Sukses

Kisah Rosyid, Disabilitas Berusia 70 Tahun yang Pantang Menyerah

Tak ada kata yang tepat untuk memuji sekaligus menggambarkan ketangguhan pria kelahiran 17 April 1946 ini.

Liputan6.com, Jakarta Tidak semua negara memiliki fasilitas yang memadai untuk orang-orang penyandang disabilitas. Namun mereka bukanlah individu tanpa daya dan upaya. Beberapa kemampuan mereka juga patut untuk kita apresiasi, antara lain menjadi seorang penjahit, pelukis, bahkan juara di berbagai bidang dalam olahraga.

Salah satu difabel itu bernama Rosyid. Tak ada kata yang tepat untuk memuji sekaligus menggambarkan ketangguhan pria kelahiran 17 April 1946 ini.

Laki-laki yang kini berusia 71, penyandang disabilitas asal Cilacap ini adalah seorang pemulung di daerah Suruh, Kecamatan Sukodono. Perjalanan Rosyid mengundang kisah haru bagi yang melihatnya. Akibat sakit yang dideritanya sewaktu kecil, salah satu kakinya tidak bisa berfungsi dan mengalami kelumpuhan, sehingga menyulitkan ia untuk berjalan normal.

“Mungkin sudah nasib Tuhan seperti ini, saya diberikan sakit yang mana pada waktu itu saya dibawa ke kota Majenang lalu disuntik dan setelah 3 hari sakit itu tak kunjung sembuh, dan pada akhirnya membuat kaki saya yang sebelah kiri setengah mati tapi tetap hidup” kata Rosyid pada Minggu (21/05/2017).

Untuk melakukan aktivitasnya menjadi pemulung, Rosyid membuat sepeda yang ia rancang sendiri. Sepeda khusus ini terdiri dari 2 buah roda belakang dan 1 roda bagian depan yang dikayuh menggunakan tangan.

Foto: Istimewa

Sebagai seorang pemulung biasanya Rosyid mulai mengayuh sepedanya pada waktu selesai salat subuh dan pulang pada waktu menjelang zuhur. Selama bekerja, Rosyid menerima perlakuan sangat baik dari masyarakat, bahkan masyarakat sekitar sangat membantu Rosyid seperti memberikan kardus maupun botol bekas kepada Rosyid secara cuma-cuma.

Rosyid adalah gambaran lelaki luar biasa meski satu kakinya lumpuh. Selain menjadi pemulung, ia juga mampu menjahit baju, celana, dan lain-lain. Ia tak pernah mengeluh, meski seharian ia harus berkeliling ke Sukodono untuk mencari barang bekas.

“Saya tidak mau merepotkan anak saya disini.Tuntutan ekonomi membuat saya harus bekerja karena saya tidak mau merepotkan anak-anak saya,” ucap Rosyid siang itu. Ia menjalani profesinya selama 10 tahun tanpa didampingi oleh sang istri karena telah tiada. Di tengah keterbatasannya, ayah dari Carsim dan Tarsim ini mampu melampui batas orang-orang pada umumnya.

“Pernah saya datang ke Kantor Kepala Desa untuk minta dibuatkan surat kesehatan dan meminta bantuan, tapi sayangnya sampai sekarang tidak penah ada kepastian. Dan mereka hanya menjawab masih dalam proses dan masih belum ada keputusan dari Pemerintah Pusat,“ kata Rosyid siang itu.

Ternyata dalam hal seperti ini seharusnya pemerintah lebih aktif lagi dan lebih dekat terhadap masyarakatnya. “Harapan saya, semoga pemerintah tanggap akan permasalahan yang dihadapi oleh rakyatnya, apalagi terhadap penyandang disabilitas seperti saya,” kata Rasyid. *

Pengirim :

Nina Ismaya / 162022000121

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini