Sukses

Kisah Sukses Paraglider Tunanetra Ini Bukti Keterbatasan Fisik Tak Jadi Penghalang

Salut dengan semangat dan kerja kerasnya.

Liputan6.com, Jakarta Memiliki keterbatasan fisik bukanlah tanda bahwa perjuangan hidup telah terhenti. Buktinya, banyak orang dengan keterbatasan fisik berhasil mengumpulkan prestasi lebih banyak dari mereka yang punya bentuk tubuh sempurna. Contohnya, para atlet yang berkontribusi pada kompetisi olahraga terbesar di Asia, yaitu Asian Para Games. 

Seperti sebuah peribahasa, jangan pernah menilai isi buku dari sampulnya. Peribahasa tersebut berlaku untuk setiap manusia agar selalu menjaga lisan dan tangan dari perbuatan yang bisa menyakiti hati sesamanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Semangat Divyanshu Ganatra

Dilansir Liputan6.com dari Scoop Whoop, Jumat (1/2/2019), kisah Divyanshu Ganatra, seorang pria tunanetra asal India bisa menjadi pelajaran hidup yang patut dipetik banyak orang.

Bagi Ganatra, hidup tidak selalu berjalan dengan mulus. Dia kehilangan penglihatannya karena penyakit Glaukoma yang dia derita saat berusia 19 tahun. Glaukoma adalah penyakit saraf mata, di mana terjadi kerusakan saraf yang menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan yang permanen secara perlahan.

Seperti orang pada umumnya, Ganatra juga mengalami syok dan sempat hampir menyerah. Namun, berkat kegigihannya, dia bisa menjadi seorang figur hebat seperti sekarang ini. Ganatra tidak menganggap keterbatasannya menjadi penghalang untuk terus maju menjalani hidup.

3 dari 5 halaman

Dirikan Adventures Beyond Borders Foundation

Terlepas dari keterbatasannya, Ganatra berhasil mendirikan Adventures Beyond Borders Foundation, yaitu sebuah organisasi yang mempromosikan olahraga outdoor baik untuk orang-orang normal maupun mereka yang difabel. Yayasan tersebut juga membawa Ganatra dalam menerima Penghargaan Nasional kategori Welfare of Persons with Disabilities pada tahun 2014.

Kepercayaan dirinya yang besar mengantarnya untuk mencapai kesuksesannya saat ini. Dahulu, saat memulai rehabilitasi karena penyakitnya, satu-satunya pekerjaan yang dianjurkan untuk Ganatra adalah menjadi seorang operator telepon atau pengrajin furnitur. Namun, dirinya percaya bahwa dia bisa melakukan hal yang lebih dari 2 pekerjaan itu.

Saat itu, teknologi informasi dan komputer banyak digaungkan di India. Hal ini mendorong Ganatra untuk mulai belajar komputer hingga mampu meraup kesuksesan karir dalam bidang teknologi informasi hanya dalam kurun waktu 6 tahun.

Tak puas dengan pencapaiannya itu, Ganatra merasa dirinya bisa melakukan hal yang berbeda. Akhirnya, dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya untuk kembali kuliah. Ganatra menyelesaikan pendidikannya mengambil jurusan psikologi. Meskipun dia sempat ditolak masuk karena dirinya adalah seorang tunanetra, dia tetap menuntut haknya sebagai warga negara yaitu untuk memperoleh pendidikan.

4 dari 5 halaman

Berprofesi sebagai psikolog

Sembari bekerja sebagai psikolog, masa kecilnya yang diwarnai dengan olahraga outdoor menantangnya untuk kembali melakukan petualangan besar. Tahun 2004 menjadi tahun pertamanya untuk melakukan paragliding terlepas dari keterbatasannya itu. Pada saat itu, dia berusia 26 tahun.

Sejak momen luar biasa itu, Ganatra membulatkan tekad untuk resmi terjun ke dunia petualangan. Hingga pada tahun 2014, Ganatra menjadi paraglider tunanetra pertama di India yang melakukannya tanpa bantuan orang lain. Dia mampu menyelami luasnya langit seorang diri, meskipun tanpa penglihatan normal.

Pencapaiannya mengundang perhatian banyak orang yang kebanyakan memuji jiwa besar dan prestasinya. Kemudian, Ganatra mengambil kesempatan besar ini untuk membuka pikiran dan hati banyak orang atas pandangannya terhadap kelompok difabel.

5 dari 5 halaman

Ekspedisi bersepeda 500 kilometer di Himalaya untuk orang-orang difabel

Pada tahun yang sama, Ganatra merintis karirnya sebagai pendiri Adventures Beyond Borders Foundation dengan harapan dapat menjembatani jarak yang memisahkan kelompok difabel dan non-difable.

Melalui yayasan yang dia dirikan, setiap tahun Ganatra mengadakan ekspedisi bersepeda 500 kilometer di Himalaya untuk orang-orang difabel. Dirinya telah bersepeda di sepanjang pegunungan Himalaya yang sulit untuk dibayangkan.

Kendati kisahnya yang menginspirasi banyak orang, Ganatra mengaku dirinya tidak setuju jika dia menjadi inspirasi.

Dia mengungkapkan “Apa yang aku lakukan bukanlah suatu hal yang inspiratif. Paragliding ataupun olahraga lainnya bisa dilakukan oleh semua orang. Lalu, mengapa aku dianggap spesial? Kalian tidak akan menyebut orang normal yang melakukan paragliding sebagai sebuah inspirasi, bukan?”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.