Sukses

Simak, Penjelasan Misinformasi dan Disinformasi Serta Cara Mengenalinya di Dunia Maya

Selama ini ada beberapa istilah yang menyangkut hoaks seperti misinformasi dan disinformasi.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks tersebar di seluruh dunia maya, baik melalui media sosial maupun aplikasi percakapan. Sebagai masyarakat awam, kita pun bisa terpapar atau bahkan menyebarkan hoaks tersebut ke orang lain.

Itu sebabnya sangat penting bagi semua orang untuk mendeteksi mana konten yang benar-benar fakta atau dan mana yang palsu. Hal ini selain berguna bagi diri sendiri juga sangat bermanfaat bagi orang lain.

Selama ini ada beberapa istilah yang menyangkut hoaks seperti misinformasi dan disinformasi. Lalu sebenarnya apakah misinformasi dan disinformasi ini? Bagaimana cara kita mengenalinya?

Simak ulasannya berikut ini seperti dilansir dari Businessinsider.com..

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Apakah misinformasi?

Istilah misinformasi mengacu pada informasi salah, tidak akurat dan biasanya tersebar luas ke orang lain meski tidak ada niat untuk mengelabui orang lain.

Contoh misinformasi

Ada teori konspirasi yang beredar di dunia maya yang menyebut antena 5G bisa menyebabkan kanker atau covid-19 dan itu tidak terbukti secara ilmiah. Ide utama di balik klaim palsu tersebut adalah bawah gelombang radio 5G berbahaya bagi otak dan menyebabkan masalah kesehatan seperti autisme dan kanker.

Namun faktanya para ahli telah membantah kekhawatiran ini dan menjelaskan bahwa gelombang radio 5G tidak dapat merusak DNA bahkan tidak bisa menembus kulit.

Teori konspirasi ini adalah contoh misinformasi karena menyajikan informasi yang salah dan di luar konteks.

"Ilmu pengetahuan menawarkan pada kita sebuah prakiraan, ide terbaik berdasar bukti yang tersedia. Jadi mungkin saja sekarang atau enam bulan lagi bisa berubah, tapi seperti itulah ilmu pengetahuan bekerja," ujar Brian Southwell, penulis, ilmuwan sosial, profesor, dan Direktur di RTI International, sebuah lembaga penelitian nirlaba.

"Jadi jika Anda menemukan orang yang tidak memperhatikan konteks historis, mereka akan mengklaim ke sesuatu yang sudah lama lalu melaporkannya sebagai informasi baru saat ini itu merupakan misinformasi."

3 dari 5 halaman

2. Apakah disinformasi?

Berbeda dengan misinformasi yang merupakan informasi salah yang dibuat dan menyebar tanpa niat untuk merugikan atau menipu maka disinformasi adalah informasi salah yang dibuat sengaja untuk menipu atau merugikan orang.

Baik misinformasi maupun disinformasi bisa tersebar secara luas meskipun si pembagi sendiri tidak tahu informasi itu salah.

"Disinformasi bukanlah fenomena abad ke-21. Ketika Anda kekurangan informasi yang benar, dan populasi yang cemas dengan banyak yang dipertaruhkan, disinformasi akan berkembang pesat. Ketika orang-orang cemas dan mencari jawaban, seseorang akan memberikan jawaban itu dan memanfaatkannya secara finansial atau secara politis," ujar Soutwell.

Misinformasi bisa berubah menjadi disinformasi jika masih dibagikan oleh individu yang sudah tahu itu salah namun dengan sengaja menyebarkannya untuk menimbulkan keraguan atau menimbulkan perpecahan.

Contoh Disinformasi

Salah satu contoh paling relevan dari kampanye disinformasi adalah campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 dengan bantuan dari iklan Facebook, halaman, dan grup pribadi. Aktor Rusia menargetkan wilayah geografis tertentu dan negara bagian untuk menyebarkan propaganda melawan calon Demokrat Hillary Clinton dan menyebarkan perpecahan di antara orang Amerika.

Rumor, gosip, atau klaim konspirasi besar yang tidak berdasar juga dapat dianggap sebagai potongan informasi yang salah.

4 dari 5 halaman

3. Bagaimana cara mengenali misinformasi dan disinformasi

Southwell menjelaskan ada beberapa ciri-ciri informasi yang bisa Anda curigai sebagai misinformasi atau disinformasi

1. Jika tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan

2. Jika itu mempermainkan bias Anda

3. Jika itu menimbulkan emosi positif atau negatif yang eksrim

4. Jika itu tidak punya sumber yang jelas atau statistik yang ditampilkan tampak usang.

Cara terbaik untuk mencari kebenaran informasi adalah sebagai berikut:

1. Mencari penulis

2. Mencari organisasi atau penerbit

3. Mancari kapan informasi itu diterbitkan

4. Mencari bukti

5. Mencari sumber lain

"Intinya selalu mencari darimana informasi itu berasal. Semua orang harus hati-hati dalam menerima informasi dan cepat mencari informasi pembanding lain. Hal ini sangat berguna untuk memverifikasi informasi yang Anda terima," kata Southwell.

"Terlepas dari apakah itu disinformasi atau misinformasi, penting untuk mengetahui bahwa keduanya tidak akurat dan itu berarti Anda tidak boleh mempercayai dan mengandalkan informasi itu."

5 dari 5 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.