Sukses

Studi: Pandemi Covid-19 Sebabkan Angka Kasus Hipertensi Meningkat

Ternyata selama pandemi Covid-19, angka kasus hipertensi atau tekanan darah tinggi ikut meningkat

Liputan6.com, Jakarta Virus corona tidak seperti penyakit lain yang tidak hanya memengaruhi sistem pernapasan tetapi juga menyebabkan kerusakan parah pada bagian tubuh lainnya. Kita semua tahu orang dengan penyakit penyerta lebih berisiko terkena infeksi dan terinfeksi parah.

Namun, yang juga kita ketahui adalah bahwa secara mental dan fisik, pandemi Covid-19 telah berdampak besar pada kita, mengubah gaya hidup kita ke tingkat yang besar. Hal ini pada gilirannya telah menyebabkan peningkatan banyak penyakit kronis termasuk tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu kondisi di mana kekuatan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi, yang menurunkan aliran darah dan oksigen ke jantung, yang menyebabkan penyakit jantung.

Biasanya, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90, dan dianggap parah jika tekanannya melebihi 180/120. Mengingat bahwa hipertensi tidak memiliki gejala, itu juga dikenal sebagai 'pembunuh diam-diam'.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Hubungan Covid-19 dengan hipertensi

Mengutip dari laporan TimesofIndia, Dr Ladhani menjelaskan dengan mengatakan, "Hubungan antara COVID-19 dan tekanan darah tinggi berjalan dua arah. Pada dasarnya orang dengan tekanan darah tinggi berisiko lebih tinggi terkena covid dan juga kemungkinan komplikasinya tinggi."

Menurut dia, ini terutama terjadi karena kekebalan yang rendah. Pada saat yang sama, reseptor TA yang merupakan elemen infektif utama untuk COVID-19 yang membantunya menyusup dan menyebabkan infeksi aktif pada pasien hipertensi yang membuat kemungkinan komplikasi mereka sangat tinggi.

"Pada saat yang sama orang yang memiliki COVID-19 dapat mengembangkan hipertensi pasca infeksi. Jadi itu adalah dua cara di mana orang dengan hipertensi memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan COVID dengan risiko komplikasi yang tinggi." Dia menambahkan.

 

3 dari 5 halaman

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap lonjakan angka penderita hipertensi

Menurut Dr Ladhani, perubahan gaya hidup yang terjadi akibat pandemi ini terutama bekerja dari rumah, gaya hidup sedentary, kecemasan kronis, stres, semua ini adalah faktor predisposisi yang menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi dan kondisi kesehatan kronis lainnya serta gangguan kesehatan mental.

Dr TS Kler, Ketua Cardiac Sciences, Fortis Heart and Vascular Institute di Gurugram memiliki pendapat yang sama dan mengatakan, "Penyakit tidak menular seperti diabetes, penyakit arteri koroner terkait dengan gaya hidup buruk yang meliputi rutinitas stres yang berkelanjutan, kecemasan, kebiasaan makan yang tidak sehat. dll."

Meski menurutnya pandemi tidak secara langsung meningkatkan risiko hipertensi, namun stres dan kecemasan yang terkait dengan pandemi tentu saja menyebabkan angka tersebut berada di sisi yang lebih tinggi pada individu normal.

 

4 dari 5 halaman

Langkah-langkah yang harus diambil

Dr Kler percaya bahwa kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat adalah faktor yang dapat dibalik, yang dapat dicapai dengan mempertahankan diameter pinggang yang sehat, menjaga kadar Hb1AC antara 6-7 , tekanan darah antara 130/80.

Selain itu, adalah baik untuk menjadi vegetarian. Tetapi jika Anda non-vegetarian, Anda dapat memilih ikan atau ayam dan menghindari daging merah. "Memiliki tidur yang cukup sesuai kelompok usia Anda dan yang terpenting menghindari stres benar-benar dapat membuat perbedaan,” tambahnya.

 

5 dari 5 halaman

Pentingnya vaksinasi dan protokol kesehatan

Di sisi lain, Dr Ladhani menekankan pentingnya penggunaan masker yang tepat, vaksinasi dan penggunaan pembersih sebagai langkah-langkah keamanan. Hal ini, menurut dia, bisa mengurangi prevalensi kecemasan.

Selain itu, ia berkata, "Jika Anda memiliki kecemasan atau masalah kesehatan mental lainnya, silakan mencoba dan mencari konseling dan bantuan medis di mana pun diperlukan dan pada saat yang sama mencoba untuk berolahraga dan memeriksakan diri secara berkala."

Menurut dia, ini untuk memastikan bahwa kita tidak menderita penyakit tersebut. Bagaimanapun, yang paling penting adalah memiliki diet sehat dan beberapa bentuk olahraga dengan tidur yang baik dan mencoba untuk menghilangkan kecemasan dan masalah kesehatan mental.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.