Sukses

Cek Fakta: Belum Terbukti Varian Baru Covid-19 Punya Gejala dan Dampak Berbeda Dibanding Varian Sebelumnya

Beredar di media sosial postingan terkait virus covid-19 varian baru yang punya gejala dan dampak yang berbeda dengan varian sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait virus covid-19 varian baru yang punya gejala dan dampak yang berbeda dengan varian sebelumnya. Postingan ini ramai dibagikan sejak akhir pekan lalu.

Salah satu yang mengunggahnya berada di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 27 November 2021.

Berikut isi postingannya:

"Virus ini muncul kembali, kali ini dengan kekuatan, taktik, dan penyamaran yang lebih besar! ! * Tidak batuk, tidak demam. Ini banyak nyeri sendi, sakit kepala, sakit leher dan punggung atas, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan dan radang paru-paru.Covid!!Tentu saja lebih beracun dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi. * Dibutuhkan lebih sedikit waktu untuk pergi ke ekstrem. Terkadang tanpa gejala! ! Mari kita lebih berhati-hati! Strain ini tidak ada di daerah nasofaring!!

Sekarang langsung mempengaruhi paru-paru, yang berarti "jendela" lebih pendek. * Saya telah melihat beberapa pasien yang tidak demam dan tidak sakit, tetapi mereka melaporkan pneumonia dada ringan pada sinar-X"

Lalu benarkah postingan terkait virus covid-19 varian baru yang punya gejala dan dampak yang berbeda dengan varian sebelumnya?

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan meminta penjelasan dari dr. Adam Prabata, Ph.D Candidate in Medical Science di Kobe University. Dia menyebut yang disebutkan dalam postingan itu belum terbukti.

"WHO dalam pernyataannya pada 28 November 2021 menjelaskan belum diketahui pasti derajat keparahan akibat varian Omicron dibandingkan dengan varian covid-19 lainnya termasuk varian Delta. Terkait kecepatan penularan juga belum diketahui dengan pasti. Kenaikan kasus di Afrika Selatan masih perlu diteliti lagi apakah oleh varian Omicron atau faktor lain," ujar dr. Adam saat dihubungi, Selasa (30/11/2021).

"Sejauh ini pemeriksaan PCR masih tetap efektif untuk mendeteksi covid-19 varian Omicron. Sementara untuk tes antigen masih perlu diteliti lebih lanjut," katanya menambahkan.

"Demikian juga untuk efektivitas vaksin masih perlu penelitian lebih lanjut. Terlalu dini untuk membuat kesimpulan terkait varian Omicron ini. Jadi lebih baik menunggu hingga ada penelitian lebih lanjut," kata dokter sekaligus edukator covid-19 ini.

Liputan6.com juga menulis artikel terkait hal ini pada 30 November 2021 dengan judul "Satgas Sebut Tidak Ada Perbedaan Gejala Omicron dengan Varian Covid Lain". Berikut isi artikelnya:

"Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan, tidak ada perbedaan gejala yang dialami pasien terinfeksi Omicron dengan varian Covid lainnya.

Temuan ini berdasarkan laporan awal dari Afrika Selatan, negara yang mendeteksi Omicron pertama kali.

"Mirip-miriplah dengan varian yang sudah ada dan juga ditemukan beberapa individu yang asimtomatik, tidak punya gejala sama sekali," katanya dalam talkshow Analisis Gelombang ke-3 COVID-19 di Indonesia pada Senin, 29 November 2021.

Dewi menyebut bahwa Omicron sudah ditetapkan sebagai variant of concern (VoC) oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Penetapan VoC ini biasanya berdasarkan tiga indikator.

Pertama, varian tersebut meningkatkan angka penularan virus Corona secara epidemiologi. Kedua, meningkatkan perubahan gejala penyakit. Ketiga, menurunkan efektivitas usaha kesehatan publik, pengobatan, dan alat diagnostik yang saat ini tersedia.

Menurut Dewi, Omicron kemungkinan lebih cepat menular dibandingkan varian Delta. Sebab, berdasarkan sebaran kasus di Afrika Selatan, Omicron mendominasi dibandingkan varian lainnya. Padahal, Omicron baru teridentifikasi pada 9 November 2021.

Sementara untuk karakteristik resistensi terhadap vaksin, belum diketahui. Saat ini, sejumlah peneliti masih mengkaji potensi Omicron terhadap vaksin.

"Efek resistensinya terhadap vaksin masih belum diketahui. Namanya juga masih baru," ujarnya."

Sumber:

https://www.liputan6.com/health/read/4724019/satgas-sebut-tidak-ada-perbedaan-gejala-omicron-dengan-varian-covid-lain

https://www.who.int/news/item/28-11-2021-update-on-omicron

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Postingan terkait virus covid-19 varian baru yang punya gejala dan dampak yang berbeda dengan varian sebelumnya belum terbukti.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.