Sukses

Kerap Diabaikan, Ini Bahayanya Melepas Balon Gas ke Udara

Perayaan melepas balon gas ternyata sangat berbahaya, simak ulasannya di bawah ini.

Liputan6.com, Jakarta Pada beberapa momen spesial seperti pernikahan ataupun ulang tahun, tak sedikit orang yang mengadakan perayaan pelepasan balon gas ke udara. Hal ini mungkin terlihat bagus, namun tak banyak yang menyadari bahwa hal ini dapat berbahaya bagi lingkungan.

Semua balon yang sudah dilepaskan ke udara, terlepas dari sengaja atau tidak, akan kembali ke bumi sebagai sampah dan dapat membunuh hewan yang tak terhitung jumlahnya.

Balon dapat kembali ke darat dan laut di mana itu bisa disalahartikan sebagai makanan dan dimakan oleh hewan. Banyak hewan seperti penyu, lumba-lumba, paus, ikan dan burung telah dilaporkan terdapat balon di dalam perut hewan tersebut.

Memang pada kenyataannya, diketahui bahwa pelepasan balon memiliki beberapa implikasi yang berbahaya bagi lingkungan. Dilansir dari forbes.com, berikut adalah beberapa alasan mengapa balon gas buruk bagi lingkungan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Menjadi Sampah di Laut

Usai melepas puluhan atau bahkan ratusan balon gas ke udara, apakah Anda pernah berpikir ke mana selanjutnya mereka akan pergi? Tentu saja kebanyakan akan jatuh ke laut dan menjadi sampah di sana. Tak hanya menambah tumpukan sampah di laut, balon-balon tersebut juga bisa menjadi "santapan" hewan laut. 

3 dari 5 halaman

Membunuh Hewan Laut

Balon yang dilepaskan ke udara tidak akan hilang begitu saja, mereka juga akan tersangkut pada sesuatu seperti cabang pohon atau kabel listrik. Lalu mengempis dan kembali ke bawah atau naik sampai mereka meletus dan jatuh kembali ke bumi dan akan berakhir di laut.

Balon dapat disalahartikan sebagai makanan dan jika dimakan oleh hewan laut balon dan sampah laut lainnya dapat menyebabkan hilangnya nutrisi, internal cedera, kelaparan, dan kematian.

Tali atau pita yang sering ditemukan menempel pada balon juga dapat menyebabkan belitan pada hewan-hewan laut. Sebuah studi ilmiah baru-baru ini di jurnal Scientific Reports menemukan bahwa puing-puing, seperti bahan balon, lebih berbahaya bagi burung laut meskipun sebagian besar dari yang mereka konsumsi adalah plastik.

Menurut ringkasan penelitian di situs Phys.org, data menunjukkan bahwa jika burung laut akan menelan sepotong plastik dan memiliki peluang kematian sekitar 20 persen, lalu meningkat menjadi 50 persen. Itulah yang akan terjadi pada balon yang kita lepas ke udara dan berakhir di laut. 

4 dari 5 halaman

Pencemaran Lingkungan

Limbah padat yang menumpuk di garis pantai saluran air, dikenal sebagai sampah laut. Sampah laut dikenali sebagai bentuk pencemaran selama lebih dari 50 tahun dan sering digambarkan sebagai salah satu masalah pencemaran laut yang paling luas karena ditemukan dari lokasi pantai paling terpencil hingga pantai yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia.

Pembersihan Pesisir Internasional tahunan The Ocean Conservancy melaporkan bahwa dari tahun 2008 hingga 2016 hampir 300.000 balon ditemukan di sepanjang pantai AS. Jumlahnya lebih dari 31.000 balon per tahun. Hal ini bisa terjadi lantaran kurangnya pengetahuan masyarakat dan tidak mengerti bahwa tidak ada balon yang "ramah lingkungan", bahwa setiap balon yang dilepaskan menjadi sampah dan bisa berbahaya.

5 dari 5 halaman

Bahaya bagi Satwa Liar

Balon gas yang diterbangkan ke udara dapat menimbulkan risiko bagi satwa liar karena kemungkinan tertelan lantaran warnanya yang menarik atau pitanya yang dapat menjerat hewan. Melansir dari encenter.org, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan usai menggunakan balon agar tak berdampak buruk bagi lingkungan yaitu sebagai berikut:

  1. Jangan pernah melepaskan balon ke udara.
  2. Ambil balon atau pita yang Anda temukan dan buang dengan benar
  3. Jika karena suatu alasan Anda menggunakan balon, setelah selesai, pastikan untuk meletuskannya dan membuangnya dengan benar potong tali atau pita, dan buang di tempat sampah.

Penulis:

Fayola Gishlaine

Universitas Multimedia Nusantara

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.