Sukses

Studi: Konsumsi Anggur Dapat Lindungi Kulit dari Kerusakan Akibat Sinar UV

Sebuah penelitian menunjukkan mengonsumsi buah anggur dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar ultraviolet (UV).

Liputan6.com, Jakarta Buah anggur telah dipercaya sebagai obat sekaligus camilan sejak zaman Yunani Kuno. Buah bundar yang rasanya manis ini didaulat sebagai buah para raja karena kerap dihidangkan untuk kaum bangsawan dulu.

Anggur mengandung lebih dari 1.600 senyawa yang baik bagi kesehatan. Kandungan nutrisi dan antioksidannya yang tinggi menawarkan berbagai khasiat yang luar biasa untuk kulit wajah.

Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology menyatakan bahwa mengonsumsi buah anggur dapat melindungi kulit dari sengatan sinar matahari dan mencegah kerusakan kulit akibat sinar ultraviolet (UV).

Subjek penelitian mengatakan adanya peningkatan resistensi terhadap sengatan matahari dan penanda penurunan kerusakan UV pada tingkat sel. Komponen alami yang ditemukan dalam anggur atau dikenal sebagai polifenol dianggap mampu mengatasi efek tersebut. Sekitar 60-70% kandungan polifenol pada anggur ditemukan dalam bijinya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sebagai lapisan tambahan tabir surya

"Anggur dapat bertindak sebagai tabir surya yang dapat dimakan, meawarkan lapisan perlindungan tambahan selain menggunakan produk tabir surya secara langsung pada kulit," kata Craig Elmets, pemimpin peneliti dari Universitas Alabama, Birmingham, AS.

Hasil penelitian menunjukkan, mengonsumsi anggur dapat bersifat protektif. Hal ini karena diperlukan banyak paparan sinar UV agar kulit terbakar setelah mengonsumsi anggur, dengan MED (Dosis Minimal Erythema) meningkat sekitar 74,8 persen.

 

3 dari 3 halaman

Kasus kanker kulit sebagian besar akibat paparan sinar UV

Analisis biopsi kulit menunjukkan bahwa diet anggur dikaitkan dengan penurunan kerusakan DNA, sel kulit mati yang lebih sedikit, dan penurunan penanda inflamasi yang jika dibiarkan dapat merusak fungsi kulit dan berpotensi menyebabkan kanker kulit.

Sebagian besar kasus kanker kulit dikaitkan dengan paparan radiasi UV dari matahari. Sekitar 90 persen mengalami kanker kulit nonmelanoma dan 86 persen melanoma. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.