Sukses

Meta Blokir 400 Akun Facebook Jelang Pemilu di Filipina

Kekhawatiran tentang ujaran kebencian, disinformasi, dan hoaks telah meningkat ketika kandidat Pemilu Filipina memanfaatkan media sosial untuk kampanye.

Liputan6.com, Jakarta - Meta Platforms pada Rabu 6 April 2022 menangguhkan lebih dari 400 akun, halaman, dan grup di Facebook menjelang pemilihan umum di Filipina. Ratusan akun itu diblokir karena diduga menyebarkan informasi palsu terkait politik dan pemilu.

Filipina akan menggelar pemilu pada 9 Mei 2022 mendatang. Sejumlah calon presiden akan bertarung dalam hajatan politik ini, mereka adalah anak Presiden Rodrigo Duterte, putri eks diktator Ferdinand Marcos, dan petinju terkenal Manny Pacquiao.

Kekhawatiran tentang ujaran kebencian, disinformasi, dan hoaks telah meningkat ketika kandidat dan pendukung memanfaatkan media sosial untuk kampanye. Ada kekhawatiran lain yakni, pemilu yang digelar di tengah pandemi COVID-19.

Dikutip dari cnn.com, Meta mengatakan, dalam sebuah posting blog bahwa pengiklan di Filipina harus menyelesaikan proses otorisasi iklan di media sosial. Sehingga iklan tentang pemilu, politik, bisa dibatasi. 

Pemilu presiden pada Mei nanti akan berlangsung bersamaan dengan pemilihan Kongres dan pemilihan kepala daerah. Isu-isu utama pemilu adalah bagaimana menghidupkan kembali ekonomi Filipina yang dihantam resesi tajam akibat pandemi Covid-19, dan bagaimana memberantas korupsi di kalangan pejabat.

Sebelumnya, Meta Platforms mengklaim telah menghapus lebih dari 500 akun Facebook yang diduga menyebarkan informasi palsu atau hoaks terkait COVID-19. Ratusan akun tersebut disebut-sebut berbasis di China.

Selain 500 lebih akun Facebook, Meta juga memblokir 86 akun Instagram yang terlibat dalam kampanye serupa. Meta menemukan hubungan antara jaringan tersebut dengan sejumlah individu di China.

Meta juga menghapus sekelompok akun yang berbasis di Italia dan Prancis yang terkait dengan gerakan anti-vaksinasi yang menargetkan jurnalis, profesional medis, dan politisi.

Meta mengatakan, pelaku kejahatan terus mengubah taktik mereka untuk menghindari deteksi dan tindakan penegakkan hukum.

Taktik lain yang digunakan jaringan ini melibatkan pengiriman banyak laporan pada akun atau konten untuk membuat Meta menghapusnya.

"Apa yang kami lihat secara konsisten adalah bahwa pelaku ancaman di balik bahaya ini mengembangkan teknik mereka," kata Kepala Kebijakan Keamanan Meta, Nathaniel Gleicher dikutip dari bloomberg.com, Kamis 9 Desember 2021 lalu.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.