Sukses

Studi: Penderita Long Covid Lebih Mungkin Menderita Depresi Setelah Terinfeksi

Sebuah studi baru telah menemukan hubungan antara menderita Long Covid dan masalah kesehatan mental.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru telah menemukan hubungan antara menderita Long Covid dan masalah kesehatan mental.

Masalah kesehatan mental telah lama dianggap sebagai gejala umum dari Long Covid, tetapi sekarang studi baru telah melangkah lebih jauh, menemukan ada hubungan langsung antara depresi dan tertular virus corona.

The US Department of Veterans Affairs, badan di balik penelitian tersebut, menerbitkan temuannya di British Medical Journal. Ditemukan orang yang dites positif untuk Covid-19 adalah 60% lebih mungkin untuk menerima diagnosis mengenai kesehatan mental mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penelitiannya

Data dikumpulkan dari 153.848 orang yang telah tertular virus, di mana pengalaman mereka dibandingkan dengan orang yang tidak tertular.

Studi ini juga menarik data dari kelompok kontrol orang-orang dari sebelum pandemi dengan masing-masing kelompok dilacak selama 12 bulan.

 

3 dari 5 halaman

Temuan penelitian

Penelitian tersebut menemukan bahwa selama 12 bulan, orang yang memiliki Covid lebih mungkin mengembangkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, serta kesulitan tidur dan penyalahgunaan zat.

Data tidak berhenti di situ. Tidak hanya masalah kesehatan mental yang lebih mungkin terjadi pada orang yang telah tertular virus, tetapi juga kemungkinan orang membutuhkan obat untuk mendukung kesehatan mental mereka setelah satu tahun terkena virus.

Studi ini menemukan bahwa bagian positif Covid memiliki tingkat kecemasan 35% lebih tinggi dan tingkat depresi 39% lebih tinggi.

 

4 dari 5 halaman

Kesulitan tidur

Selain itu, kondisi lain juga terlihat, meskipun dalam jumlah kecil. Kelompok Covid ditemukan memiliki 2,4% lebih banyak orang yang kesulitan tidur dan 0,4% menunjukkan masalah penyalahgunaan zat.

The Huffington Post melaporkan bahwa hasilnya lebih kuat ditemukan pada orang yang dirawat di rumah sakit karena virus, meskipun mereka masih ada di antara mereka yang tidak.

Berbicara kepada surat kabar itu, presiden Royal College of Psychiatrists, Dr Adrian James, mengatakan: “Banyak orang menghadapi perjuangan berat untuk membangun kembali kehidupan mereka. Perawatan sangat penting tetapi rumit oleh kenyataan bahwa kebanyakan orang yang mengalami kesulitan kesehatan mental setelah infeksi tidak mencari bantuan."

5 dari 5 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.

    COVID-19 omicron

  • Long Covid-19 adalah kondisi pasien yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 masih mengeluhkan gejala setelah dinyatakan sembuh.
    Long Covid-19 adalah kondisi pasien yang sudah pernah terinfeksi virus Covid-19 masih mengeluhkan gejala setelah dinyatakan sembuh.

    Long Covid

  • Depresi adalah kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus.

    Depresi

  • Kesehatan mental mencakup kesehatan emosional, psikologis, dan sosial.

    kesehatan mental

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    Omicron

  • Mental health