Sukses

Miliki Tato di Sekujur Tubuh, Guru TK Ini Kehilangan Pekerjaannya

Guru TK yang memiliki tato di sekujur tubuhnya ini dipecat karena dianggap menakuti murid-muridnya.

Liputan6.com, Jakarta Seorang guru biasa kita kenal dengan penampilannya yang rapi dan sopan. Setelan kemeja sudah menjadi pakaian kesehariannya saat mengajar. Namun berbeda dengan seorang guru TK di Prancis bernama Sylvain Helaine. 

Alih-alih berpenampilan rapi untuk merepresentasikan profesinya, dia justru memutuskan untuk memenuhi seluruh tubuhnya dengan tato.

"Menghiasi tato di badan adalah hasrat saya," katanya kepada Reuters.

Semua berawal bersamaan dengan proses pencarian jati diri Sylvain. Tepat saat menginjak usia 27 tahun, dirinya memberanikan diri untuk mengikuti keinginannya memodifikasi tubuh dengan beragam corak tato.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keluhan Orangtua Murid Sekolahnya

Di saat dia nyaman dengan penampilannya sekarang, pemilik akun Instagram @freakyhoody ini justru harus menerima kenyataan pahit. Keinginannya tersebut justru menjadi bumerang yang mengancam profesinya di taman kanak-kanak SD Docteur Morere di Palaiseau, pinggiran kota Paris.

Perjalanannya selama 12 tahun jadi guru kandas dalam sekejap dan dia harus menerima keputusan yang disepakati oleh pihak sekolah. Dengan berat hati, pihak sekolah mengeluarkan Sylvain karena banyaknya keluhan yang ditujukan oleh orangtua murid. 

Sekumpulan orangtua murid mengungkapkan keresahan bahwa penampilan bertato Sylvain membuat anak mereka mimpi buruk.

Faktanya, Sylvain menjelaskan mereka bukanlah orangtua dari murid yang diajarnya. Melainkan mereka hanyalah orang jauh yang ingin menjatuhkan Sylvain karena penampilannya yang nyentrik. 

 

3 dari 3 halaman

Ungkapan Hatinya

Sebaliknya, orang yang mengenal dan dekat dengan Sylvain justru memberi respon yang mengesankan. Bahkan di awal penampilannya, Sylvain mendapat pelukan hangat dari murid-murid yang diajarnya.

“Semua murid saya dan orang tua mereka selalu asyik dengan saya karena pada dasarnya mereka mengenal saya," ujarnya kepada Reuters. 

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa anak-anak kecil seringkali lebih menerima daripada rekan-rekan dewasa mereka (orangtua). Bersamaan dengan perilaku yang tidak mengenakkan yang diterimanya, dirinya pun memberikan materi tentang menerima perbedaan orang lain.

Harapannya, murid-murid bisa menyebarkan nilai penting ini dan juga memberikan peringatan kepada orang dewasa yang cenderung menghakimi.

Penulis:

Ignatia Ivani 

Universitas Multimedia Nusantara

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.