Sukses

9 Hoaks Seputar Vaksin Covid-19 Ini Jangan Dipercaya Lagi

Beragam hoaks soal vaksin covid-19 disebarkan masif melalui media sosial dan aplikasi percakapan. Tak sedikit pula masyarakat yang mempercayainya sehingga menjadi enggan divaksin.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks terkait vaksin covid-19 terus beredar di seluruh dunia. Tentu saja hal ini mengkhawatirkan karena bisa menganggu program vaksinasi covid-19.

Beragam hoaks soal vaksin covid-19 disebarkan masif melalui media sosial dan aplikasi percakapan. Tak sedikit pula masyarakat yang mempercayainya sehingga menjadi enggan divaksin.

Kementerian Kesehatan Ukraina pun merilis beberapa hoaks yang masih beredar di sana. Mereka juga membeberkan fakta sesungguhnya untuk membantah hoaks tersebut.

Lalu apa saja hoaks seputar vaksin covid-19 yang beredar di Ukraina yang juga banyak beredar di seluruh dunia? Berikut beberapa di antaranya: 

#IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hoaks soal Vaksin Covid-19

1. Vaksin Covishield adalah obat generik, tidak ada kaitan dengan vaksin AstraZeneca

Faktanya, Covishield diproduksi oleh Serum Institute of India di bawah lisensi AstraZeneca. Vaksin ini sama dengan vaksin AstraZeneca hanya saja dibuat di pabrik di India.

Sejauh ini vaksin AstraZeneca telah mendapat dari EUA dari WHO. Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan India juga telah mengizinkan penggunaan vaksin ini.

2. WHO merekomendasikan untuk menggunakan vaksin AstraZeneca hanya dalam keadaan darurat atau pemerintah tidak dapat stok vaksin lain. Hal ini disebabkan efektivitas yang rendah

Faktanya semua vaksin yang terdaftar di WHO sejauh ini izin yang diperoleh memang hanya EUA atau hanya boleh digunakan dalam keadaan darurat seperti pandemi. Meskipun tidak mungkin memvaksinasi semua orang, WHO merekomendasikan vaksin AstraZeneca untuk tenaga medis dan orang berusia 65 tahun ke atas.

Meskipun setelah divaksin kita masih bisa tertular namun akan membuat seseorang terhindar dari gejala yang berat.

3. Vaksinasi covid-19 membuat banyak kematian di seluruh dunia

Penelitian WHO menunjukkan bahwa kematian sejalan dengan angka yang diharapkan dari berbagai penyebab di kalangan lansia dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa itu terkait dengan vaksinasi. WHO belum mencatat satu kematian pun yang terkait langsung dengan vaksin virus corona covid-19.

4. Orang terinfeksi covid-19 akibat vaksinasi

Seseorang tidak dapat tertular covid-19 dari vaksin karena tidak satupun dari vaksin tersebut mengandung virus hidup yang dapat menyebabkan penyakit tersebut.

5. Vaksin Pfizer dan Moderna menyebabkan syok anafilaksis yang parah

Faktanya, reaksi alergi yang kuat pasca vaksinasi sangat jarang terjadi, satu kasus per ratusan ribu orang yang divaksinasi.

3 dari 4 halaman

Hoaks Selanjutnya

6. Vaksin Pfizer menyebabkan kemandulan pada wanita

Jika vaksin dapat memicu respons imun terhadap protein plasenta, hal yang sama akan terjadi karena penyakit covid-19. Ini berarti jutaan wanita usia subur di seluruh dunia yang menderita covid-19 dalam setahun terakhir tidak dapat memiliki anak dan faktanya tidak demikian.

7. Vaksin virus korona menyebabkan multiple sclerosis

Faktanya, hanya dalam satu kasus, ketika vaksin AstraZeneca diuji, dilaporkan bahwa relawan tersebut didiagnosis dengan multiple sclerosis, dan yang lainnya - dengan peradangan sumsum tulang belakang. Dalam kedua kasus tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa penyakit tersebut tidak ada hubungannya dengan vaksinasi.

8. Vaksin mRNA adalah "senjata genetik" yang mengubah gen manusia

MRNA vaksin covid-19 tidak pernah masuk ke inti sel tempat DNA manusia berada. Ini berarti bahwa mRNA tidak dapat mempengaruhi atau berinteraksi dengan DNA manusia dengan cara apa pun.

9. Semua vaksin India jauh lebih buruk daripada vaksin Eropa

India menempati urutan ketiga di pasar farmasi global. India lah yang mencakup sekitar 65% dari pasar vaksin global. Indian Serum Institute, yang memproduksi AstraZeneca (CoviShield), adalah produsen vaksin terbesar di dunia, mengekspor produknya ke 140 negara.

Sekitar 65% dari semua anak di planet ini telah diberikan vaksin yang diproduksi oleh pabrik ini setidaknya sekali seumur hidup mereka.

Semua vaksin Serum Institute disertifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait kualitas dan keamanan.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.