Sukses

De Tjolomadoe, Landmark Kebudayaan Baru di Solo

Tjolomadoe merupakan sebuah pabrik gula yang merupakan pengekspor gula terbesar di dunia pada tahun 1998 dan kini disulap menjadi landmark kebudayaan baru di kota Solo

Liputan6.com, Solo Apa yang kalian paling ingat tentang Solo, Solo dengan segala keunikannya selalu menawarkan hal-hal yang dapat menarik wisatawan untuk selalu ingin kembali ke kota Solo. Seolah tak pernah kehabisan tempat untuk dikunjungi, salah satu yang terbaru adalah Tjolomadoe.

Tjolomadoe, sebuah pabrik gula yang kini disulap menjadi landmark kebudayaan baru di kota Solo. Berawal dari tutupnya perusahaan gula yang dahulunya sebagai pengekspor gula terbesar di dunia, pada tahun 1998. Tempat ini berlokasi di daerah Karang anyar, dan memakan waktu sekitar 10 menit dari Bandara Adi Soemarmo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tetap Mempertahankan Interior Pabrik

Tahun 2017, PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk Joint Venture dengan nama PT Sinergi Colomadu untuk melaksanakan konstruksi revitalisasi dengan mengikuti kaidah cagar budaya.

Bekas bangunan PG Colomadu seluas 1,3 hektar di atas lahan 6,4 hektar itu mulai direvitalisasi dengan tetap mempertahankan nilai dan kekayaan historis yang ada. Mesin-mesin raksasa pabrik gula dipertahankan untuk memberikan wawasan sejarah bagi pengunjung. Bintik-bintik karat di mesin giling mengajak pengunjung menerawang ke masa lampau. Selain museum, De Tjolomadoe juga memiliki venue yang terdiri dari sejumlah ruangan yang diberi nama dengan nama asli ruangan saat menjadi PG Colomadu. Kapasitas untuk concert hall bisa mencapai 3.000 orang, sedangkan ruang meeting dan pameran memiliki kapasitas maksimal 1.000 orang.

3 dari 3 halaman

Kondisi Pabrik Serta Mesin, Masih Menghiasi Tjolomadoe

Memasuki bangunan De Tjolomadoe, wisatawan akan melihat langsung bagaimana kondisi pabrik gula dengan mesin-mesin buatan Jerman yang masih bertahan. Tersedia pula tempat pameran serta kafe. Suasana pabrik gula pun masih tetap dipertahankan.

 

Penulis:

Annisa

Universitas Surakarta

Jadilah bagian dari Komunitas Sahabat Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: SahabatLiputan6@gmail.com serta follow official Instagram @sahabatliputan6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini