Sukses

Meriahkan Suasana Lebaran, Ini 4 Alasan Mengapa Selalu Ada Kue Kering Saat Idul Fitri

Berikut ini deretan fakta tentang kue kering yang selalu ada saat perayaan lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Lebaran sebentar lagi. Menjelang lebaran tentu ada begitu banyak hal yang dipersiapkan oleh para muslim di seluruh dunia termasuk di Tanah Air. Tak sedikit muslim di Indonesia yang mempersiapkan baju baru, hidangan lebaran hingga kudapan yang wajib ada di meja tamu yaitu kue kering.

Seperti yang kita tahu, lebaran sendiri identik dengan kue kering. Ya, kue kering nampaknya menjadi kudapan yang wajib ada di meja semua rumah. Tentunya ada begitu banyak jenis kue kering yang dijadikan sebagai kudapan saat Hari Raya Idul Fitri.

Namun, secara umum kue kering selalu berhasil memeriahkan dan menemani momen hangat kita berkumpul bersama keluarga di hari lebaran. Tapi mungkin banyak yang penasaran kenapa selalu ada kue kering saat Hari Raya Idul Fitri, kan?

Berikut ini deretan fakta tentang kue kering yang selalu ada saat perayaan lebaran.

1. Kue Kering sebagai Simbol Perayaan

Semua tentu tahu bahwa ada begitu banyak jenis kue kering, namun yang paling sering dihidangkan saat lebaran ialah nastar dan kastengel. Kedua kue kering ini dibawa masuk oleh orang-orang Belanda yang selalu membuatnya di setiap momen perayaan.

Kebiasaan ini pun menjadi tradisi yang melekat di masyarakat dan kini kue kering nampaknya sudah menjadi suguhan wajib saat lebaran. Namun tak hanya saat lebaran, tapi keberadaan kue kering juga wajib ada saat perayaan lainnya, baik Natal maupun tahun baru.

2. Mempererat Silaturahmi

Lebaran merupakan momen hangat yang kita habiskan bersama keluarga atau kerabat yang jarang ditemui. Itu mengapa banyak keluarga menyajikan berbagai hidangan, salah satunya kue kering untuk menjamu para tamu yang datang untuk bersilaturahmi.

Seorang sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, pernah mengungkapkan bahwa budaya menyajikan aneka hidangan ini dimulai di awal abad ke-20. Saat hari lebaran, orang Eropa akan memberikan kue kering pada pribumi yang merayakan, sebaliknya di hari Natal warga pribumi akan mengirimkan makanan pada orang-orang keturunan Eropa.

3. Kue Kering Awet Disimpan Waktu Lama

Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana awal mula kue kering kerap dihidangkan saat lebaran. Awalnya, kue kering hanya boleh dinikmati oleh para bangsawan dan baru menyebar ke seluruh dunia lewat pedagang muslim.

Baru di abad ke-14, kudapan lezat ini boleh disantap oleh rakyat biasa dan sering dijadikan bekal saat bepergian karena cukup awet disimpan dalam waktu lama.

Hal ini nampaknya yang lantas menjadi alasan mengapa banyak orang menyediakan kue kering sebagai salah satu kudapan wajib dalam menjamu para tamu. Dapat disimpan cukup lama di wadah kedap udara, kue kering jadi pilihan kudapan praktis dan hemat biaya.

4. Hadirkan Kehangatan di Rumah

Adanya kue kering di rumah membuat suasana terasa lebih hangat. Terlebih lagi proses membuat kue dijamin menghadirkan kehangatan tersendiri di antara anggota keluarga. Belum lagi ketika mencicipinya bersama dengan keluarga besar saat hari lebaran tiba.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dilema Pembuat Kue Kering di Tengah Mahalnya Harga Minyak Goreng Kemasan Jelang Lebaran

Saat ini, para pengusaha kue kering di Provinsi Gorontalo kerap mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng kemasan. Meski stok minyak goreng kemasan saat ini tersedia, tetapi harganya dinilai sangat mencekik mereka.

Mereka mengaku, jika menggunakan minyak goreng kemasan membuat kue kering yang mereka produksi memiliki cita rasa yang bagus. Jika beralih ke minyak goreng curah akan merusak kualitas kue tersebut.

Meskipun harganya sangat mahal, tetapi mereka mau tidak mau harus membeli minyak goreng kemasan. Sebab, saat ini mereka mengejar target pesanan yang harus selesai pada lima hari sebelum hari raya Idul Fitri.

"Meskipun mahal, terpaksa kami tetap beli. Karena minyak goreng curah dinilai tidak bagus menjadi bahan baku kue kering," kata Ruslin salah satu pengusaha kue di Bone Bolango kepada Liputan6.com, Kamis (14/04/2022).

Menurutnya, jika menggunakan minyak goreng curah sebagai bahan baku kue kering, selain akan berpengaruh pada cita rasa, kue tersebut tidak tahan lama untuk disimpan dalam waktu tertentu.

"Biasanya, kalau kami pakai minyak goreng curah, kue tersebut akan cemat amis dan jika disimpan lama, pasti akan berjamur," tuturnya.

"Belum lagi minyak goreng curah dinilai tidak sehigienis minyak goreng kemasan yang pabrikan," katanya.

Saat ini, minyak goreng kemasan di beberapa ritel supermarket dan minimarket dijual dengan harga bervariasi. Minyak goreng kemasan tak lagi mengikuti harga eceran tertinggi (HET) Pemerintah melainkan tergantung merek.

"Kami melihat harga minyak goreng kemasan tergantung merek. Dan akhir-akhir ini banyak minyak goreng kemasan yang keluar dengan merek terbaru," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.