Sukses

3 Mitos Aneh tentang Otak yang Harus Kalian Tahu Kebenarannya

Banyak mitos beredar mengenai otak yang tidak terbukti kebenarannya, jangan sampai kamu terjebak dalam mitos-mitos ini ya.

Liputan6.com, Jakarta Otak merupakan organ yang paling luar biasa dalam tubuh manusia. Seperti melansir dari Howstuffworks, Kamis (4/5/2018), otak terdiri dari sekitar 100 miliar neuron dan mengontrol sistem saraf pusat yang membuatmu bisa berjalan, berbicara, bernapas dan berpikir.

Saking kompleksnya otak, banyak bidang ilmu kesehatan yang fokus mempelajari otak seperti Neurologi, yang mempelajari kelainan fisik otak, kemudian Psikologi yang mempelajari perilaku dan proses kejiwaan, serta Psikiatri yang menangani penyakit dan kelainan kejiwaan.

Ilmu-ilmu tersebut sudah dipelajari sejak lama, jadi manusia sudah mengetahui semuanya tentang otak bukan? Belum tentu.

Bahkan setelah ribuan tahun mempelajari otak, masih banyak bagian dari otak yang tetap menjadi misteri. Hal itu pun menyebabkan banyaknya mitos mengenai otak beredar di sekitar kita. Apa saja? Simak di sini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mitos 1: Otak Berwarna Pucat

Kalau kamu pernah melihat otak manusia di TV, sebagian besar otak itu akan berwarna putih pucat keabu-abuan dan kadang sedikit kuning. Namun sebenarnya, otak yang sedang ada di kepalamu saat ini tidak selalu berwarna abu-abu pucat, namun juga berwarna putih, hitam dan merah.

Warna putih berasal dari serat saraf yang menghubungkan otak. Komponen berwarna hitam berasal dari neuromelanin, unsur pigmen yang juga terdapat di kulit dan rambut. Warna merah berasal dari banyaknya pembuluh darah di otak.

Lalu mengapa otak di TV terlihat pucat? Sebenarnya warna tersebut disebabkan oleh bahan pengawet seperti formaldehida yang digunakan untuk mengawetkan otak.

3 dari 4 halaman

Mitos 2: Kita Hanya Menggunakan 10 Persen dari Kapasitas Otak

Kita pasti pernah mendengar bahwa manusia umumnya hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otak, sedangkan tokoh terkenal seperti Albert Einstein bisa menggunakan lebih dari 10 persen. Banyak orang percaya dengan mitos ini dan mulai menulis buku serta menjual produk yang diklaim mampu membangkitkan 90 persen sisanya.

Namun, hal tersebut tidak benar. Selain 100 milyar neuron, otak juga dipenuhi sel-sel lain yang bekerja tanpa henti. Kerusakan sedikit pada otak dapat berakibat fatal bagi manusia, jadi bagaimana mungkin seseorang dapat hidup hanya dengan menggunakan 10 persen dari otaknya.

Hasil pemindaian otak menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan, otak akan selalu aktif. Kecuali kita mengalami kerusakan otak, tidak ada bagian apapun dari otak yang tidak bekerja.

4 dari 4 halaman

Mitos 3: Mendengarkan Mozart Dapat Membuatmu Jadi Jenius

Banyak orang tua yang mulai memperdengarkan musik klasik seperti Mozart kepada anaknya sejak kecil karena percaya dapat membuat anaknya menjadi jenius. Bahkan ada beberapa CD musik klasik yang dijual khusus bagi janin yang sedang berkembang. Hal ini disebut efek Mozart. Bagaimana awalnya?

Pada 1990, beberapa peneliti di University of California di Irvine memainkan 10 menit karya Mozart kepada 36 siswa sebelum diberikan tes IQ. Hasilnya menunjukan IQ siswa meningkat sebesar 8 poin. Efek Mozart pun lahir.

Namun, penelitian tersebut menjadi kontroversi di kalangan akademik. Dr. Frances Rauscher, seorang peneliti yang terlibat, mengatakan bahwa mereka tidak pernah mengklaim bahwa musik klasik dapat membuat orang lebih pintar, melainkan hanya meningkatkan performa bagian otak tertentu.

Peneliti lain pun tidak dapat mereplika hasil serupa, dan sampai sekarang tidak ada bukti ilmiah yang dapat membuktikan bahwa mendengarkan Mozart dapat menambah kepintaran.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.