Sukses

Pemimpin Wanita yang Humoris Cenderung Dianggap Remeh, Mengapa?

Humor yang memudarkan kemampuan di mata orang banyak.

Liputan6.com, Jakarta Menghidupkan suasana dengan canda tawa dan lelucon-lelucon yang mengocok perut bukanlah suatu hal yang mudah. Perlu selera humor yang bagus untuk menghidupkan suasana sunyi yang membosankan menjadi suasana yang lebih hidup.

Tak hanya laki-laki, banyak wanita juga memiliki selera humor yang bagus dan mampu memecahkan tawa. Namun bagaimana jika tawa yang datang menimbulkan sebuah permasalahan dan membuat seseorang harus mengahadapi sebuah hukuman.

Seorang wanita tertentu tidak seharusnya menimbulkan tawa, dan menyimpan sisi humoris dalam dirinya. Dilansir dari Forbes.com, seorang pemimpin wanita tidak dibolehkan melucu. Seorang bos wanita lebih dinilai negatif daripada seorang pria meskipun mereka memiliki perilaku dan potensi yang sama.

Seorang bos dituntut untuk memiliki sikap tegas, terus terang, dapat mengendalikan orang-orang dan lebih percaya diri. Ilmuwan di bidang sosial mengatakan bahwa seorang wanita diharapkan dapat menunjukkan kepedulian terutama pada kesejahteraan orang lain.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenapa Wanita Tidak Boleh Lucu

Tim investigasi adalah universitas Arizona bersama dengan Jonathan Evans menemukan bahwa penilaian kinerja dan kapasitas seseorang menjadi pemimpin dipengaruhi oleh gender seseorang. Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa humor akan berdampak positif bagi pria, namun sebaliknya bagi wanita.

Seorang pemimpin pria humoris dinilai tinggi oleh orang-orang, namun seorang wanita humoris dinilai tidak memiliki kinerja dan potensi memimpin yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa humor memiliki dampak negatif bagi wanita. Bagai sebuah hukuman sosial seorang pemimpin wanita humoris dianggap rendah, meskipun itu bukan kenyataan yang sebenarnya.

Humor lebih disarankan kepada seseorang wanita di saat pekerjaan mereka adalah seorang selebritis, artis, pengguna instagram. Sementara untuk pekerjaan di bidang politik atau bisnis, seorang wanita yang humoris masih belum bisa ditoleransi.

Hal ini masih menggambarkan bahwa dunia ini masih dipenuhi dengan banyaknya streotip gender, masih perlunya sebuah perjuangan atas gender. Wanita masih bisa menjadi seorang pemimpin yang baik di mana sifat yang dimiliki dapat digabungkan dengan sifat yang diharapkan.

Reporter

Lea Citra Santi Baneza

Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.