Sukses

Ragam Hoaks Seputar Singapura: Hentikan Vaksinasi Covid-19 Hingga Mau Dibeli Sultan Brunei

Hoaks bisa menyerang atau mencatut negara mana saja tak terkecuali Singapura.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks bisa menyerang atau mencatut negara mana saja tak terkecuali Singapura. Negara tetangga Indonesia itu juga beberapa kali menjadi sasaran para pembuat hoaks.

Lalu apa saja hoaks terkait Singapura? Berikut beberapa di antaranya:

1. Cek Fakta: Tidak Benar Informasi Penemuan Singapura Autopsi Jenazah Covid-19

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19. Klaim klaim Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 dan penyakit tersebut berasal dari bakteri beredar lewat aplikasi percakapan WhatsApp.

Berikut klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19 tersebut:

"() Singapura menjadi negara pertama di dunia yang melakukan otopsi (post-mortem) untuk jenazah Covid-19. Setelah penyelidikan menyeluruh, ditemukan bahwa Covid-19 tidak ada sebagai virus, melainkan bakteri yang telah terpapar radiasi dan menyebabkan kematian manusia dengan pembekuan dalam darah. Penyakit Covid-19 ditemukan menyebabkan pembekuan darah, yang menyebabkan pembekuan darah pada manusia dan menyebabkan pembekuan darah di pembuluh darah, yang membuat seseorang sulit bernapas karena otak, jantung, dan paru-paru tidak dapat menerima oksigen sehingga menyebabkan orang meninggal. dengan cepat.

Untuk mengetahui penyebab kekurangan energi pernapasan, dokter di Singapura tidak mendengarkan protokol WHO dan melakukan otopsi pada COVID-19. Setelah dokter membuka lengan, kaki, dan bagian tubuh lainnya dan memeriksanya dengan cermat, mereka melihat bahwa pembuluh darah melebar dan dipenuhi gumpalan darah, yang menghambat aliran darah dan juga mengurangi aliran oksigen. Di dalam tubuh itu menyebabkan kematian pasien. Setelah mengetahui penelitian ini, Kementerian Kesehatan Singapura langsung mengubah protokol pengobatan Covid-19 dan memberikan aspirin kepada pasien positifnya. Saya mulai mengonsumsi 100 mg dan Imromac. Hasilnya, pasien mulai pulih dan kesehatannya mulai membaik. Kementerian Kesehatan Singapura mengevakuasi lebih dari 14.000 pasien dalam satu hari dan memulangkan mereka. Setelah periode penemuan ilmiah, dokter di Singapura menjelaskan metode pengobatan dengan mengatakan bahwa penyakit ini adalah trik global, “Ini tidak lain adalah koagulasi di dalam pembuluh darah (bekuan darah) dan metode pengobatan. Tablet antibiotik Anti inflamasi dan Minum antikoagulan (aspirin). Ini menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengobati penyakit. Menurut ilmuwan Singapura lainnya, ventilator dan unit perawatan intensif (ICU) tidak pernah diperlukan. Protokol untuk efek ini telah diterbitkan di Singapura China sudah mengetahui hal ini, tetapi tidak pernah merilis laporannya. Bagikan informasi ini kepada keluarga, tetangga, kenalan, teman, dan kolega Anda agar dapat menghilangkan rasa takut akan Covid-19 dan menyadari bahwa ini bukan virus, melainkan bakteri yang hanya terpapar radiasi. Hanya orang dengan kekebalan yang sangat rendah yang harus berhati-hati. Radiasi ini juga menyebabkan peradangan dan hipoksia. Korban harus mengonsumsi Asprin-100mg dan Apronik atau Paracetamol 650mg.

Sumber: Kementerian Kesehatan Singapura"

Benarkah klaim penemuan Singapura negara pertama outopsi jenazah Covid-19? Simak dalam artikel berikut ini....

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Cek Fakta: Tidak Benar Singapura Hentikan Vaksinasi Setelah 48 Orang Meninggal di Januari 2021

Cek Fakta Liputan6.com menemukan sebuah foto yang menyebut Singapura menghentikan program vaksinasi karena ada kasus yang meninggal dunia. Ada banyak netizen Facebook yang mengunggah foto serupa, salah satunya adalah Torben Riise.

Dalam foto unggahannya, terlihat ada seorang wanita menggunakan baju hitam dan masker sedang melakukan vaksinasi bersama tenaga kesehatan. Kemudian di foto itu ada tulisan sebagai berikut:

Singapore stops the vaccination after 48 people died".

Bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

"Singapura menghentikan vaksinasi setelah 48 orang meninggal"

Di foto yang diklaimnya juga terdapat logo sebuah media asal Inggris, Telegraph. Foto itu diunggah Torben Riise pada 11 Januari 2021.

Lalu, benarkah klaim Singapura menghentikan vaksinasi setelah 48 orang meninggal dunia? Simak dalam artikel berikut ini...

3 dari 4 halaman

3. Cek Fakta: Tidak Benar Sultan Brunei Akan Beli Singapura Karena Presiden Halimah Yacob Ditolak Etnis China

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim penyataan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah akan membeli Singapura karena warga etnis China menolak Halimah Yacob menjadi Presiden Singapura.

Klaim penyataan Sultan Brunei Hassanal Bolkiah membeli Singapura karena warga etnis China menolak Halimah Yacob menjadi Presiden Singapura diunggah akun Facebook Ipoenk Soemowintono, pada 28 Desember 2020.

Unggahan tersebut berupa tangkapan layar artikel, berikut isinya:

Berita islam terkini:

"Penolakan warga etnis China di Singapura terhadap Presiden Halimah membuat berang raja muslim paling kaya di dunia, Sultan Hassanal Bolkiah.

“Saya tidak menyangka, sebagian rakyat Singapura punya pikiran yang sangat kerdil. Presiden Halimah itu mewakili etnis Melayu yang selama ini terpinggirkan di Singapura. Padahal Singapura awalnya adalah milik Melayu,” kata Sultan Bolkiah yang terkenal dermawan ini.

“Jika mereka tetap melakukan penolakan dan demo besar-besaran, maka saya berjanji akan membeli seluruh kekayaan Singapura dan mengusir etnis-etnis pendatang yang tidak tahu berterimakasih itu,” sesal Sultan..."

Unggahan tangkapan layar artikel tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Nah lho...Sultan Brunei kalo sdh marah kepala lu harganya sama dgn kepala kodok..."

Benarkah Sultan Brunei Hassanal Bolkiah akan membeli Singapura karena warga etnis China menolak Halimah Yacob menjadi Presiden Singapura? Simak dalam artikel berikut ini...

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.