Sukses

Penelitian Temukan Orang yang Aktif Membaca Berita Cek Fakta, Masih Ikut Sebarkan Misinformasi

Meskipun pelanggan dinilai sangat mampu untuk membedakan misinformasi atau informasi akurat, tetapi peneliti tetap menemukan hal mengejutkan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi asal Australia menemukan, terdapat lebih dari 30 persen dari populasi orang yang aktif membaca berita cek fakta, masih membagikan misinformasi itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan peneliti asal Royal Melbourne Institute of Technology University (RMIT) FactLAB, mitra dari RMIT Australian Broadcasting Corporation (ABC) Fact Check. Sekitar 1.400 orang yang berlangganan konten cek fakta dari CoronaCheck, buletin surel dari RMIT ABC Fact Check, telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Meskipun pelanggan dinilai sangat mampu untuk membedakan misinformasi atau informasi akurat, tetapi peneliti tetap menemukan hal mengejutkan ini.

“Meskipun berlangganan buletin cek fakta seperti CoronaCheck yang kemungkinan membuat individu peka terhadap pentingnya akurasi informasi, ini jelas tidak cukup untuk mencegah individu membagikan kemungkinan informasi yang salah," catat para peneliti, melansir ABC, Rabu (15/9/2021).

Hasil penemuan lainnya yang diungkap oleh salah satu peneliti sekaligus dosen psikologi di RMIT, Dr. Lauren Saling, yaitu pria lebih cenderung berbagi misinformasi karena kepercayaan mereka yang dinilai rendah pada sains.

"Kami juga menemukan bahwa keraguan akan vaksin disebabkan adanya kepercayaan pada sains yang rendah dan tingginya mental konspirasi," kata Dr. Saling. Ia menambahkan, "Laki-laki juga memiliki lebih banyak keragu-raguan terhadap vaksin."

Adapun beberapa alasan orang untuk berbagi misinformasi, ditemukan pada penelitian ini. Sebanyak 12,4 persen melakukannya untuk nilai hiburan, 35,7 persen karena informasinya tampak menarik, dan 38,3 persen untuk mendapatkan opini kedua.

Direktur RMIT ABC Fact Check, Russell Skelton, mengatakan, survei ini menandakan bahwa literasi media menjadi kebutuhan mendesak bagi orang-orang yang mengandalkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Mengajarkan pengguna media sosial untuk lebih bijak dan dapat memilah fakta dari fiksi merupakan tantangan berkelanjutan.

"Kita juga perlu tahu lebih banyak tentang mengapa orang membagikan informasi yang salah dan dampaknya. Survei ini adalah langkah pertama," ucapnya.

(MG/ Amadea Claritta)

Sumber:https://www.abc.net.au/news/2021-09-15/fact-check-misinformation-study/100460466

 * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.