Sukses

Cara Meta Menumpaskan Misinformasi Selama Masa Pemilu AS

Banyaknya misinformasi yang beredar di masa pemilu membuat Meta Facebook melayangkan sejumlah upaya

Liputan6.com, Jakarta - Google berupaya memerangi misinformasi seputar pemilihan umum Amerika Serikat (AS) dengan meningkatkan jumlah informasi valid dan menampilkannya menjadi lebih dominan di seluruh layanan, termasuk hasil pencarian dan YouTube.

Salah satu upaya yang dilakukan Google, yakni meluncurkan tool baru yang menyorot jurnal lokal dan regional mengenai kampanye dan ras. Pencarian “cara memvoting” dalam bahasa Inggris dan Spanyol akan ditampilkan dengan informasi yang bersumber dari para pejabat pemilu, termasuk tanggal dan tenggat waktu penting berdasarkan lokasi pengguna serta petunjuk tentang cara untuk memberikan suara.

Adapun YouTube akan berupaya dengan menyorot sumber berita utama dan menunjukkan label di bawah video dalam bahasa Inggris dan Spanyol yang memberikan informasi pemilu yang akurat. Pihak Youtube juga bekerja untuk mencegah "informasi yang salah tentang pemilu yang berbahaya" agar tidak direkomendasikan kepada pemirsa secara algoritmik.

Upaya tersebut menandai platform Big Tech untuk meyakinkan publik bahwa mereka siap untuk pertempuran pemilihan berisiko tinggi yang dapat membentuk kembali agenda kongres, termasuk pertempuran legislatif yang akan datang tentang bagaimana Amerika Serikat mengatur platform itu sendiri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Upaya Pencegahan

Sementara itu, Youtube telah mulai untuk menghapus video mengenai klaim palsu tentang pemilihan yang menyalahi aturan sejak pemilihan 2020. 

"Ini termasuk video yang melanggar kebijakan integritas pemilu kami dengan mengklaim penipuan, kesalahan, atau gangguan yang meluas terjadi dalam pemilihan presiden AS 2020, atau menuduh pemilu dicuri atau dicurangi," ucap pihak Youtube, dilansir dari CNN.com, Kamis (29/09/2022). 

Di samping itu, Twitter melarang klaim yang dimaksudkan untuk "merusak kepercayaan publik". Twitter dan Meta, induk dari perusahaan Facebook dan Instagram, mengatakan pada bulan september ini, rencana jangka menengahnya akan mencakup penghapusan klaim palsu tentang siapa yang dapat memilih dan bagaimana, serta seruan untuk kekerasan terkait dengan pemilihan. Tetapi, Meta tidak menghapus klaim mengenai topik kecurangan pemilihan umum.

Di sisi lain, masih terdapat hal yang perlu diperhatikan oleh suatu platform dalam menangkal informasi dan klaim palsu yang beredar. Hal tersebut dikarenakan algoritma yang masih belum mampu membedakan manipulasi dan hasutan kepada para pengguna. 

“Selain bertindak berdasarkan klaim palsu dan informasi yang salah, atau mempromosikan informasi yang dapat dipercaya, perusahaan teknologi masih harus memikirkan ulang fitur inti mereka,” ucap Karen Kornbluh, Direktur Inisiatif Inovasi dan Demokrasi Digital German Marshall Fund.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.