Sukses

Keren, Bahasa Indonesia Kian Populer di India

Peminat Bahasa Indonesia melalui program BIPA terus meningkat sejak pertama kali diselenggarakan di KBRI New Delhi tahun 2012. Simak tulisan berikut.

Liputan6.com, New Delhi - Bahasa Indonesia ternyata kian diminati warga India. Buktinya, program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kota New Delhi, India, mendapat sambutan positif.

Mujahidul Islam, misalnya. Salah satu siswa dari 50 pelajar BIPA lainnya di KBRI New Delhi tersebut mengaku senang belajar Bahasa Indonesia. Ia beralasan, bahasa persatuan bangsa Indonesia itu menarik dan juga tidak susah untuk dimengerti.

"Suatu saat nanti saya mau pergi ke Indonesia untuk lebih dekat dan bersahabat dengan orang-orang Indonesia yang terkenal dengan keramahannya juga alamnya yang sangat Indah," ucap Mujahidul, siswa asal Jawaharlal Nehru University (JNU) di New Delhi.

Sebelumnya, pada 26 Juli lalu, KBRI New Delhi resmi meluluskan 50 siswa BIPA untuk periode Februari hingga Juli 2018. Mereka umumnya adalah mahasiswa aktif dari beberapa kampus di New Delhi dan sekitarnya. Misalnya, Jawaharlal Nehru University (JNU), Delhi University (DU), Jamia Millia Islamia (JMI) University, dan beberapa dari kalangan umum lainnya.

Peminat Bahasa Indonesia melalui program BIPA terus meningkat sejak pertama kali diselenggarakan di KBRI New Delhi tahun 2012. Awalnya, jumlah murid kurang dari 10 orang, namun kini mencapai lebih dari 60 siswa. Bahkan, sebanyak 50 di antaranya lulus dengan hasil yang membanggakan.

Menurut Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi, Lestyani Yuniarsih, ketika ingin mengajarkan Bahasa Indonesia kepada penutur asing, otomatis juga mengajarkan budaya Indonesia.

Sebab, menurut dia, bahasa dan budaya merupakan elemen yang saling mengikat. Untuk itu, pengenalan budaya lokal di India menjadi sangat perlu dipahami untuk dapat melakukan penetrasi budaya Indonesia itu sendiri kepada siswa-siswa BIPA. Terutama, untuk lebih memahami Bahasa Indonesia. 

"Sehingga saat mereka sudah lulus akan meninggalkan kesan yang positif dan terciptanya cultural bonding," ujar Lestyani, dalam keterangan tertulis KBRI New Delhi yang diterima Citizen6 Liputan6.com, Rabu (15/8/2018).

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pendekatan Komunikatif

Lestyani Yuniarsih memaparkan, kurikulum yang digunakan dalam program pembelajaran BIPA di KBRI di New Delhi mengacu pada kurikulum dari Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud.

Kurikulum tersebut membagi pemelajar ke dalam enam level, yakni level A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. "Siswa level 1 berada pada level A1, siswa level 2 berada pada level A2, siswa level 3 berada pada level B1, siswa level 4 berada pada level B2, siswa level 5 berada pada level C1, dan siswa level 6 berada pada level C2," imbuh dia.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran BIPA di KBRI New Delhi adalah pendekatan komunikatif. Selain pembelajaran di kelas, praktik pembelajaran juga dilakukan di luar kelas.

Kegiatan tersebut dapat dilihat melalui kegiatan menonton film, kelas berbicara, dan lainnya. "Semua ini dapat menunjang proses pembelajaran, sehingga pembelajar mendapatkan waktu dan ruang untuk mempraktikkan materi Bahasa Indonesia yang telah diterima dan dipelajarinya di kelas," tutur Lestyani.

Peserta dari JNU Paling Banyak 

Sekadar informasi, JNU merupakan universitas yang paling banyak menyumbangkan mahasiswanya untuk belajar Bahasa Indonesia di KBRI. Ada beberapa di antara mereka yang telah belajar Bahasa Indonesia selama setahun di JNU pada program Certificate of Practice (COP).

Selain COP ada program lainnya yang diselenggarakan di JNU, yakni Diploma of Practice (DOP). Setelah mahasiswa mendapatkan sertifikat COP, mereka dapat melanjutkan lagi belajar bahasa Indonesia selama setahun di DOP.

Pembelajar BIPA di KBRI New Delhi yang telah menyelesaikan program COP dari JNU tertarik untuk belajar Bahasa Indonesia di KBRI. "Karena mereka ingin belajar Bahasa Indonesia dari pengajar orang Indonesia asli," kata Lestyani.

Kini, sebanyak 86 orang telah mendaftar sebagai siswa BIPA baru untuk batch September hingga Desember 2018. Mengingat keterbatasan ruang kelas dan fasilitas lainnya, maka siswa akan dibagi ke dalam beberapa kelas dengan waktu pengajaran yang berbeda, sehingga semua siswa dapat terfasilitasi.

"Diharapkan para siswa BIPA ini nantinya berperan menjadi Duta Indonesia yang memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada khalayak India untuk ikut mendorong peningkatan hubungan bilateral kedua bangsa," ujar Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI New Delhi tersebut.

Simak video pilihan berikut ini:

3 dari 3 halaman

Impian Mujahidul Terwujud

Tak sia-sia memang semua program dan kurikulum BIPA di KBRI di New Delhi. Mujahidul Islam pun sukses meraih impiannya untuk berkunjung ke Indonesia bersama dengan satu temannya, Sheema Saukat, mahasiswi S-3 di JNU yang selalu antusias mengikuti materi-materi pembelajaran BIPA.

Selanjutnya, menurut Lestyani Yuniarsih, mereka akan mengikuti Lomba Pidato dan Bercerita Bahasa Indonesia. Lomba ini disertai dengan rangkaian kegiatan lainnya yang diselenggarakan di Jakarta, Padang, dan Bukittinggi, bersama peserta dari beberapa negara lain, pada 14-21 Agustus 2018.

"Keberhasilan keduanya diharapkan menjadi motivasi bagi siswa BIPA lainnya untuk meraih kesempatan lainnya yang diberikan oleh pemerintah Indonesia," Lestyani memungkasi.

Mujahidul pun tersenyum lebar lantaran impiannya terwujud. Apalagi, ia memiliki kesempatan mengunjungi Indonesia yang terletak jauh, tujuan ribuan wisatawan setiap hari.

"Terima kasih kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia New Delhi untuk menyediakan jalan menuju perjalanan ini," Mujahidul Islam menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.