Sukses

Malaikat-Malaikat Kecil Palu Ini Tetap Tegar di Pengungsian

Bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang menerjang Palu, Sulawesi Tengah, menyisakan banyak cerita. Salah satunya, ketegaran anak-anak usia belia

Liputan6.com, Jakarta - Bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang menerjang Palu, Sulawesi Tengah, menyisakan banyak cerita. Salah satunya, ketegaran anak-anak usia belia yang mencoba untuk tetap tersenyum di bawah tenda pengungsian.

Meski trauma pasca gempa masih menyelimuti mereka, namun tak menyurutkan semangat malaikat-malaikat kecil ini untuk tetap bertahan hidup demi mewujudkan cita-cita dan mimpi-mimpinya di masa depan.

Sebut saja Aulia. Gadis cantik usia 4 tahun ini, mengungsi di kaki gunung Gawalise, Bantaya, Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu. Bermain boneka barbie bersama teman-temannya, cukup membuat Aulia sedikit kembali tersenyum.

"Aulia mau jadi dokter, Om," sahut Aulia saat ditanya terkait cita-citanya kelak.

 

Lain lagi dengan Manda, gadis cantik yang punya cita-cita menjadi Polwan. Manda yang telah duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar itu, kini mengungsi di pengungsian Balaroa, Palu Barat.

Manda yang kini berusia 8 tahun, mengungsi bersama tante dan neneknya. Menurut informasi, ibu dari Manda saat ini berada di Qatar menjadi TKW, sedangkan ayahnya berdomisili di Pantai Barat.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Setelah Aulia dan Manda, ketegaran juga terpancar dari Firdaus, bocah yang kehilangan ibu ayah dan kakak kandungnya, akibat bencana likuifaksi di Petobo. Firdaus selamat dari likuifaksi bersama neneknya, Carida, yang saat ini mengungsi di Ngatabaru, Petobo Atas, Palu Selatan.

Sedihnya, bocah berumur empat tahun itu terkadang menangis mencari ibunya sebelum bermain bersama teman-temannya.

"Dia selalu cari mamanya itu. Kalau mau pergi main atau sekolah, dia biasa tidak mau. Dia bilang tunggu mama dulu, saya bilang sama dia mama lagi ada pergi cari uang, itu saja saya bilang supaya dia berhenti cari mamanya," cerita Carida, nenek dari Firdaus.

Selain Aulia, Manda dan Firdaus, masih banyak anak-anak generasi bangsa di Palu, yang punya cita-cita yang sama. Mereka saat ini membutuhkan pendampingan dan pemulihan trauma, meskipun sekolah darurat di sejumlah posko pengungsian telah dibuka untuk kegiatan belajar mengajar.

Pengirim:

Mursyid

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.