Sukses

Survei: 3 dari 10 Orang Amerika Tidak Percaya Hidup Akan Kembali ‘Normal’ Setelah Pandemi Covid-19

Menurut survei, warga AS tidak percaya bahwa kehidupan akan kembali normal seperti sebelum Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Sejak virus Covid-19 dan menyebabkan pandemi global, pandemi yang awalnya biasa saja kini terasa lebih seperti tantangan yang permanen. Banyak orang bertanya-tanya apakah masyarakat akan pernah kembali seperti sebelum Covid-19?

Menurut survei tahun 2022 yang dikerjakan oleh HealthCareInsider, mereka menemukan bahwa orang Amerika telah kehilangan harapan untuk kembali ke hidup ‘normal’. Ini di lihat dari hasil survei pada 1.180 orang dewasa di AS, dan sebanyak 60 persen menyatakan pemikiran tersebut.

Mengutip dari headline.com, “Banyak orang mengalami apa yang disebut kelelahan hati-hati, di mana mereka bosan mendengar tentang ancaman yang akan segera terjadi. Mereka menjadi tumpul oleh berita yang tidak konsisten dan rekomendasi kesehatan yang kontradiktif. Ini adalah bentuk desensitisasi, yang dapat meratakan kemampuan seseorang untuk merasa penuh harapan di masa depan,” Deborah Serani, PsyD, psikolog dan profesor di Universitas Adelphi.

Pandemi Covid-19 menjadi peristiwa traumatis yang mendorong orang dewasa dan anak-anak ke dalam keadaan tertekan, putus asa, tidak berdaya dan cemas,” lanjut Serani.

“Ketidakberdayaan itu sendiri adalah reaksi yang dialami banyak dari kita dalam menghadapi stres ataupun traumatis, seperti Anda tidak dapat menjaga keselamatan diri sendiri atau orang yang dicintai dapat meningkatkan kecemasan tentang menemukan keamanan di masa depan. Jadi, akankah kita dapat sepenuhnya kembali ke ‘normal’?,” katanya lebih lanjut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Alasan orang AS tidak percaya hidup akan kembali normal

Banyak peristiwa penting dalam budaya dan kehidupan AS yang terganggu oleh pandemi, misalnya:

1. Orang-orang berusia 18 hingga 29 tahun cenderung melaporkan penundaan rencana untuk sekolah, kuliah atau menikah.

2. Orang-orang mulai jenuh sebab harus kembali membatasi langkah mereka ketika varian baru datang.

3. Orang-orang semakin membatasi diri dari kehidupan sosial. Kalaupun peraturan sudah mulai longgar dan orang berharap bisa kembali normal, tetapi varian baru kembali hadir. Orang-orang dipaksa untuk menunda semua kegiatan apapun itu.

4. Orang-orang mulai bisa membaca pola dan pergerakan virus yang terasa sangat monoton. Ini membuat rasa jengkel yang tak tertahankan.

Kemungkinan masih banyak lagi alasan lain yang bikin mereka sulit percaya pada kehidupan normal seperti sedia kala. Hal ini dipicu dari logika dasar yang menghantuinya, seperti mereka percaya bahwa kehidupan di masa depan akan hancur dan tidak seimbang karena faktor kemunduran yang terjadi pada generasi muda di masa pandemi Covid-19.

Mereka terlambat sekolah, menunda sekolah, kehilangan pekerjaan, muncul banyak pertikaian, perpecahbelahan, bahkan menjadi lebih malas selama bertahun-tahun.

3 dari 5 halaman

Tips menghadapi hidup ‘normal’ yang baru

Untuk membantu mengatasi stres traumatis pandemi atau endemik, berikut ini ada beberapa cara yang disarankan oleh Deborah Serani, PsyD, psikolog dan profesor di Universitas Adelphi.

1. Temukan dan luangkan waktu untuk melihat hal baru

Cara ini bisa diandalkan untuk mengimbangi ketidakberdayaan dan khawatiran terhadap Covid-19. Mulai dengan hal sederhana seperti, mencari tahu sesuatu yang Anda sukai, melakukan aktivitas tersebut dengan aman di rumah, kemudian gali terus kemampuan Anda itu hingga menemukan titik terang. 

2. Tetap bergerak meskipun terbatas

Bergerak dalam hal ini bisa Anda artikan seperti berolahraga. melakukan kegiatan yang bisa meningkatkan hormon bahagia akan membantu Anda menghadapi rasa stres tentang seperti apa kehidupan yang akan datang nanti.

Jika Anda mampu mencari aktivitas menyenangan di tengah keterbatasan, maka itu pertanda baik bagi psilogis Anda kedepannya.

3. Melatih rasa syukur

Melatih hal positif dapat membantu mengurangi kadar homon stres kortisol danmeningkatkan perasaan positif.

“Ini membantu untuk menghitung berkah dan nasib baik Anda ketika trauma dan ketidakpastian melayang masuk ke kehidupan Anda tanpa disadari,” kata Serani.

4 dari 5 halaman

Alasan Penggemar Film Horror Lebih Siap Mental Saat Pandemi, Ini Kata Ahli

Film horor adalah genre yang pada umumnya sering disalahpahami. Penggemar film genre ini sering kali digambarkan sebagai orang yang kurang memiliki rasa empati atau pecandu adrenalin yang mencari sensasi.

Padahal bagi mereka, menonton film horor merupakan salah satu media penyalur emosi yang sangat seru. Rata-rata para penikmat genre film ini ingin menguji dan mengetahui seberapa tinggi keberanian mereka saat menonton film horor.

Reaksi saat menonton tayangan ini secara umum dimulai dari bangkitnya adrenalin yang terpompa, timbulnya perasaan waspada hingga jantung yang berdegup kencang, kemudian datang rasa takut yang terus menghantui meski tahu bahwa Anda tidak dalam situasi bahaya seperti didalam film.

Tapi tahukah Anda bahwa sensasi tersebut bisa menjadi pelarian sekaligus membantu mengalihkan pikiran penonton dari berbagai permasalahan yang nyata. Selain punya banyak manfaat untuk kesehatan, menonton film horor juga akan membuat perasaan Anda jauh lebih tenang dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Berikut alasan mengapa orang yang suka menonton horor lebih tangguh secara psikologis dan mental selama menghadapi pandemi, seperti dilansir dari psychologytoday.com, Jumat (20/5/2022).

1. Film horor melatih psikologis orang untuk menahan dan menghadapi rasa cemas

Penelitian dari Coltan Scrivner, Ph.D seorang mahasiswa di Departement of Comparative Human Development  di University of Chicago, mengungkapkan bahwa penggemar film horor mengalami sedikit gejala kecemasan, Depresi atau sulit tidur. Alasannya karena mereka telah melatih mental dan fisik melalui alur cerita dan adegan yang ditampilkan dalam film tersebut. 

Penggemar film horor juga mengutarakan rasa takut dan kecemasan yang lebih rendah terkait dengan pandemi Covid-19. Mereka lebih mampu bertahan dan mudah menemukan makna bahkan nikmat kehidupan dari apa yang telah terjadi.

Selain itu, mereka juga merasa lebih siap mendengar tayangan berita yang disiarkan setiap pagi, berkaitan dengan Covid-19.

5 dari 5 halaman

Alasan selanjutnya

2. Film horor akan membentuk jiwa bertahan yang lebih besar

Para peneliti menemukan bahwa keingintahuan yang tidak wajar atau keinginan belajar untuk hal berbahaya dan mengancam sangat umum dirasakan oleh penggemar film horor. Hal ini membuat mereka memiliki jiwa bertahan yang lebih besar dari sebelumnya.

Mereka lebih memilih untuk menghilangkan stress dengan cara melihat pandemi dari perspektif lain. Tidak heran jika mereka melihat pandemi menjadi sangat menarik, terlepas dari segala kengeriannya. 

“Jadi begini hidup ditengah pandemi,” jelas Coltan sambil mempraktikkan gaya penikmat film horor.

3. Menonton film horor bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh

Manfaat menonton film horor bagi tubuh antara lain adalah untuk menambah kekebalan tubuh, membakar kalori, dan membantu meringankan stres.

Menonton film horor bisa membuat kelenjar adrenalin Anda menjadi aktif. Kombinasi antara ketegangan antisipatif dan rasa bahaya yang muncul saat menyaksikan film tersebut ternyata berguna untuk membangkitkan indera maupun organ tubuh manusia. Dengan demikian, tubuh secara otomatis akan mengaktifkan respon kewaspadaan secara naluriah.

4. Film horor memberikan pelajaran tentang prilaku manusia saat menghadapi masa krisis

Temuan dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Coltan menyatakan bahwa orang yang menonton film terkait pandemi, wabah penyakit, zombie, atau apapun yang melibatkan situasi apokaliptik, dilaporkan merasa lebih siap menghadapi pandemi baik secara fisik maupun mental.

Penonton juga merasa mampu mengambil pelajaran tentang perilaku manusia di saat krisis, bagaimana cara orang untuk bertahan, bagaimana memandang orang lain pada status waspada atau krisis yang sama dan apa saja yang bisa diperjuangankan selanjutnya.

Walaupun ini tidak terjadi begitu saja, namun jika dilihat dari sifat dasar manusia yang memiliki keinginan tinggi untuk bertahan di dalam setiap kondisi, pengaruh film horor terbukti mampu menambah rasa pertahanan diri dan kewaspadaan akan hari esok atau hal yang harus mereka hadapi selanjutnya.

Jadi pertanyaannya, apakah Anda si penikmat film horor terlah merasakan manfaat yang telah di sebutkan tadi? Jawaban yang paling mendekati adalah tidak, sebab hal tersebut berjalan tanpa mungkin Anda pernah sadari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.