Sukses

Tingkat Keparahan Rendah, Omicron Tetap Ancaman Serius

Gejala yang dilaporkan oleh pasien omicron tidak memiliki gejala khas seperti Covid-19 varian delta.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah virus COVID-19 varian Delta mereda, lagi-lagi Indonesia diguncang virus varian baru yang dikenal dengan nama Omicron. Kini, rumah sakit kembali disibukkan dengan pasien yang makin hari makin melonjak akibat Omicron.

Akan tetapi gejala yang dilaporkan oleh pasien COVID-19 omicron tidak memiliki gejala khas seperti Covid-19 varian delta baik dari hilang penciuman atapun sesak nafas. Omicron lebih banyak menyerang saluran pernafasan atas.

"Omicron lebih banyak menyerang sel-sel yang ada di paru-paru. Otomatis paru-paru kita akan terdampak parah sehingga salah satunya yang terjadi adalah kematian tadi," Wien Kusharyoto, Kepala PTBM Eijkman menjelaskan, di program Virtual Class Liputan6.com, "Omicron Unjuk Gigi, Seberapa Parah Efek Yang Ditimbulkan?", beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan, "Tapi kalau varian Omicron ini emang lebih banyak menyerang sel-sel yang terdapat di saluran pernapasan atas, di daerah sekitar hidung, tenggorokan bagian atas atau kerongkongan."

Penyebaran Omicron lebih cepat meskipun prosesnya lebih lambat dibanding varian Delta. Walaupun tingkat keparahan Omicron rendah, Wien menegaskan untuk tetap berhati-hati. Meskipun telah divaksin booster, kemungkinan menular masih ada.

"Bagaimanapun Omicron ini lebih mudah menginfeksi sel, terutama di saluran pernapasan atas. Tapi yang jelas tujuan utamanya (vaksin booster) adalah mencegah agar dampaknya tidak parah," kata Wien.

 

Untuk saat ini, tercatat sudah ada tiga pasien yang meninggal karena Omicron dengan komorbid dan satu belum divaksin. Bukan hanya menyerang lansia dan yang memiliki penyakit bawaan, akan tetapi Omicron juga dikhawatirkan dapat menyerang anak-anak.

"Tingkat keparahan yang muncul pada anak-anak masih relatif rendah, tapi sejauh ini hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah vaksinasi anak masih rendah juga di negara maju, laju infeksi di level anak-anak sudah cukup tinggi, tapi faktornya bukan karena anaknya tidak mampu menghadapi infeksi tapi justru karena vaksinasi belum menyeluruh di level anak-anak. Jadi bagaimana pun orang tua harus berhati-hati mengontrol anaknya," tambahnya.

Pemerintah saat ini masih menjalankan misi vaksinasi untuk semua kalangan, khusunya yang rentan terpapar Covid-19 varian Omicron. Belakangan, program vaksin booster juga dimulai untuk menambah imun tubuh.

Namun, di luar itu, masyarakat juga wajib ambil andil untuk memutus rantai Covid-19 varian omicron ini dengan tetap berhati-hati dan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat.

(Efani Angreini/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.