Sukses

Usai Gempa, Jalanan di Palu Terbelah dan Naik Setinggi Rumah

Akibat kekuatan yang dahsyat, jalan beraspal di Palu rusak parah hingga 'naik' setinggi rumah.

Liputan6.com, Jakarta - Belum reda duka akibat gempa Lombok beberapa waktu lalu, kini Tanah Air harus kembali menangis. Hal ini lantaran Gempa dan tsunami yang menerjang Palu-Donggala pada Jum’at (28/9/2018). Setidaknya 832 jiwa menjadi korban atas bencana ini. Sementara 540 orang alami luka berat dan 16 ribu lebih warga mengungsi.

Tak hanya korban jiwa, gempa dan tsunami ini juga mengakibatkan rumah-rumah warga runtuh dan rata dengan tanah. Selain itu, berbagai fasilitas umum seperti rumah sakit, mal, hotel, hingga masjid juga ikut rusak.  Beberapa infrastruktur yang ada di kota tersebut seperti jembatan dan jalan raya juga terkena dampaknya.

Jalan-jalan terlihat rusak parah hingga tak memungkinkan kendaraan untuk melintas. Bahkan ada jalan beraspal yang terlihat bergelombang dan 'naik' setinggi rumah yang ada di sana. Kondisi jalan ini dapat dilihat melalui sebuah video yang diunggah di akun Facebook Anak Timur.

Pada video berdurasi 2 menit 34 detik itu terlihat semua rumah warga hancur. Banyak pula mobil-mobil yang berada di atas rumah. Tak terlihat lagi jalan beraspal yang rata seperti biasa. Kondisi jalanan yang rusak parah tersebut tentunya menjadi kendala besar untuk melakukan proses evakuasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Likuifaksi

Tak hanya jalanan beraspal yang ‘naik’ dan bergelombang. Nyatanya terjadi pula tanah yang bergerak dan berubah posisi yang disebabkan oleh likuifaksi pascagempa. Menurut keterangan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, likuifaksi adalah penurunan tanah akibat memadatnya volume lapisan tanah.

"Fenomena ini biasanya terjadi saat gempa bumi terjadi yaitu pada daerah-daerah atau zona-zona dengan tanah yang mengandung air. Misalnya yang sering terjadi itu di dekat pantai atau di daerah gempa, ada lapisan yang mengandung air misalnya tanah pasir," jelas Dwikorita saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin (1/10/2018).

Bahaya dari fenomena 'tanah bergerak' ini adalah bangunan akan ambles masuk ke dalam. Hal itu karena airnya terperas ke luar dan tanahnya memadat jadi permukaan tanah turun. Pondasi bangunan ada di tanah itu jadi ikut turun, sehingga bangunannya ambles.

Reporter: 

Aliftya Amarilisya

Sumber: Brilio.net

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini