Sukses

7 Alasan Mengapa Sulit Ikut Gerakan #Deletefacebook

Ternyata, bagi sebagian orang menghapus akun di Facebook itu sulit loh. Ada alasan psikologis di balik itu.

Liputan6.com, Jakarta Facebook kembali diterpa masalah kontroversial. Data sekitar 50 pengguna Facebook bocor ke pihak ketiga.

Skandal terakhir ini diikuti gerakan menghapus akun Facebook yang disuarakan, salah satunya, oleh Brian Acton. "It is time. #deletefacebook," begitu cuitan founder Whatsapp itu di Twitter.

Namun, apakah semudah itu bagi orang untuk menghapus akun mereka di Facebook? Ternyata tidak, demikian dikutip dari The Conversation via Science Alert, 29 Maret 2018.

Secara psikologi, banyak orang yang bergantung dan terpikat pada media sosial meski sadar ada dampak buruk yang akan ditimbulkan pada titik tertentu. Mengapa demikian?

Sejumlah pakar menulis tujuh alasan psikologis untuk menjawab pertanyaan di atas. Mereka adalah Shyam Sundar, Bingjie Liu, Carlina DiRusso, dan Michael Krieger.

Beberapa dekade penelitian terungkap bahwa hubungan manusia dengan media--termasuk film, televisi, atau radio--adalah simbiosis: orang menyukainya karena mendapatkan sesuatu dari media itu. Misalnya, tempat pelarian, rileksasi, dan "teman".

Namun dengan media online, pengguna menyerahkan data mereka ke perusahaan pengelola sehingga perusahaan menyajikan apa yang paling memuaskan bagi pengguna.

Pemilik platform menambang pola perilaku untuk menyesuaikan sesuatu kebutuhan psikologi penggunanya.

Selain menyediakan konten untuk dikonsumsi pengguna, media sosial--seperti Facebook, Twitter, Google--juga memberi kemungkinan baru untuk berinteraksi di platform masing-masing dan pada akhirnya lagi-lagi untuk memuaskan kebutuhan psikologis pengguna.

Beberapa fasilitas interaktif di Facebook menyediakan cara simpel untuk menyuarakan pikiran kita, mempromosikan foto-foto kita, menjaga hubungan dengan orang lain, hingga mendapatkan pengakuan dari luar.

Nah, dari latar belakang itu, Anda sudah bisa membaca mengapa sebagian orang sulit menghapus akun mereka di Facebook. Berikut tujuh alasan psikologis dan penjelasan yang dikemukan para penulis di atas.

1. Menggairahkan "pertemanan"

Semakin banyak Anda meng-klik, semakin kuat hubungan online Anda. Mulai dari mengklik tombol "Like", mengomentari foto teman-teman Anda, mengirim ucapan ulang tahun, men-tag teman. Itu hanya sebagian cara simpel yang disediakan Facebook untuk menyuburkan "pertemanan" Anda di dunia maya.

2. Membingkai image Anda di dunia maya

Aktif di Facebook berarti Anda juga berkesempatan "membingkai" diri Anda sendiri di depan pengguna lain. Image dan impresi apa yang ingin Anda bangun?

Semakin Anda terbuka, kesempatan untuk sukses mempresentasikan diri kepada pengguna lain pun semakin sukses. Studi menunjukkan, presentasi diri yang strategis adalah fitur utama dari penggunaan Facebook.

Para pengguna membentuk identitas online mereka dengan cara konser apa yang mereka suka tonton. Dia pergi ke mana dan dengan siapa; hingga tempat hangout mana yang biasa didatangi.

Dengan cara ini, Anda dapat mengurasi diri di dunia online. Bahkan, Anda bisa mengelola impresi orang lain tentang Anda, sesuatu yang sulit dilakukan di dunia nyata.

3. Mengintip melalui jendela yang terbuka lebar

Semakin banyak Anda mengklik, semakin Anda bisa melihat dan mengintip teman Anda. Mesin pencari dan pengawasan merupakan salah satu yang paling dicari orang dari Facebook.

Sebagian besar pengguna menemukan kenikmatan tersendiri ketika melihat kehidupan orang lain di media sosial--seringkali dilakukan secara diam-diam. Hal ini didorong kebutuhan psikologi untuk memonitor lingkungan sekitar. Selain itu juga kebutuhan dasar untuk update berita setiap hari.

Bahkan, netizen paling senior yang benci mengungkap data pribadinya, ternyata juga menggunakan Facebook untuk mengintip akun lain.

4. Meningkatkan "sumber daya sosial"

Semakin Anda terbuka, semakin besar nilai jaringan sosial Anda. Anda bisa mendapatkan pekerjaan lewat LinkedIn.

Hal itu juga akan membantu teman kelas menemukan Anda dan kembali terkoneksi.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa pengguna aktif Facebook bisa meningkatkan "modal" sosial Anda, apakah Anda seorang mahasiswa atau warganet senior yang ingin memperat silaturahmi dengan keluarga atau teman lama yang komunikasinya sempat terputus.

Aktif di media sosial juga diasosiasikan dengan peningkatan rasa percaya diri.

5. Bandwagon

Anda pernah dengar efek bandwagon? Efek ini dikenal juga dengan efek ikut-ikutan.

Semakin banyak Anda mengklik, semakin besar dan berpengaruhlah bandwagon.

Ketika Anda membagikan link berita, produk, atau jasa, Anda berkontribusi menciptakan dukungan bandwagon yang makin besar. Tindakan simpel berupa memberi bintang lima pada sebuah produk atau toko online cukup persuasif.

Anda juga akan menjadi bagian dari komunitas yang membentuk ide, event, gerakan, kisah, bahkan produk. Pada akhirnya, itu akan meningkatkan "rasa memiliki" pada diri pengguna.

 

6. Ekspresi diri dan pengakuan

Ekspresi diri--baik melalui cuitan, update status, bahkan tulisan di blog--memiliki kekuatan tersendiri dalam membentuk wacana di media sosial.

Semua "Like" dan emotikon wajah ternyata bisa meningkatkan rasa penghargaan terhadap diri sendiri. Hal ini terkait dengan pengakuan dari luar sebuah pribadi.

7. Algoritma tak akan 'melepaskan' Anda

Sebagian orang kini memang sedang marah-marah karena alogaritma menambang data pribadi pengguna. Namun, kita harus akui, berbagi data pribadi merupakan kebutuhan "jahat" yang membantu meningkatkan pengalaman para pengguna.

Alogaritma yang mengumpulkan data pribadi pengguna sama dengan alogaritma yang mendorong Anda untuk lebih sosial--berdasarkan ketertarikan, tingkah laku, jaringan pertemanan. Tanpa Facebook, Anda mungkin akan kurang sosial.

Harus diakui, Facebook adalah pelumas sosial utama di zaman sekarang. Secara reguler, alogaritma dan mesin Facebook akan menyodorkan/merekomendasikan teman di lingkaran Anda.

Mesin itu juga yang memberi notifikasi jika ada event yang akan didatangi teman--dan mungkin menarik bagi Anda. Jika memang tertarik, Anda pasti akan pergi ke event tersebut.

Bisakah Anda bayangkan jika alogaritma Facebook tidak melakukan semua itu? Apakah Anda tetap akan melakukannya?

Coba saja Anda menghapus akun Facebook dan Anda akan dibuat sadar betapa besarnya repository data pribadi dan memori publik milik Anda itu.

Salah satu penulis pernah mencoba menonaktifkan akun. Alogaritma Facebook kemudian menjelaskan betapa besarnya kehilangan yang 'diderita' pengguna. Mulai dari kehilangan profile, semua kenangan menguap begitu saja, hingga kehilangan lebih dari 500 'teman'.

Sumber: Feed.Merdeka

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.