Sukses

Tolak Wanita Gendut karena Takut Merusak Kursi, Salon Ini Dihujat

Penolakan itu dianggap sangat menyakitkan dan tidak manusiawi. Setiap orang, kata Kimberly, berhak untuk dimanjakan.

Liputan6.com, Jakarta Kimberly Adie (27) akhirnya blak-blakan di media sosial setelah ia ditolak masuk ke salon kecantikan karena berbadan besar. Penolakan itu dianggap sangat menyakitkan dan tidak manusiawi. Setiap orang, kata Kimberly, berhak untuk dimanjakan.

Cerita bermula ketika Kimberly dan tunangannya mengunjungi salon kecantikan di Winnipieg, Kanada, untuk perawatan kuku dan kaki. Sesampainya di sana, petugas salon menatap Kimberly mulai dari wajah hingga kaki.

Petugas itu lalu mengabaikan Kimberly. Tak lama, manajer salon keluar dan menemui Kimberly. Manajer meminta maaf tidak bisa melayani Kimberly lantaran takut kursi salon rusak.

"Manajer salon menolak klien sepertiku. Dengan penekanan berulang kali, bahwa kursi yang ada tidak akan muat," ujarnya ketika diwawancara CTV News Winnipeg.

Sementara, tunangan Kimberly dipersilakan masuk ke salon untuk perawatan kaki. Namun keduanya memilih pergi dan mencari salon lain.

"Saat keluar dari salon itu, aku menangis. Aku merasa sangat malu pada diriku sendiri. Aku sangat malu dengan penampilanku," pengakuan Kimberly.

Cerita Kimberly mengemuka dan mendapat tanggapan positif dari orang-orang yang mengalami perlakuan serupa. Bukan sekali ini, salon kecantikan di Amerika Utara menjadi buah biri karena cara mereka memperlakukan pelanggan.

Sebelumnya, salon kuku di Memphis, Tenneseee memberlakukan kebijakan tak masuk akal bagi wanita-wanita obesitas. Pelanggan yang mengalami kelebihan berat badan, wajib membayar biaya tambahan untuk asuransi kursi.

Setelah berita itu mengemuka, pemilik salon Nail Pampers menyampaikan permohonan maaf kepada Kimberly dan tunangannya. Pihak salon dengan menyesal telah menolak Kimberly. Mereka berkilah tidak dapat menerima Kimberly karena saat itu salon sedang penuh dengan pengunjung.

Direktur Canadian Obesity Network, Ximena Ramos Salas mengaku sudah sering mendengar cerita diskriminasi semacam itu. Diskriminasi terhadap orang-orang obesitas kerap terjadi di negara-negara bagian Amerika.

"Kimberly sudah melakukan hal yang benar dengan menceritakan pengalamannya karena bisa membantu melawan stereotip seputar berat badan," ujarnya.

Ramos mengatakan, orang-orang obesitas senang karena akhirnya ada seseorang yang bisa maju ke depan dan menyuarakan apa yang terjadi. Selama ini mereka lebih memilih bersembunyi di balik tirai dan hanya menerimanya.

"Terkadang kita lupa, jika kita hidup dalam sebuah masyarakat yang penuh dengan orang-orang yang memiliki badan lebih besar. Itu artinya dunia bisnis perlu berubah, perusahaan penerbangan perlu berubah, setiap orang perlu mulai berubah," ucapnya.

(war)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.