Sukses

Ragam Hoaks Seputar Vaksin Covid-19: Tak Bersertifikasi WHO Hingga Akibatkan Polisi Meninggal Dunia

Program vaksinasi covid-19 sedang gencar dilakukan di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Program vaksinasi covid-19 sedang gencar dilakukan di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun hoaks yang beredar terkait vaksin covid-19 ini juga tak kalah banyak.

Maraknya hoaks tentu bisa menganggu program vaksinasi covid-19 itu sendiri. Masyarakat yang percaya bisa enggan divaksin dan membuat target vaksinasi menjadi tak tercapai.

Lalu apa saja hoaks terkait vaksin covid-19 yang marak belakangan ini? Berikut beberapa di antaranya:

1. Cek Fakta: Tidak Benar Penyintas Covid-19 Bisa Langsung Divaksin usai Jalani Isolasi

Beredar di aplikasi percakapan Whatsapp pesan berantai berisi informasi terkait pemberian vaksin covid-19 bagi penyintas yang sudah selesai menjalani isolasi. Pesan berantai itu tersebar sejak pekan lalu.

Dalam pesan berantai yang beredar diklaim bahwa semua orang yang sudah menjalani isolasi bisa langsung divaksinasi covid-19. Berikut isi pesan berantai itu selengkapnya:

"Ijin pak walikota...Menyampaikan Edaran terbaru Kemenkes: Warga terpapar covid bila sudah selesai isolasi (10 hari) DAPAT DIVAKSINASI.

Jadi tidak lagi menunggu 3 bulan. Agar pedoman ini dapat dilaksanakan"

Lalu benarkah pesan berantai berisi informasi masyarakat yang terpapar covid-19 dan telah menjalani isolasi (10 hari) bisa langsung divaksinasi? Simak dalam artikel berikut ini...

#IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Cek Fakta: Tidak Benar Anggota Brimob di Maluku Meninggal Dunia karena Disuntik Vaksin AstraZeneca

Kabar tentang seorang anggota Brimob di Maluku meninggal dunia karena disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan akun Facebook Aron pada 9 April 2021 lalu.

Akun Facebook Aron mengunggah sejumlah foto seorang pria yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Foto tersebut kemudian dikaitkan dengan meninggalnya seorang anggota Brimob di Maluku karena disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca.

"Setelah menerima vaksin astrazaneca, anggota brimob maluku meninggal," tulis akun Facebook Aron.

Konten yang disebarkan akun Facebook Aron telah 7 kali dibagikan dan 28 kali direspons warganet.

Benarkah seorang anggota Brimob di Maluku meninggal dunia karena disuntik vaksin Covid-19 AstraZeneca? Simak dalam artikel berikut ini...

3. Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Covid-19 Sinovac Ilegal karena Tak Bersertifikasi WHO

Beredar di media sosial posting-an terkait vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang diklaim ilegal karena tak bersertifikasi WHO. Posting-an itu ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang membagikannya adalah akun bernama Navya Qaila Putri. Dia mengunggahnya di Facebook pada 11 April 2021.

Berikut isi posting-annya:

"Entah memang Dungu, atau memang G*bl** Kementrian Kesehatan akhirnya Menelan kerugian yang lumayan besar.Setelah Menggelontorkan Dana sebesar 20,9 Triliun untuk membayar Vacsin Sinovac buatan China, Ternyata Vacsin Sinovac tersebut Ilegal karena tidak Bersertifikat WHO"

Postingan itu disertai dengan gambar tangkapan layar artikel berita berjudul: "Menkes Ajukan Anggaran Rp 20,9 T untuk Bayar Vaksin Sinovac" dan "Sinovac Tak Bersertifikasi WHO, Jemaah yang Divaksin Pakai Itu Dilarang Umrah?"

Lalu benarkah postingan yang mengklaim vaksin covid-19 buatan Sinovac ilegal karena tak bersertifikasi WHO? Simak dalam artikel berikut ini...

3 dari 4 halaman

4. Cek Fakta: Tidak Benar Vaksin Bisa Merusak Sel Darah dan Sel Otak

Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai berisi informasi vaksin yang diklaim bisa merusak sel darah dan sel otak manusia. Pesan berantai tersebut ramai dibagikan sejak pekan lalu.

Salah satu yang mengunggahnya adalah akun bernama Lyana Bajana. Dia mengunggahnya di Facebook pada 1 April 2021.

Berikut isi postingannya:

"BUKTI peksin MERUSAK SEL DARAH DAN SEL OTAK MANUSIA YG MENDAPAT peksin

Ini adalah hasil penelitian di laboratorium perbedaan antara sel darah orang yg belum di peksin dan sel darah orang lain yg sudah di peksin

Dan hasil nya mengejutkan.. sel darah orang yg sudah di peksin mengalami kerusakan dan perubahan.

sel sel darah orang yg sudah di peksin di kuasai oleh sesuatu yg aneh yg terkandung di dalam peksin

(Sample di ambil dari 3 orang berbeda.. 1 yg belum di fakfak, 2 lain nya yg udah di fakfak)

Dua paper penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal of Inorganic Biochemistry menyimpulkan bahwa alumunium adjuvant dalam peksin bersifat merusak sel sel di dalam otak yaitu pada sel neural dan sel endothelial microvessel.

Paper pertama melakukan pengujian toksisitas adjuvant alumunium terhadap genetik sel neural. Senyawa alumunium dalam adjuvant vaksin menyebabkan perubahan ekspresi genetik pada sel sel neural otak manusia sehingga menyebabkan kerusakan sel.

Paper kedua menguji dampak pemberian senyawa alumunium adjuvant pada peningkatan kadar CRP (C-Reactive Protein) pada sel endothelial di otak. Senyawa alumunium adjuvant dalam peksin menyebabkan kenaikan kadar CRP pada endothelial sel otak. CRP adalah biomarker / indikator inflamasi pada sel endothelial otak.

Tidak heran kenapa para peneliti independen di luar negeri banyak yang mengkaitkan pemberian peksin yang mengandung adjuvant alumunium dengan penyakit alzheimer yang menyerang otak. Khususnya di negara amerika yang memiliki jumlah penderita alzheimer sangat banyak. Hal ini disebabkan program peksin yang diterapkan pemerintah amerika jauh lebih banyak dibanding negara negara lain didunia, sehingga dampak negatif peksin di negara amerika juga terbanyak di dunia.

Sumber Journal :

1. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2005.04.021

2. https://sci-hub.se/10.1016/j.jinorgbio.2015.07.013"

Selain itu postingan juga disertai gambar yang diklaim sebagai sel darah dan sel otak yang sudah divaksin. Lalu benarkah vaksin bisa merusak sel darah dan sel otak seperti postingan pesan berantai di atas? Simak dalam artikel berikut ini...

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.