Sukses

Stadion VIJ di Petojo, Politik MH Thamrin Melalui Sepak Bola

Di kawasan permukiman padat penduduk di Petojo, terselip sebuah stadion sepak bola legendaris yang pernah menjadi markas Persatuan Sepak Bola Jakarta (Persija).

Liputan6.com, Jakarta Di kawasan permukiman padat penduduk di Petojo, terselip sebuah stadion sepak bola legendaris yang pernah menjadi markas Persatuan Sepak Bola Jakarta (Persija). Stadion yang terletak di Jalan Petojo VI No 2 Rt 3 Rw 6, Cideng, Gambir, Jakarta Pusat ini, digunakan oleh klub sepak bola Hindia Belanda, Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), yang resmi berdiri pada 1928 dan kemudian pada 1950 itu stadionnya dipakai oleh Persija Jakarta.

Namun, tak banyak yang tahu ada peran M.H. Thamrin dalam bangkitnya sepak bola di kalangan pribumi Tanah Air. Muhammad Husni Thamrin, menurut JJ Rizal, lahir bersama cahaya aufklarung atau pencerahan yang dibawa elite pemerintah kolonial lantaran merasa berutang budi kepada masyarakat tanah jajahan pada akhir abad ke-19. Oleh sebab itu, kelahiran Thamrin ditandai oleh gemuruh arus masuknya elemen-elemen aufklarung, yaitu ideologi-ideologi besar, seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme, islamisme dan sepak bola.

Seperti dikutip dari www.mpokiyah.com stadion itu kini tampak kurang terurus dan hanya disewakan untuk klub-klub kecil dengan biaya per jam hanya sekitar Rp300.000. Di bawah Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat, Stadion VIJ tenggelam. Tak banyak yang tahu sejarah stadion itu atau jejak yang ditinggalkan MH Thamrin di sana.

Stadion ini turut didanai oleh politikus Volksraad berdarah Inggris, MH Thamrin, yang menyumbangkan dana senilai 2000 gulden. Dana ini lumayan besar karena hampir 1/10 dari APBD Jakarta saat itu. Berkat sumbangan MH Thamrin, akhirnya terdapatlah lapangan sepak bola yang layak untuk pribumi.

 

 

Cinta MH Thamrin pada penduduk asli di tanah kelahirannya, Jakarta, diwujudkan dengan dukungannya bagi VIJ yang saat itu menjadi cerminan “Indonesia” berbasis kecil. VIJ atau sepak bola adalah simbol perlawanan warga adat terhadap pemerintah kolonial, dengan tidak memakai nama Batavia atas nama asosiasi ini. 

Salah satu alasannya konon adalah karena dalam sepak bola terdapat kerja sama tim. Semangat inilah yang mendasari sepak bola dibawa ke dalam gerakan politik untuk mencapai kemerdekaan.

Tidak hanya itu, Thamrin sendiri adalah pencandu sepak bola. Sebagai politikus Volksraad atau Dewan Rakyat yang dianggap paling berbahaya, Thamrin mendesak pemerintah kota untuk memperhatikan dunia persepakbolaan di kalangan rakyat sendiri. Di stadion yang didirkannya ini, VIJ mengklaim empat gelar juara pada tahun 1931, 1933, 1934 dan 1938, dan menampilkan bakat-bakat asli seperti Roeljaman, Iskandar, A. Gani, Djaimin, Moestari, dan Soetarno. Bahkan pada saat pertandingan final antara VIJ dan PSIM, Thamrin secara khusus meminta Sukarno yang baru saja keluar dari penjara Sukamiskin untuk melakukan tendangan pertama tanda dimulainya pertandingan.

Lapangan Petojo yang sekarang bernama Lapangan VIJ adalah bentuk sejarah yang saat ini masih berdiri di tengah kepadatan kota, dan lama-kelamaan terabaikan. Thamrin, dengan kecintaannya yang kuat terhadap sepak bola, telah membawa tokoh pergerakan bangsa dan proklamator Sukarno ke dalam stadion. Ini sesungguhnya melambangkan visi nasionalisme MH Thamrin bahwa sepak bola bukan medan kepentingan, melainkan perjuangan dan ujung tombak gerakan kebangsaan.

 

Baca berita menarik lainnya di www.mpokiyah.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini