Sukses

Japfa Sejahterakan Warga Sekitar Danau Toba Lewat Budidaya Ikan Keramba

Bila dikelola dengan praktik budidaya berkelanjutan, KJA dapat hidup berdampingan dengan ekosistem Danau Toba.

Liputan6.com, Simalungun - Laporan Bank Dunia menyebutkan pencemaran di Danau Toba cukup parah. Oksigen di danau dikatakan hanya sampai di kedalaman 50 meter sementara di bawahnya tidak ada. Jumlah Keramba Jaring Apung (KJA) yang melewati daya tampung disebut-sebut sebagai pemicu utama selain limbah peternakan babi, aktivitas rumah tangga dan perhotelan, serta penebangan hutan di daerah resapan danau.

Mantan Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi sempat mengeluarkan kebijakan pengurangan keramba secara bertahap. Hal ini tentunya tidak sejalan dengan usaha pemenuhan kebutuhan konsumsi ikan nasional yang diprediksi mencapai lebih dari 50 kg ikan per kapita pada tahun 2019.

 

 

Padahal bila dikelola dengan praktik budidaya berkelanjutan, KJA dapat hidup berdampingan dengan ekosistem Danau Toba. Seperti yang dilakukan oleh anak usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT Suri Tani Pemuka (STP). Secara konsisten, STP mempraktikkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB), ramah lingungan, dan berkelanjutan sesuai standar yang ditetapkan oleh KKP RI.

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Tak hanya menyerap tenaga kerja lokal, STP juga rutin mengadakan sosialiasi praktik budidaya ikan yang baik dengan target masyarakat pembudidaya. Selain itu, STP juga mengadakan pembinaan pemanfaatan produk sampingan ikan.

"Tahun lalu saja, total karyawan yang terserap di Kab. Simalungun sekitar 1.800 orang. Kami juga mengadakan training untuk memanfaatkan 70 persen dari produk sampingan ikan seperti kepala, tetelan, isi perut, dan lainnya," ungkap Head of Unit Tilapia Processing Plant PT STP Imam Santoso di Tanah Jawa, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (17/01).

 

 

Ia mengakui sejak diadakannya pembinaan tersebut, makin banyak warga yang memanfaatkan produk sampingan ikan budidaya untuk dijual sebagai kudapan ringan. Secara tidak langsung, hal ini mendorong peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

"Kulit ikan biasanya mereka beli untuk dijual menjadi kerupuk. Sisik dijemur oleh warga untuk dijadikan pakan ayam. Mereka jadi lebih kreatif lah," pungkas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.