Sukses

Unik, Negara Ini Gunakan Bongkahan Batu sebagai Mata Uang

Di salah satu negara kepulauan mikronesia, ada pulau unik yang memiliki mata uang dari batu.

Liputan6.com, Jakarta Apa yang terlintas dibenakmu jika memikirkan kata uang? Sebagai alat transaksi sudah semestinya uang merupakan barang yang mudah dibawa.

Beberapa di antaranya menggunakan kertas atau kepingan logam kecil sehingga mudah ditaruh di tas, dompet ataupun saku. Tapi di suatu pulau yang terletak di Samudra Pasifik memiliki mata uang yang unik dan diluar dugaan banyak orang.

Masyarakat Yap dari Kepulauan Micronesian mulai menggunakan batu berpentuk kepingan koin. Meski kepulauan Mikronesia lainya biasa menggunakan dolar AS, tapi kebudayaan tukar-menukar dan transaksi di pulau Yap bisa dibilang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.

Uniknya, batu-batu yang mereka gunakan bukan dalam bentuk kepingan kecil yang bisa digenggam. Melainkan butuh banyak orang untuk mengangkat batu tersebut. Berat batu bisa beragam, ada beberapa di antaranya memiliki berat sebanding dengan mobil. ratusan koin batu ini tersebar luas di kepulauan. Jumlahnya telah mencapai 13 ribu piringan batu.

"Ada seorang navigator yang memberi tahu anak buahnya untuk mengukir batu itu dalam bentuk ikan. Namun saat melihat ke arah bulan purnama, batu itu mengingatkannya pada warna bulan, " ujar Dr. Scott Fitzpatrick, Professor Asosiasi Antropologi di Universitas Oregon menjelaskan asal usul tentang bongkohan batu di Yep yang dijadikan sebagai mata uang.

Melihat batu itu indah dan berkilau. sang navigator kemudian menyuruh anak buahnya untuk mengukir baru ke dalam bentung seperti cakram. Setelah itu, ia juga memerintahkan anak buahnya untuk melubangi ukiran batu itu pada bagian tengah supaya mudah dibawa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berharga seperti emas

Tak perlu waktu lama. cakram batu tersebut kemudian dilihat sebagai bentuk mata uang di Yap. Ada satu cerita yang juga menyebutkan bahwa seorang awak pernah membawa batu tersebut ketika kapal sedang dilanda badai besar.

Sayangnya batu tersebut akhirnya tenggelam di dasar laut karena sangat berat. Batu berharga itu kemudian diberi tahu oleh para awak kapal kepada penduduk pulau. Melihat kepingan batu itu bagus, keluarga yang berhasil mengangkat batu tersebutdari laut akhirnya beralih menjadi pemiliknya.

Karena batu itu sangat berat, menjadi sebuah risiko besar untuk nekat memindahkannya. Oleh sebab itu, biasanya batu hanya dbiarkan saja namun pemilknya bisa berpindah tangan.

Di sisi lain, mereka sebenarnya tak menggunakan batu itu sebagai mata uang sehari-hari. Biasanya mereka menggunakan mata uang batu sebagai bentuk transaksi penting meliputi mahar pernikahan hingga menukarkan sebagai makanan jika seaindainya dalam situasi yang ekstrem.

Meski bagi kita mata uang mereka merupakan batu namun masyarakat menganggapnya seperti emas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.