah arah," ujar Tedros mengutip laman United Nations News pada Kamis (9/6/2022).

Hal tersebut lantaran tujuh ribu orang tercatat meninggal dunia karena COVID-19 dalam seminggu terakhir.

"Varian baru dan bahkan yang lebih berbahaya bisa muncul kapan saja, dan masih banyak orang yang tetap tidak terlindungi," kata Tedros.

"Pandemi belum berakhir dan kami akan terus mengatakan ini belum berakhir sampai benar-benar selesai," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Tedros mengungkapkan bahwa penurunan kasus yang terjadi memang jadi hal yang menggembirakan. Apalagi dengan adanya peningkatan capaian vaksinasi COVID-19.

"Jelas merupakan tren yang sangat menggembirakan, dengan meningkatnya vaksinasi jelas menyelamatkan nyawa," ujarnya.

Namun di sisi lain, WHO juga masih mendesak masyarakat untuk tetap berhati-hati. Mengingat testing dan vaksinasi yang dilakukan sebenarnya belumlah cukup untuk dapat mengatakan pandemi sudah berakhir.

"Secara global, tidak ada testing yang cukup, dan tidak ada vaksinasi yang cukup. Rata-rata, sekitar tiga perempat petugas kesehatan dan orang berusia di atas 60 tahun di seluruh dunia telah divaksinasi. Tetapi tingkat ini jauh lebih rendah di negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros.

3 dari 4 halaman

Sudah Masuk RI, Kenali Gejala Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5

Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara kini terdeteksi di Indonesia. Hal tersebut pun telah secara resmi disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin.

"Memang saat ini sudah keluar Variants under Monitoring (VuM) seperti Omicron BA.4 dan BA.5. Ini yang memicu kenaikan kasus di Eropa, Amerika dan Asia," ujar pria yang biasa disapa BGS dalam acara Kick Off Integrasi Layanan Kesehatan Primer di Gedung Sujudi Kemenkes RI, Jakarta mengutip Antara pada Jumat, (10/6/2022).

Budi mengungkapkan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dapat menghindar dari imunitas tubuh manusia yang dibentuk oleh vaksin.

Dua subvarian ini juga dikabarkan dapat menyebar dengan lebih cepat lagi dari varian Omicron sebelumnya.

Dalam kesempatan berbeda, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril ikut menyampaikan perkembangan soal subvarian Omicron terbaru ini.

Syahril menjelaskan, terdapat satu WNI yang terdeteksi dengan Omicron subvarian BA.4 berusia 27 tahun. Serta tiga orang WNA dengan subvarian BA.5 dengan usia 45, 57, dan 34 tahun.

Tiga diantaranya yang terinfeksi Omicron BA.5 merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23-28 Mei 2022.

Berdasarkan gejala yang muncul pada kasus yang ada di Indonesia, tiga di antaranya tidak bergejala. Hanya satu yang memiliki gejala ringan yakni sakit tenggorokan dan badan pegal.

"Dari kondisi klinis, tiga orang itu tidak bergejala, yang satu orang ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah divaksin bahkan ada yang sudah empat kali divaksin," kata Syahril.

4 dari 4 halaman

Gejala BA.4 dan BA.5

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), Omicron BA.4 dan BA.5 saat ini mewakili 7 persen kasus yang ada di Amerika Serikat.

Mengutip laman Prevention, subvarian Omicron sendiri bukanlah hal baru. Namun dari sejarah yang ada, munculnya subvarian baru memang memiliki korelasi dengan peningkatan kasus COVID-19.

Menurut profesor sekaligus kepala divisi penanganan penyakit menular di University at Buffalo, New York, Thomas Russo, gejala COVID-19 biasanya konsisten, termasuk pada varian BA.4 dan BA.5.

Namun umumnya menurut laporan CDC pada bulan Desember lalu menemukan bahwa umumnya pasien Omicron memiliki gejala sebagai berikut.

- Batuk

- Kelelahan

- Penyumbatan

- Pilek

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.