Sukses

Bak Spiderman, Wanita Ini Jago Panjat Tebing Tanpa Pengaman

Memanjat tebing merupakan aktivitas yang digolongkan olahraga ekstrem. Karena tradisi, wanita ini sanggup memanjat tebing tanpa pengaman.

Liputan6.com, Jakarta Memanjat tebing merupakan aktivitas yang dilakukan pegiat tebing atau orang yang menyukai olahraga ekstrem. Digolongkan olahraga ekstrem karena panjat tebing merupakan aktivitas yang bisa mengancam nyawa.

Maka dari itu, untuk melakukan aktivitas ini kita harus memakai peralatan khusus panjat tebing dan keahlian yang mencukupi. Namun, semua itu tidak berlaku kepada wanita ini,  sebab dia bisa memanjat tebing tanpa pengaman.

Di Guizhou, Tiongkok, ada penduduk yang memiliki keahlian memanjat tebing tanpa pengaman. Luo Dengping menjadi terkenal sebagai satu-satunya wanita dalam kelompok spider-men yang mendaki tebing vertikal setinggi 100 meter, tanpa tali atau peralatan keselamatan untuk hiburan wisatawan di Provinsi Guizhou di Tiongkok.

Para lelaki dari Miao, Tiongkok barat daya, telah mendaki tebing curam selama berabad-abad. Mereka awalnya mengembangkan keterampilan ini sebagai bagian dari penguburan agar bisa mengangkat peti mati kerabat ke tebing dan menempatkannya di gua-gua kecil atau menggantungnya di tebing.

Kemudian orang Miao mendaki tebing untuk mengumpulkan tanaman obat langka yang bisa untuk menyembuhkan penyakit asma dan rematik. Namun saat ini, hanya sedikit orang Miao yang masih mempraktikkan tradisi kuno ini. Salah satunya adalah seorang wanita.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Luo Berpikir Jika Pria Bisa, Kenapa Wanita Tidak

Pada umumnya hanya pria Miao yang dianggap berani dan cukup terampil untuk menjadi pemanjat tebing, tapi Luo Dengping mematahkan kalimat tersebut. Sebagai anak perempuan dari seorang pria pemanjat tebing yang terampil, Luo Dengping ingin menjalankan tradisi keluarganya. Luo mulai mendaki tebing dekat Desa Getuhe saat dia baru berusia 15 tahun.

Pada awalnya, dia merasa takut dan hampir tidak bisa bergerak di sisi tebing. Namun, seiring berjalannya waktu, dia menyempurnakan kemampuannya yang akhirnya membuatnya bisa ke puncak batu raksasa tanpa menggunakan apa-apa selain tangan dan kakinya.

Pada 2015, pemerintah daerah memutuskan untuk mempromosikan gunung karst sebagai objek wisata, dan mulai mempekerjakan orang-orang pemanjat tebing untuk mempraktikkan keterampilan mereka yang bertujuan untuk menghibur wisatawan.

Luo yang berusia 37 tahun menjadi satu-satunya wanita laba-laba dalam sebuah tim yang terdiri dari lima pria laba-laba yang memamerkan keterampilan dan keberanian mereka di depan turis. Dia bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore setiap hari, dengan gaji bulanan sekitar 6 juta rupiah.

"Tidak terlalu buruk, karena kawasan wisata bisa ditempuh dengan berjalan kaki, jadi saya bisa mengurus anak-anak saya," kata Luo dilansir dari Shanghai Daily.

"Mereka juga menyediakan makan siang untuk kita," lanjut Luo

"Saya pikir pria dan wanita setara, jika pria dapat melakukannya, saya juga bisa melakukannya," ucap dia. 

 

Penulis

Reza Sugiharto

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.