Sukses

Cek Fakta: Mengkonsumsi Favipiravir Bikin Kuku Menyala Ketika Disinar UV? Simak Faktanya

Penelusuran informasi kuku yang mengkonsumsi Favipiravir menyala ketika disinar UV

Liputan6.com, Jakarta- Cek Fakta Liputan6.com mendapati informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir menyala ketika disinar UV.

Informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV diunggah salah satu akun TikTok.

Video tersebut menampilkan seorang membagikan informasi kuku menyala pada orang yang sedang dan sudah mengkonsumsi obat Covid-19. Selain itu juga menampilkan kuku nampak lebih terang ketika diberi sinar berwarna ungu yang diklaim sebagai sinar UV,

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"kuku ex penyintas covid bisa gini #ceritakuku #samasamabelajar"

Benarkah Informasi kuku yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir menyala ketika disinar UV, dengan menghubungi Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi. 

dr Siti Nadia menyatakan informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV hoaks.

"Itu hoaks," kata dr Siti Nadia Tarmizi, saat berbincang dengan Liputan6.com.

Menurut dr Siti Nadia Tarmizi, kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV tidak ada dasar ilmiahnya.

"Tidak ada dasar ilmiahnya," tutur Nadia.

Dokter penyakit dalam dan Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD pun menyatakan informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV hoaks.

"Tidak benar, itu hoaks,"

Menurut dr Dirga, mengkonsumsi Favipiravir tidak akan menimbulkan efek samping kuku dan rambut menyala.

"Nggak ada efek samping jadi menyala-menyala itu nggak ada. Yang ada kita jadi sehat," ujar dr Dirga.

Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Search dengan kata kunci 'favipiravir induced nail and hair fluorescence'.

Penelusuran mengarah pada artikel berjudul "Fluorescence of nails and hair on Wood's lamp examination in Covid pandemic; undefined effect of Favipiravir in humans"  yang diumat situs ncbi.nlm.nih.gov, pada 11 Januari 2022.

Situs ncbi.nlm.nih.gov membahas tentang efek mengkomsumsi Favipiravir yang membuat kuku menyala ketika disinar UV.

Situs ncbi.nlm.nih.gov menyebutkan, fluoresensi atau pemancaran radiasi cahaya oleh suatu materi setelah tereksitasi oleh berkas cahaya berenergi tinggi, terlihat pada rambut dan kuku manusia karena penggunaan favipiravir belum dilaporkan. Sebenarnya, masih menjadi misteri apakah zat fluoresen terutama disebabkan oleh metabolit obat atau oleh bahan-bahan seperti titanium dioksida, oksida besi kuning dalam tablet.

Metabolit terfosforilasi aktif obat ditunjukkan dalam plasma manusia dan konsentrasi serta intensitas fluoresensinya telah menunjukkan hubungan linier. 

Logam yang diambil secara sistemik seperti titanium menciptakan konsentrasi sementara dalam darah/cairan tubuh, tetapi memiliki kontinuitas di pelengkap kulit seperti kuku dan rambut yang dapat menunjukkan paparan masa lalu. 

Metabolit terfosforilasi atau bahan-bahannya dapat menjelaskan fluoresensi yang hanya ada di bagian proksimal lempeng kuku pada pasien yang baru saja menggunakan obat dan retensi fluoresensi pada bagian lempeng kuku pada pasien yang menggunakan obat tersebut sebulan yang lalu.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir menyala ketika disinar UV belum terbukti.

Informasi kuku penyintas Covid-19 yang mengkonsumsi Favipiravir akan menyala ketika disinar UV tidak ada dasar ilmiahnya.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.