Sukses

Kuliah Tamu Konservasi Komodo Biologi UGM

Pulau Komodo sebagai habitat biawak komodo (Varanus komodoensis) yang telah dikenal luas di seluruh dunia.

Citizen6, Jakarta Fakta bahwa Indonesia memiliki Pulau Komodo sebagai habitat biawak komodo (Varanus komodoensis) yang telah dikenal luas di seluruh dunia, nampaknya sedikit membuat sebagian orang melupakan populasi kecil biawak komodo yang Indonesia miliki di pulau-pulau wilayah Flores.

Melalui kuliah umum "Biawak Komodo (Varanus komodoensis) & Kegiatan Konservasi In-Situ" pada Selasa 11 Februari 2014 kemarin, salah satu ahli komodo Indonesia, Andi Ariefiandy menyatakan populasi biawak komodo di pulau besar seperti halnya Pulau Komodo justru cukup aman dibanding di pulau-pulau kecil dan yang telah terfragmentasi oleh kehadiran manusia seperti halnya pulau-pulau di Flores.

"Populasi biawak komodo di pulau besar bisa mencapai lebih dari 1000 ekor per meter persegi dengan tingkat survival yang lebih tinggi dibanding populasi biawak komodo di pulau kecil yang hanya 40 - 100 ekor permeter persegi," papar Andi Ariefiandy yang akrab disapa Revo.

Kuliah umum yang diselenggarakan di Ruang Sidang Bawah Fakutas Biologi UGM ini dihadiri sekitar 70 peserta baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa. Baik itu mahasiswa dari program sarjana maupun mahasiswa program pascasarjana di lingkungan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Beberapa dosen yang hadir di antaranya Dr Tjut Sugandawati Djohan, Dr Andhika Puspito Nugroho, dan Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr Suwarno Hadisusanto.

Dalam sambutannya, Revo juga menyampaikan himbauannya agar seluruh mahasiswa Fakultas Biologi benar-benar memahami pentingnya konservasi komodo setelah mengikuti perkuliahan.

Revo juga menambahkan, populasi biawak komodo di pulau besar lebih aman dibanding di pulau kecil. Hal ini disebabkan karena mangsa yang tersedia di pulau kecil jauh lebih sedikit dan terbatas, serta pengaruh fragmentasi habitat yang diciptakan oleh manusia. Hal tersebut itulah yang juga membuat biawak komodo di pulau kecil memiliki bobot tubuh yang jauh lebih kecil dari biawak komodo di pulau besar.

"Satu pulau dengan pulau yang lain memiliki perbedaan variasi genetik yang membuat mereka sangat terisolasi. Tingkat inbreeding coefficient atau tingkat perkawinan antar individu dalam satu populasi di pulau kecil sangat tinggi, hal ini yang kami khawatirkan akan membahayakan karena diversitas genetiknya akan sangat rendah, dan resiko kepunahannya akan sangat tinggi, dan jika populasi di pulau kecil punah, dapat membahayakan populasi di pulau besar",  ujar alumni Fakultas Biologi UGM yang sudah meneliti Komodo selama 10 tahun ini.

Untuk menanggapi permasalahan ini, Revo juga sudah menyampaikan hal ini pada pihak Taman Nasional Komodo bahwa ada populasi yang sangat beresiko.

Berbagai upaya konservasi yang sudah dilakukan juga dipaparkan dalam kuliah umum ini. Di antaranya adalah dengan memperbaiki infrastruktur pos jaga, sosialisasi pada masyarakat, monitoring populasi tahunan, identifikasi daerah sebaran, identifikasi gangguan, serta pengamanan kawasan.

"Uniknya, biawak komodo ini merupakan jenis biawak yang paling besar yang ada di dunia, tapi wilayah sebarannya sangat sempit. Ia adalah pemangsa besar dengan wilayah hidup tersempit", papar Revo.

Revo juga menyatakan 18 jenis dari keseluruhan komodo yang ada adalah spesies endemik, dan hanya ada di Indonesia. Sampai saat ini pekerjaan konservasi masih jauh dari kata selesai, masih banyak informasi tetang biawak komodo yang belum tergali. (Mar)

Penulis
Dewi Retnaningati
Yogyakarta, dewiretnaningati13@gmail.com

Baca juga:
UGM Beri Layanan Kesehatan Pasca Bencana di Kudus
Relawan UGM Bantu Distribusi Logistik di Kudus
Mahasiswa UGM Fasilitasi Layanan Kesehatan Banjir Bekasi

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.