Sukses

Mengandung Steroid, Obat Ini Diklaim Sembuhkan Pasien COVID-19 di Inggris

Baru-baru ini sebuah obat tengah jadi perbincangan karena diklaim telah menyelamatkan pasien COVID-19 di Inggris.

Liputan6.com, Jakarta - Para dokter dan peneliti terus berupaya mencari vaksin yang mampu menyembuhkan pasien COVID-19. Baru-baru ini sebuah obat tengah jadi perbincangan karena diklaim telah menyelamatkan pasien yang terinfeksi Virus Corona COVID-19 di Inggris.

Obat tersebut ialah Dexamethasone. Para peneliti di Inggris menyatakan uji coba pengobatan COVID-19 dengan menggunakan obat yang mengandung steroid ini menunjukkan keberhasilan dalam menyelamatkan nyawa pasien.

Rupanya, obat ini sudah banyak tersedia dan harganya pun murah. Dalam uji coba yang diumumkan hari Selasa (16/6/2020) lalu, disebutkan bahwa Dexamethasone, yang banyak digunakan untuk mengatasi peradangan penyakit seperti arthritis, bisa mengurangi tingkat kematian pasien COVID-19 sampai sekitar 30 persen.

Dengan hasil ini, para peneliti pun menyarankan agar obat ini segera digunakan untuk pasien yang paling parah terinfeksi Virus Corona COVID-19.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Akan diteliti lebih lanjut

Penemuan tersebut diumumkan lewat pernyataan kepada media, namun peneliti mengatakan mereka akan menerbitkan hasil penelitian sesegera mungkin.

Namun, penelitian ini masih belum mendapatkan kajian dari peneliti lain atau biasa disebut sebagai 'peer review'. Penelitian yang dimuat di jurnal kedokteran di Inggris The Lancet mengenai penggunaan obat malaria hydroxychloroquine untuk COVID-19 sekarang sudah dtarik.

"Kita sudah pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, tidak saja selama pandemi corona, namun juga sebelum COVID, dengan hasil yang mengesankan. Namun ketika melihat datanya, ternyata tidak begitu menyakinkan," kata Kathryn Hibbert, direktur Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Umum Harvard di Massachusetts, Amerika Serikat seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (17/6/2020).

3 dari 4 halaman

Tak bermanfaat bagi pasien yang tak butuh bantuan pernapasan

Dr Hibbert mengatakan bahwa sudah ada data yang dipublikasikan, dia bisa melakukan kajian untuk melihat pasien mana yang mendapat manfaat Dexamethasone dan dosis pengobatan mana yang efektif.

"Saya berharap temuan ini benar adanya karena akan jadi suatu kemajuan pesat dalam membantu para pasien," katanya.

Dalam uji coba itu, bagi pasien COVID-19 yang tidak memerlukan bantuan pernapasan, pengobatan menggunakan Dexamethasone ternyata tidak memberikan manfaat.

4 dari 4 halaman

Disetujui Penggunaannya di Inggris

Kementerian Kesehatan Inggris mengatakan bahwa obat ini sudah disetujui penggunaannya oleh Layanan Kesehatan Nasional (NHS).

Inggris menerapkan pembatasan ekspor atas obat ini dan sebanyak 200 ribu obat sudah dicadangkan untuk digunakan.

"Ujicoba ini menunjukkan bahwa bila pasien COVID-19 menggunakan ventilator, atau menggunakan tabung oksigen, dan kemudian diberi Dexamethasone, akan menyelamatkan nyawa. Harganya juga murah," kata Prof Martin Landray dari Oxford University, salah seorang peneliti dalam percobaan yang dikenal dengan nama percobaan RECOVERY.

"Untuk harga sekitar Rp 900 ribu, kita bisa mengobati dan menyelamatkan delapan pasien," katanya.

Dia memperkirakan satu orang akan berhasil diselamatkan dari setiap 25 orang pasien yang sedang dirawat menggunakan tabung oksigen.

Peneliti lainnya Peter Horby menyebut Dexamethasone sebagai "terobosan besar."

Sampai saat ini tidak ada satu pengobatan pun yang tersedia untuk mengobati COVID-19, virus yang sudah menyebabkan kematian lebih dari 431 ribu orang di seluruh dunia.

Sejauh ini baru ada obat Remdesivir yang bisa mempercepat proses penyembuhan bagi mereka yang dirawat di rumah sakit.

"Ini akan menggantikan Remdesivir dalam soal dampaknya," kata Mark Wurfel, professor kedokteran di University of Washington.

Namun dia mendesak peneliti untuk mengeluarkan data yang mereka miliki dalam publikasi resmi terbuka.

"Data ini akan membantu dalam penerapan obat bagi pasien untuk memutuskan apakah ini bisa digunakan atau tidak," katanya.

Sumber: ABC Australia

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.