Sukses

4 Negara Berjaya Ini Ternyata Pernah Bubar, Ini Penyebabnya

Meski kedengarannya aneh, memang benar ada sejumlah negara bubar karena beberapa faktor tertentu.

Liputan6.com, Jakarta - Di beberapa tempat lain di belahan dunia, pernah ada sejumlah negara yang berkumpul satu sama lain sampai akhinya membentuk konstitusi dan membuat negara baru.

Meski begitu, mempertahankan negara dari negara lainnya bukanlah perkara muda. Sedikit kebijakan yang tidak menguntungkan sejumlah pihak bisa saja memicu gerakan separatis.

Tak hanya itu, sejumlah faktor lainnya yang membuat negara bangkrut dan mengalami kerugian juga turut berperan besar membuat suatu negara kesatuan menjadi buyar, hingga akhirnya terpecah belah.

Berikut ini merupakan empat negara yang bubar dengan sejumlah faktor, dikutip dari Merdeka.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Uni Soviet atau Uni Republik Sosialis Soviet (URSS)

Uni Soviet termasuk negara dengan pimpinan terpusat dan menerapkan sistem ekonomi terencana. Namun kenyataannya, Uni Soviet bubar setelah kematian pemimpin Soviet yang pertama, Vladimir Lenin, pada 1924.

Uni Soviet akhirnya dipimpin oleh Josef Stalin, penggantinya, setelah memenangkan perebutan kekuasaan. Josef memimpin negara tersebut dengan proses industrialisasi besar-besaran dengan sistem ekonomi terencana dan penindasan politik.

Penyebab bubarnya Uni Soviet karena Perang Dunia II, saat Nazi Jerman dan sekutunya menyerang Uni Soviet melalui Operasi Barbarossa, Juni 1941. Padahal, kedua negara ini sudah menandatangani Pakta Molotov Ribbentrop yang berisi perjanjian untuk tidak saling menyerang.

Uni Soviet dan negara-negara kecilnya di Eropa Timur terlibat dalam Perang Dingin, yaitu perebutan pengaruh ideologi dan politik global yang berkepanjangan melawan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya di Blok Barat. Pada akhirnya, Uni Soviet mengalami kekalahan dalam hal ekonomi serta politik dalam dan luar negeri.

Pada akhir 1980-an, pemimpin Soviet yang terakhir, Mikhail Gorbachev, mencoba merestrukturisasi negara yang dipimpinnya melalui kebijakan glasnost dan perestroika, tetapi justru memicu perpecahan di Uni Soviet yang akhirnya secara resmi bubar pada 26 Desember 1991, setelah gagalnya percobaan kudeta pada Agustus sebelumnya.

3 dari 5 halaman

2. Vietnam Selatan

Perang Vietnam atau Perang Indocina Kedua terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini menjadi bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan SEATO.

Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina (yang bantuan militer oleh Taiwan dan Spanyol) bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet, Tiongkok, Korea Utara, Mongolia dan Kuba mendukung Vietnam Utara yang berideologi komunis.

Jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 280 ribu jiwa di pihak Vietnam Selatan dan lebih dari 1.000.000 jiwa di pihak Vietnam Utara. Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutama Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.

Setelah berakhirnya perang ini, sudah tidak ada lagi Vietnam Selatan. Kedua Vietnam tersebut pun bersatu pada tahun 1976 dan Vietnam menjadi negara komunis. Salah satu korban paling terkenal dari Perang Vietnam ini adalah Kim Phuc.

4 dari 5 halaman

3. Republik Arab Bersatu atau United Arab Republic

United Arab Republic merupakan sebuah negara yang terbentuk antara tahun 1958 hingga 1961. Republik ini merupakan gabungan antara Mesir dan Suriah. Suriah keluar dari gabungan ini pada 1961, sedangkan Mesir masih disebut sebagai Republik Arab Bersatu hingga 1971.

Republik Arab Bersatu merupakan langkah pertama mewujudkan sebuah negara Pan-Arab, yaitu gagasan Jamal Abdun Nashir. Ia menjadi seorang pahlawan Arab setelah kemenangan politiknya dalam Krisis Suez 1956.

Presiden Nashir dan Presiden Suriah Syukri al-Quwatli menandatangani Perjanjian Kesatuan pada 22 Februari 1958. Nashir dilantik sebagai Presiden Republik Arab Bersatu dan Kairo dijadikan ibu kotanya.

Namun, akibat perebutan kekuasaan di Suriah pada 1961 oleh pihak militer, Suriah dikeluarkan dari Republik Arab Bersatu, menandai berakhirnya gabungan ini. Nama Republik Arab Bersatu masih ada hingga tahun 1971, pada saat namanya dikembalikan menjadi Mesir.

5 dari 5 halaman

4. Yugoslavia

Bubarnya negara Yugoslavia terjadi akibat serangkaian pergolakan politik dan konflik selama awal 1990-an. Setelah krisis politik pada 1980-an, Republik Federal Sosialis Yugoslavia terpecah.

Meskipun sudah terbelah, masih ada isu yang belum terselesaikan, yang menyebabkan perang antar-etnis Yugoslavia menjadi sengit. Perang ini mempengaruhi Bosnia, Herzegovina dan bagian-bagian tetangga Kroasia.

Semenjak Josip Broz Tito menjabat sebagai Presiden Yugoslavia, negara ini kembali teratur. Model organisasi negara Yugoslavia, serta "jalan tengah" antara ekonomi terencana dan liberal terbilang sukses.

Yugoslavia mengalami periode pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabilitas politik yang relatif hingga tahun 1980-an. Tapi awal tahun 1980, saat Josip Broz Tito meninggal dunia, kondisi Yugoslavia tak terkendali, terutama pada bidang ekonomi dan politik.

Reporter:

Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.