Sukses

Studi: Makin Banyak Orang Alami Coronasomnia, Sulit Tidur Akibat Pandemi Corona

Makin banyak orang alami gejala Coronasomnia. Apa itu?

Liputan6.com, Jakarta Lebih dari setahun telah berlalu sejak dimulainya pandemi virus Corona. COVID-19 tidak hanya mengganggu kehidupan banyak orang, tetapi memengaruhi kesehatan mental.

Itu bisa berupa ketakutan tertular virus atau berurusan dengan gejala yang terkait, maupun kecemasan dan stres tidak mengenal batas. Dampaknya, pandemi Covid-19 telah memengaruhi siklus tidur banyak orang yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Tak heran, makin banyak orang yang mengeluh sulit tidur sejak pandemi Covid melanda.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Apa itu Coronasomnia?

Coronasomnia, sesuai dengan kata tersebut, ini menggambarkan masalah insomnia dan masalah tidur lainnya yang dialami banyak orang akibat virus Corona.

Melansir dari TimesofIndia, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine memaparkan bahwa sekitar 40% orang melaporkan mengalami masalah tidur sebagai akibat dari pandemi Covid-19.

 

3 dari 6 halaman

Penyebab Coronasomnia

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya 'Coronasomnia'. Meskipun banyak yang berkaitan dengan ketakutan terinfeksi COVID-19, juga ada banyak tekanan yang datang dengan kebutuhan untuk melindungi orang yang kita cintai dan keluarga.

Selain itu, menipisnya tingkat interaksi sosial, isolasi dan ketakutan, semuanya menyebabkan ketegangan pada pikiran dan menyebabkan berbagai masalah terkait tidur.

 

4 dari 6 halaman

Perubahan gaya hidup karena pandemi

Pandemi COVID-19 telah membawa perubahan besar pada cara hidup kita. Itu telah mengganggu jadwal harian banyak orang, kebiasaan makan, lingkungan kerja, dan merusak stabilitas mental.

Sementara itu, menjaga jarak sosial dan karantina telah menjadi aturan untuk memutus rantai pandemi. Ini secara tak langsung juga berkontribusi pada kurang tidur dan insomnia pada banyak orang.

 

5 dari 6 halaman

Stres dan Kecemasan

Pandemi telah banyak orang. Sebanyak Anda berusaha mencoba dan mengabaikan bahayanya, Anda diselimuti oleh serangkaian tantangan lain yang berkaitan dengan hal yang sama.

Baik itu menangani krisis COVID sebagai tenaga kesehatan atau hanya bertahan hidup dari pandemi ini sebagai individu biasa, banyak pemikiran dan perencanaan yang masuk ke dalamnya, yang mengarah ke serangkaian episode stres.

Laporan ilmiah menunjukkan bahwa stres dapat menyebabkan produksi hormon tertentu - adrenalin dan kortisol - yang dapat membuat tidur dan rileks menjadi lebih sulit.

 

6 dari 6 halaman

Bagaimana cara mengatasinya?

Para ahli menyarankan untuk mengatasi kecemasan dan stres dengan bantuan yoga atau meditasi. Selama masa kritis seperti ini, penting bagi Anda untuk fokus pada kesehatan mental dan mencoba meredakan stres mental yang dapat menyebabkan masalah yang lebih menyedihkan di masa depan.

Menjaga rutinitas teratur dan beralih ke gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi dan mengelola tingkat stres. Rencanakan dan atur strategi bagaimana Anda beraktivitas dan bekerja untuk membangun keadaan normal di dalam dan di luar hidup Anda.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.