Sukses

Lebih dari 100 Juta Orang di AS Telah Disuntik Booster Covid-19 Pertama

Lebih dari 100 juta orang Amerika telah menerima dosis booster vaksin Covid-19 pertama mereka, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 100 juta orang Amerika telah menerima dosis booster vaksin COVID-19 pertama mereka, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Vaksin booster pertama kali tersedia pada Agustus 2021 untuk orang Amerika dengan gangguan kekebalan sebelum pejabat federal secara bertahap menurut persyaratan usia.

Dilansir dari ABC News, Selasa (26/4/2022), sejak itu hampir setengah dari mereka yang memenuhi syarat di AS seperti berusia 12 tahun ke atas telah menerima booster pertama mereka serta dua pertiga orang di atas usia 65 tahun. 

Pada 18 April, rata-rata 85.000 orang Amerika menerima dosis booster setiap hari, meningkat hampir 9% dari 78.000 yang mendapatkan dosis booster Covid-19 pertama mereka satu bulan lalu.

Ketika dirinci menurut negara bagian, Vermont memiliki persentase tertinggi dari penduduk yang divaksinasi lengkap dengan booster pada 60,2% diikuti oleh Minnesota, Wisconsin, Maine dan Michigan.

Data CDC juga menunjukkan 55 juta orang Amerika telah menerima dosis booster dari Pfizer-BioNTech dan 43 juta telah menerima booster Moderna. Hanya 1,5 juta orang Amerika yang mendapatkan booster dari Johnson & Johnson.

Angka-angka baru datang ketika kasus Covid-19 terus meningkat di AS saat ini, rata-rata bergulir tujuh hari berada di 44.000 infeksi baru, jumlah tertinggi yang terlihat sejak 3 Maret, menurut CDC.

Selama beberapa bulan terakhir, dokter telah menekankan pentingnya mendapatkan suntikan tambahan, terutama karena kekebalan dari seri vaksin primer berkurang dan varian yang lebih menular menyebar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Vaksin booster meningkatkan antibodi

Selain itu, Pfizer dan Moderna telah merilis data di masa lalu yang menunjukkan kemanjuran vaksin Covid-19 terhadap infeksi menurun setelah beberapa bulan, tetapi dosis ketiga meningkatkan tingkat antibodi.

Sementara itu, sekitar setengah dari orang Amerika yang memenuhi syarat untuk suntikan booster atau sekitar 91 juta orang belum menerimanya, data CDC menunjukkan.

"Sementara tonggak vaksinasi layak dirayakan, kampanye pendorong kami gagal mencapai sukses besar," kata Dr. John Brownstein, ahli epidemiologi di Rumah Sakit Anak Boston dan kontributor ABC News. 

"Meskipun pesan kesehatan masyarakat yang ditargetkan dan ketersediaan vaksin yang luas, mencapai lebih dari setengah populasi yang memenuhi syarat membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dicapai."

Dia menambahkan bahwa para ahli memperkirakan varian baru akan muncul dan tanpa cukup banyak orang yang didorong dan itu meningkatkan risiko lonjakan signifikan yang membanjiri sistem kesehatan mereka.

CDC tidak memiliki data tentang berapa banyak orang Amerika yang telah menerima dosis booster kedua. Namun, selama pertemuan komite penasihat CDC bulan lalu, terungkap bahwa hanya sekitar 4,3 juta orang di atas usia 50 yang menerima booster kedua sejak mereka diberi wewenang beberapa minggu lalu.

3 dari 3 halaman

CDC Konfirmasi Adanya Kasus Penularan Covid-19 dari Hewan ke Manusia di AS

Lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 berjalan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) akhirnya mengkonfirmasi kasus pertama penularan virus Covid-19 dari hewan ke manusia.

Badan kesehatan AS CDC baru-baru ini mengungkapkan bahwa varian Covid yang diamati terutama pada hewan cerpelai pada tahun 2020 telah menginfeksi setidaknya empat orang Amerika. Dua dari orang yang terinfeksi adalah karyawan peternakan cerpelai di Michigan yang menyaksikan wabah virus Corona pada Oktober 2020.

Dua sisanya berasal dari area yang sama tetapi tidak memiliki hubungan dengan peternakan tersebut. Pengungkapan baru-baru ini menunjukkan bahwa varian cerpelai mungkin telah beredar lebih luas di daerah tersebut pada saat itu.  

Dilansir dari Times of India, Senin (25/4/2022), Casey Barton Behravesh, yang memimpin One Health Office CDC, mengatakan kepada portal berita terkemuka bahwa sampel yang dikumpulkan selama waktu itu dari keempat orang mengandung dua mutasi.

Para ilmuwan percaya bahwa mereka mungkin merupakan tanda-tanda adaptasi terhadap cerpelai yang merupakan hewan jenis musang dan tupai itu. Namun, Behravesh menambahkan bahwa ada beberapa urutan genetik yang tersedia dari masyarakat di sekitar peternakan, sehingga sulit untuk mengetahui apakah mutasi tersebut berasal dari cerpelai di peternakan atau sudah beredar di masyarakat. 

Versi virus mutan yang sama telah dilaporkan dari peternakan cerpelai di Eropa dan orang-orang yang berhubungan dengan peternakan itu. Kasus serupa penularan cerpelai ke manusia juga telah dilaporkan di Denmark, Belanda dan di tempat lain.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.